TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei merekomendasikan lokasi bencana banjir bandang di Garut digunakan sebagai ruang publik berupa taman terbuka. Saran ini diungkapkan setelah berdiskusi dengan Bupati Garut pada Senin kemarin ketika pemerintah daerah setempat mengkaji kelayakan lokasi bencana sebagai permukiman kembali warga terdampak.
"Jangan digunakan untuk permukiman, karena daerah yang bekas diterjang banjir bandang akan jadi daerah bahaya tinggi dari banjir," ucap Willem dalam rilisnya, Selasa, 27 September 2016.
Willem mengatakan daerah bantaran sungai atau sempadan sungai adalah daerah kekuasaan sungai yang suatu saat pasti banjir. Untuk itu, peruntukan daerah bekas banjir seharusnya untuk non-permukiman, agar saat banjir tidak menimbulkan korban jiwa. Namun permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah setempat adalah mencari lokasi yang tersedia dan aman untuk relokasi warga.
Korban banjir bandang yang kehilangan tempat tinggal telah ditampung sementara di rumah susun (rusun) yang disediakan Pemerintah Kabupaten Garut. “Saat ini telah disediakan rusun dengan kapasitas 98 kepala keluarga,” ujar Willem.
Willem juga menyarankan adanya pemanfaatan kantor-kantor pemerintah yang tidak dipergunakan sebagai tempat pengungsian sementara. “Tidak menggunakan tenda sebagai tempat pengungsian dalam jangka panjang,” tuturnya.
Hingga kini, Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Banjir Garut masih melakukan pendataan pengungsi berdasarkan nama dan alamat serta validasi jumlah pengungsi dan kerusakan rumah serta infrastruktur.
Berdasarkan data Pos Komando, peristiwa ini menimbulkan korban jiwa sebanyak 34 orang dan korban hilang 19 orang. Sedangkan pengungsinya berjumlah 1.326 orang. Jumlah pengungsi masih fluktuatif karena ada yang bolak-balik pulang ke rumah dan pengungsian. Pendataan masih dilakukan petugas.
Rumah warga yang terdampak akibat banjir yang terjadi pada Rabu pekan lalu itu berjumlah 2.511 unit, terdiri atas 858 rumah rusak berat, 207 rusak sedang, dan 1.446 rusak ringan. Pendataan dan verifikasi masih dilakukan.
AMIRULLAH