TEMPO.CO, Washington - Debat calon Presiden Amerika Serikat mempertemukan untuk pertama kalinya dua kandidat, yakni Hillary Clinton dari Demokrat dan Donald Trump dari Republik.
Dalam debat perdana kali ini, kedua calon saling menyerang dan menggencarkan interupsi dalam setiap isu yang menjadi tema utama, seperti ras, ekonomi, dan kebijakan luar negeri.
Debat yang dilangsungkan di Hofstra University, Hempstead, Long Island, New York, pada Senin, 26 September 2016, dibuka dengan perkenalan kedua calon oleh moderator, Lester Holt.
Debat yang dibuka sekitar pukul 21.00 waktu setempat tersebut berdurasi 90 menit tanpa jedah dan dibagi ke enam segmen yang masing-masing dijatahi 15 menit. Di setiap awal segmen moderator akan mengajukan satu pertanyaan dan masing-masing calon punya waktu selama dua menit untuk menjawabnya.
Setelah saling menyapa dengan berjabat tangan dan melemparkan senyuman, keduanya lalu menyampaikan visi dan misi masing-masing.
Hillary, 68 tahun, mengenakan celana panjang merah, dan Trump, 70 tahun, mengenakan setelan gelap dan dasi biru dalam pertarungan ide guna memperebutkan kekuasaan di Gedung Putih.
Perdebatan yang sengit pun dimulai saat sesi pertama yang membahas soal kebijakan ekonomi masing-masing calon. Masing-masing dari mereka memaparkan visi perekonomian Amerika untuk dapat bersaing ke depannya.
Membahas soal ekonomi, Hillary menyebut kebijakan ekonomi Trump sebagai 'Trickle Down' yang dibuat-buat. Trump pun membalas dengan menyebut mantan Menteri Luar Negeri Amerika tersebut terlalu banyak bicara dan tidak melakukan apa-apa.
Ketika Hillary juga menyinggung soal pajak, Trump berjanji akan membukanya jika istri mantan Presiden Amerika tersebut juga membuka e-mail-nya ke publik. Clinton saat ini menjalani pemeriksaan sehubungan semasa menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Amerika ia menggunakan e-mail dan server pribadi untuk urusan jabatannya. Ketika Trump mengeluhkan anggaran yang minim, Hillary menyeletuknya dengan mengatakan bahwa minimnya anggaran mungkin karena Trump belum membayar pajaknya.
Trump kemudian mengkritisi program Nafta saat Hillary menjabat sebagai Menlu, yang dianggapnya tidak berguna serta rencana Trans Pacific Partnership-nya yang juga dianggapnya tidak berguna. Hillary menanggapinya dengan santai dan menyatakan tuduhan itu tidak benar.
Hillary juga menyinggung soal masa lalu Trump, di mana taipan properti itu dianggap mengandalkan kekayaan keluarganya untuk menjadi pengusaha. Trump pun menolak kritikan itu dan mengatakan usahanya yang dimulai pada 1975 hanya dibantu dengan pinjaman kecil dari ayahnya.
Holt yang merupakan penyiar program stasiun televisi NBC kemudian melerai ketika perdebatan semakin sengit saat diskusi tentang kebijakan perdagangan tiba-tiba beralih ke memerangi Negara Islam Irak dan Suriah, yang dituduhkan Trump kepada Clinton, karena diduga memberikan informasi kepada musuh dengan mengungkapkan lewat website-nya.
CHANNEL NEWS ASIA | AL JAZEERA | YON DEMA