TEMPO.CO, Jakarta - Cukup melihat sepintas untuk menyimpulkan suatu hubungan percintaan adalah hubungan serius atau hanya pelarian semata. Hubungan cinta pelarian begitu mudah dikenali, karena menunjukkan ciri-ciri khusus. Salah satu ciri yang paling jelas adalah prosesnya cepat.
Mereka yang menjalani seringnya langsung merasa cocok dan “jatuh cinta”. Selain itu, hubungan terlihat berlebihan, sangat intens (antar-jemput, chatting terus-menerus, dan makan pagi hingga malam bersama), dan cenderung mengarah ke hubungan fisik.
Lalu, ada juga ciri yang berkaitan dengan media sosial. Hubungan pelarian biasanya terlalu banyak dipamerkan. Andai setiap detik bisa berfoto bersama, pasti semua momen kebersamaan akan direkam dan diunggah ke media sosial.
“Tidak ketinggalan, beberapa pelaku hubungan pelarian cenderung menarik diri dari lingkungan sosial, misal keluarga atau pertemanan,” ujar Anggia Chrisanti, konselor dan terapis di Biro Konsultasi Psikologi Westaria.
Mengapa? Karena mereka tidak berani menunjukkan atau menjelaskan secara langsung hubungan mereka, terutama kepada lingkungan sosial terdekat. Takut dianggap salah, karena di dalam hati mereka tahu pasti apa yang mereka jalani tidak benar. Namun, mereka sangat butuh pengakuan bahwa mereka pasangan yang berbahagia.
“Hal semacam ini dibutuhkan karena tanpa sadar mereka butuh pembenaran. Padahal, jika benar (cinta), apakah pengakuan orang lain dibutuhkan?”
Percaya atau tidak, hubungan pelarian ini sangat menggoda, menarik, dan menyenangkan hati. Terutama bagi mereka yang sedang melarikan diri itu, sulit dihindari.
Namun, hubungan semacam ini hanyalah bom waktu dengan detak yang berjalan sangat cepat. Dan layaknya sebuah bom, ketika meledak, tidak hanya merusak bom itu sendiri, melainkan juga apa yang ada di sekeliling mereka dengan kadar kerusakan yang tidak dapat diprediksi.
“Siapa yang tahu, sih kalau setelah memutuskan mengakhiri hubungan, pihak laki-laki malah menjelek-jelekkan atau bahkan membongkar aib pihak wanita?” ujar Anggia mengingatkan.
Lantas mengapa ada orang yang berani menjalani hubungan, padahal landasannya tidak kuat?
Mereka yang menempuh cinta pelarian ini sesungguhnya adalah orang-orang yang takut atau tidak berani karena satu atau lebih alasan. Misalnya, takut untuk mengakhiri hubungan yang sedang dijalani sehingga memilih untuk selingkuh, takut menerima masa lalu sehingga memilih (pura-pura) mengabaikan dan sok asyik dengan membuat sebuah hubungan baru.
TABLOIDBINTANG
Berita lainnya:
Waspadalah, Kegemukan Bisa Disebabkan Makanan tanpa Gizi
7 Cara Alami Mengatasi Keringat Berlebih
3 Langkah Jadi Entrepreneur Sukses bagi Mahasiswa