TEMPO.CO, Jakarta - Kini makin jarang orang tua yang mau menyisihkan waktunya untuk mendongeng. Padahal mendongeng itu mengasyikkan. Baik pendengar maupun pendongengnya sama-sama terhibur. Mendongeng tak hanya mendengarkan, tapi juga bercerita.
"Biasanya mendongeng dilakukan orang tua saat anak akan tidur. Aktivitas ini sebenarnya dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja saat ada waktu senggang," kata pendongeng Mochammad Ariyo Faridh Zidni, beberapa waktu lalu.
Banyak manfaat positif yang dapat dipetik dari mendongeng. Aktivitas ini bisa dijadikan sarana komunikasi yang efektif antar-anggota keluarga. Manfaat lain, dongeng bisa menjadi wahana pendidikan yang baik.
Selain berguna bagi pengembangan emosi anak, dongeng berperan dalam mengasah pola pikir dan daya imajinasi anak. Berkat dongeng, kemampuan literal anak bisa meningkat. Sebab, si anak terbiasa belajar lewat tulisan atau gambar dari buku yang jadi bahan cerita.
Saat menyimak dongeng, bocah umumnya akan terhanyut dengan cerita yang dia dengar. Anak bisa ikut marah, senang, atau bahkan sedih. Artinya, lewat dongeng, dia bisa melaju ke satu tahap lebih tinggi dalam perkembangan emosinya.
Lewat dongeng pula, orang tua mempunyai kesempatan untuk mendidik anaknya memahami dan meyakini nilai-nilai kebaikan. Caranya, orang tua tak perlu membuat kesimpulan di akhir cerita. Biarkan si anak bebas menyimpulkan sendiri apa yang mereka dapat dari cerita.
Anak-anak yang sering menyimak cerita umumnya lebih berani mengungkapkan pendapat. Itu terjadi karena si anak memiliki daya imajinasi lebih tinggi. Dia bisa berfantasi seolah-seolah tokoh utama dalam cerita jadi bagian dari dirinya.
Berita lainnya:
Memanah, Tren Baru Kegiatan Anak
11 Tanda Anak Genius
Merangsang Kepekaan Anak dengan Menyanyi dan Menari