Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menelisik Apa Penyebab Autisme dan Tanda-tandanya

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
Ilustrasi anak dengan down syndrome atau autis dengan ibu. shutterstock.com
Ilustrasi anak dengan down syndrome atau autis dengan ibu. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa tahun belakangan, jumlah penderita autisme meningkat. Pada 1996 ada 3,4 per 1.000 anak yang dilaporkan mengidap autisme, di 2010 jumlahnya naik menjadi 14,7 per 1.000 anak. Berdasarkan laporan terakhir, ada 14,6 dari 1.000 anak berumur 0–8 tahun yang mengidap autisme. “Itu artinya, 1 dari 68 anak menderita autisme," kata dokter spesialis anak, Hardiono Pusponegoro, dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar di kampus Universitas Indonesia, Depok, Sabtu, 24 September 2016.

Yuk, Berjalan Telanjang Kaki

Hardiono mengatakan autisme adalah gangguan pada anak yang memiliki ciri khusus kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Tanda-tanda awalnya sering kali berupa keterlambatan bicara dan kurangnya kontak mata.Anak juga memiliki perilaku, minat, serta aktivitas yang terbatas dan dilakukan berulang-ulang. “Kalau tak ditata laksana dengan baik, sebagian tetap tidak berbicara, tidak mau bergaul dengan temannya, sehingga tidak dapat bersekolah biasa," kata Hardiono.

Masalahnya, penyebab autisme masih gelap hingga kini.Berbagai faktor lingkungan sudah diteliti, tapi tak ada yang terbukti menyebabkan autisme.Faktor genetik sering disebut sebagai penentu terpenting dalam autisme. "Tapi  genetik mana yang berperan belum tersingkap," ujarnya. Akibatnya, belum ada obat yang pas untuk mengatasi masalah ini.

Tapi, Hardiono mengungkapkan, orang tua bisa mengenali lima tanda-tanda autisme pada anak, yakni:

1. Tidak ada babbling atau mengoceh mamama, bababa,  tidak menunjuk, atau tidak memperlihatkan mimik wajah yang wajar pada usia 12 bulan.

2. Tidak ada kata berarti pada usia 16 bulan.

3. Tidak ada kalimat yang terdiri atas dua kata yang bukan pengulangan kata pada usia 24 bulan.

4. Hilangnya kemampuan berbahasa atau kemampuan bersosialisasi pada usia berapa pun.

5. Anak tidak menoleh atau sulit menoleh bila dipanggil namanya pada umur 6 bulan hingga 1 tahun.

Bila orang tua mencurigai adanya tanda-tanda tersebut, anak perlu dinilai secara khusus oleh ahli.Tanpa penilaian yang tepat, 39 persen kasus gagal dideteksi. Jika hasilnya benar bahwa anak mengalami autisme, orang tua harus siap mengikutsertakan anaknya dalam program terapi. Proses ini butuh waktu, biaya, dan pengorbanan yang besar.

Menurut Hardiono, ada berbagai penyakit penyerta yang terjadi bersama autisme. Misalnya, disabilitas intelektual yang terjadi pada 30 persen anak autisme, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas, gangguan tidur, serta epilepsi.Gangguan tersebut bisa diterapi dengan obat. Meski begitu, pengobatannya hanya bersifat mengurangi gejala apabila anak menunjukkan perilaku hiperaktif dan berbagai gejala berat seperti tantrum, agresif, atau menyakiti diri sendiri.

Terapi yang paling baik, ucap dia, tetaplah intervensi non-obat yang disesuaikan dengan umur dan kondisi anak. Dia mencontohkan, terapi wicara. Anak juga harus disekolahkan dengan guru yang terlatih dalam terapi perilaku. Hasil penelitian pada 165 anak yang mendapat terapi baik menemukan 75 persen anak bisa berbicara, 1 persen anak dapat berbicara sedikit, dan 15 persen tetap tak bisa berbicara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada pula terapi melalui digital. Teknologi, khususnya dalam bentuk tablet, telah merevolusi cara anak-anak autisme dalam belajar dan berkomunikasi. Namun sebagian besar aplikasi yang ada, khususnya untuk mobile, berasal dari luar negeri, sehingga sulit diterapkan untuk anak-anak Indonesia. Salah satu software untuk penyandang autisme buatan Indonesia, yaitu Cakra. Salah seorang pembuat aplikasi Cakra, Nurul Wakhidatul Ummah, mengatakan memfasilitasi pengunduhan Cakra versi gratis (bronze) untuk platform desktop, selain versi berbayar, yaitu versi gold dan silver.

Nurul mengisahkan perjalanan pembuatan aplikasi Cakra itu dimulai saat mereka duduk di bangku semester III jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada 2012. Kala itu mereka mendapat tugas kuliah bertema game. Ia dan Muhammad Rizky Habibi berinisiatif membuat aplikasi bagi anak autis. Kemudian mereka bertemu dengan pendiri Cakra Autism Center, Illy Yudiono. Dari Illy, mereka mulai memperbaiki fitur yang ada.

Untuk menggunakan aplikasi ini, pada layar pertama setelah masuk login, terdapat tiga pilihan fitur utama, yakni Evaluasi, Terapi, dan Laporan. Fitur Evaluasi menawarkan evaluasi atas kemampuan dasar si anak, apakah ia tergolong autis ringan, sedang, atau berat. Memasuki fitur terapi, si ibu atau terapis diberi dua pilihan, terapi free mode dan terapi structured.

"Free mode untuk yang langsung masuk ke pilihan-pilihan modul secara bebas, terserah mulai dari pengenalan buah, angka, disesuaikan dengan tingkatan autismenya; dasar, menengah, atau lanjut," ujar Nurul. Sedangkan terapi structured bagi mereka yang ingin memulai dari awal langkah-langkah terapi.

Illy Yudiono mengatakan sebagian besar anak autis suka bergelut dengan gadget. Maka tujuan membuat aplikasi permainan itu sebagai pemantik awal agar menarik minat anak belajar. Selain itu, saat orang tua sedang berkutat dengan urusan pekerjaan rumah tangga, si anak dapat disibukkan sementara dengan aplikasi itu. Hal itu dinilainya lebih baik dibanding sekadar menonton serial kartun yang tidak memberikan edukasi. Namun, ia menegaskan, penggunaan gadget berikut aplikasi tersebut tak boleh terlalu lama. "Sebab, dengan gadget, informasi menjadi hanya satu arah," tuturnya. Padahal permasalahan terbesar anak autis ialah berinteraksi.

NUR ALFIYAH | ARTIKA RACHMI FARMITA

Berita lainnya:
6 Posisi Lengan Agar Menarik Saat Difoto
Sandra Dewi Buka Rahasia Rambut Indah
Tip Mengajarkan Empati pada Anak ala Jennifer Garner

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pola Asuh Anak yang Diterapkan Nikita Willy di Tengah Kesibukan

7 Februari 2024

Nikita Willy bersama anak pertamanya, Issa Xander Djokosoetono. Foto: Instagram/@nikitawillyofficial94
Pola Asuh Anak yang Diterapkan Nikita Willy di Tengah Kesibukan

Nikita Willy memahami kunci pola asuh yang baik adalah dengan menerapkan rutinitas sehari-hari yang konsisten meskipun sebagai ibu yang juga bekerja.


Pola Asuh Pintar dan Manfaatnya pada Perkembangan Anak

7 Februari 2024

Ilustrasi ibu bahagia saat mencium anaknya. Foto: Unsplash/Humberto Chavez
Pola Asuh Pintar dan Manfaatnya pada Perkembangan Anak

Ibu perlu menerapkan pola asuh yang fokus pada aspek perkembangan anak sesuai usianya yang disebut smart parenting. Cek manfaatnya.


Mengenal Helicopter Parenting, Dampak, dan Antisipasinya

23 Januari 2024

Helicopter parenting adalah pola asuh ketat orang tua terhadap seorang anak. Kenali ciri, dampak, dan antisipasinya berikut ini. Foto: Canva
Mengenal Helicopter Parenting, Dampak, dan Antisipasinya

Helicopter parenting adalah pola asuh ketat orang tua terhadap seorang anak. Kenali ciri, dampak, dan antisipasinya berikut ini.


Mengenal Pola Asuh Strawberry Parent dan Ciri-cirinya

9 Januari 2024

Strawberry parent adalah model pola asuh di mana orangtua terlalu banyak membantu atau memanjakan anak. Ini penjelasan dan karakter gaya didiknya. Foto: Canva
Mengenal Pola Asuh Strawberry Parent dan Ciri-cirinya

Strawberry parent adalah model pola asuh di mana orangtua terlalu banyak membantu atau memanjakan anak. Ini penjelasan dan karakter gaya didiknya.


Kesalahan yang Biasa Dilakukan Orang Tua pada Anak di Hari Natal

10 Desember 2023

Ilustrasi anak memandang pohon Natal. Unsplash.com/Greg Rosenke
Kesalahan yang Biasa Dilakukan Orang Tua pada Anak di Hari Natal

Pakar parenting menyebut ada beberapa kesalahan yang biasa dilakukan orang tua terhadap anak-anak mereka di momen Hari Natal. Apa saja?


Menjadikan Anak seperti Raja, Efeknya Justru Merusak

28 November 2023

Ilustrasi anak marah-marah. Shutterstock.com
Menjadikan Anak seperti Raja, Efeknya Justru Merusak

Ada anak yang merasa bisa berpikir dan berlaku sesukanya, bisa juga mengacu pada anak manja. Penyebabnya mereka selalu mendapatkan segala keinginan.


4 Reality Show Parenting dari Korea, Ada yang Membuat Orang Tua Menangis

23 November 2023

www.graphics.iparenting.com
4 Reality Show Parenting dari Korea, Ada yang Membuat Orang Tua Menangis

Reality show parenting dari Korea yang sedang trending saat ini


Psikolog Sarankan Authoritative Parenting untuk Anak Remaja, Ini Alasannya

20 November 2023

Sulitnya Melakukan Komunikasi dengan Anak Praremaja (Depositphotos)/Tabloid Bintang
Psikolog Sarankan Authoritative Parenting untuk Anak Remaja, Ini Alasannya

Pola asuh authoritative parenting bisa memberikan pemahaman kepada anak, terutama remaja, mengenai konsekuensi tindakan yang mereka ambil.


5 Bukti Seseorang Jadi Orang Tua yang Baik

27 September 2023

Ilustrasi anak dan orang tua melakukan kegiatan seru. Freepik.com/Jcomp
5 Bukti Seseorang Jadi Orang Tua yang Baik

Peran orang tua sangat penting bagi tumbuh kembang anak, terutama untuk mendidik dan menjadi teladan yang baik.


Mengenal Pola Parenting Asah Asih Asuh pada Anak dan Manfaatnya

30 Agustus 2023

Ilustrasi keluarga. (Pexels/William Fortunato)
Mengenal Pola Parenting Asah Asih Asuh pada Anak dan Manfaatnya

Kenali pola parenting asah, asih, asuh yang wajib dipenuhi orang tua pada anak dan manfaatnya kini dan kelak.