TEMPO.CO, Samarinda - Dua bulan belakangan, harga batu bara di pasaran mulai membaik. Usaha emas hitam di Kota Samarinda tersebut kembali menggeliat.
Sekretaris Asosiasi Pengusaha Tambang Batu Bara Samarinda Umar Vaturusi mengatakan kenaikan harga batu bara menarik para pemodal kembali berinvestasi ke Kota Tepian. Batu bara diperkirakan bisa menjadi komoditas alternatif di tengah minimnya anggaran pemerintah.
"Harga batu bara naik, dari Rp 200 ribu menjadi Rp 270 ribu per ton. Memang tak banyak, tapi ini merupakan angin segar," ucapnya, Selasa, 18 Oktober 2016.
Umar mengaku sudah punya rencana menggali lagi batu bara di lahan miliknya yang sudah lama menganggur. Umar mematok menambang hingga 30 ribu ton batu bara per bulan.
Dia berujar, setelah harga batu bara membaik, anggota asosiasi yang lain sudah mulai bergerilya untuk menghidupkan kembali usaha yang vakum selama tiga tahun terakhir.
"Anggota kami ada 40 awalnya, sekarang yang masih aktif sekitar 20 izin usaha pertambangan. Mudah-mudahan bisa bertambah lagi," tuturnya.
Namun masalah lain timbul, yakni pengurusan izin usaha tak lagi semudah dulu. Sejak penerbitan dan izin perpanjangan usaha ditangani pemerintah provinsi, kata dia, urusannya menjadi lebih lama. "Kami berharap ini segera bisa diatasi, jadi kami bisa segera bekerja," ucapnya.
Dengan harga batu bara saat ini, menurut Umar, memang belum bisa mengembalikan kejayaan emas hitam itu, seperti lima tahun lalu. Tapi, dengan adanya kenaikan ini, setidaknya pengusaha bisa meraih untung, meski tak banyak.
FIRMAN HIDAYAT