TEMPO.CO, Jakarta - Perserikatan Bangsa-Bangsa memilih karakter komik, Wonder Woman, sebagai duta kampanye pemberdayaan wanita. Namun pilihan itu mendapat kritikan karena dianggap melecehkan perempuan.
"Ini konyol," kata Shazia Rafi, salah satu pemimpin kampanye She4SG dan mantan Sekretaris Jenderal Parlemen Global Action, seperti dilansir Straits Times, Selasa, 18 Oktober 2016.
"Kampanye untuk pemberdayaan perempuan diwakili oleh kartun, sementara ada begitu banyak wanita di kehidupan nyata yang bisa dipilih."
Shazia juga mendesak Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon agar tidak menghadiri peresmian penunjukan Wonder Woman sebagai duta besar kehormatan PBB untuk pemberdayaan perempuan dan anak perempuan pada Jumat, 21 Oktober 2016.
Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, menyatakan pilihan Wonder Woman merupakan upaya menjangkau kaum muda. "Dalam rangka menjangkau orang-orang muda, menjangkau audiens di luar gedung ini, kami harus kreatif," kata Dujarric.
Dujarric juga meminta pihak yang mengkritik pilihan tersebut menunggu lantaran belum ada pengumuman resmi akan hal itu.
Kampanye bertajuk "Semua Wonders Kita Bisa" akan berfokus pada kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Hal itu merupakan salah satu tujuan global PBB selama 15 tahun ke depan.
STRAITS TIMES | FRISKI RIANA