Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ganti ke Rokok Elektrik, Perokok Terhindar dari Obesitas

image-gnews
Seorang wanita menghisap rokok eletrik atau Vapor dengan alat Vaporshark DNA30 saat mengikuti kompetisi Vapor Cloud di Henley Vaporium di Lower Manhattan, New York, 26 Juli 2014. REUTERS
Seorang wanita menghisap rokok eletrik atau Vapor dengan alat Vaporshark DNA30 saat mengikuti kompetisi Vapor Cloud di Henley Vaporium di Lower Manhattan, New York, 26 Juli 2014. REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti di Inggris dan Selandia Baru menemukan potensi baru dari penggunaan rokok elektrik pada perokok yang berniat berhenti namun ingin mengontrol nafsu makan dan membatasi peningkatan berat badan yang biasa terjadi ketika berhenti.

Dalam ulasan yang dipublikasikan di jurnal Penelitian Nikotin dan Tembakau, para ilmuwan menemukan bahwa nikotin di dalam rokok yang membuat perokok cenderung makan berlebihan dan mereka menyarankan rokok elektrik yang mengandung nikotin akan tetapi tidak bertembakau, karena dapat membantu mencegah mereka dari makan terlalu banyak ketika berhenti merokok.

Rokok elektrik yang memanaskan nikotin dalam cairan beraroma, telah berkembang cepat dalam pasar global dan diperkirakan bernilai sekitar 7 miliar dolar AS pada tahun 2015 lalu.

Merokok tembakau, yang dapat menyebabkan penyakit fatal, dikenal bisa menekan nafsu makan dan perokok sering mengatakan mereka merokok untuk menjaga berat badan.

Orang-orang yang berhenti merokok sering mengatakan berat badan mereka bertambah setelah berhenti dan risiko semakin gemuk dapat mencegah perokok untuk mencoba berhenti.

"Masalah berat badan mencegah beberapa perokok untuk berhenti, sehingga kita perlu mengeksplorasi cara-cara alternatif untuk membantu (orang) mengkontrol berat badan mereka saat menghilangkan risiko tembakau," kata profesor kebijakan kesehatan Universitas Stirling, Linda Bauld.

Banyak ahli kesehatan publik berpikir rokok elektrik atau vapes beresiko lebih rendah dan menjadi alternatif bagi perokok, namun beberapa mempertanyakan keamanannya ketika digunakan dalam jangka panjang serta memperingatkan bahwa rokok elektronik tidak bebas risiko.

"Manfaat rokok elektrik bagi perokok, jauh lebih besar daripada bahayanya, dikarenakan vaping hanya memiliki sekitar lima persen risiko merokok," kata Bauld yang juga merupakan Wakil Direktur Pusat Studi Tembakau dan Alkohol Inggris.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kendati menilai jauh lebih aman, Bauld menekankan dia dan timnya mendukung promosi rokok elektrik bagi non perokok yang ingin tetap langsing.

Bagaimanapun, para peneliti dalam ulasannya mengatakan bagi perokok yang mencoba untuk berhenti dan menjaga berat badan, rokok elektrik dengan aroma makanan mungkin dapat menciptakan sensasi makan.

Hal tersebut ditambah dengan uap dalam rokok elektronik dan gerakan tangan ke mulut saat vaping bisa memainkan peran potensial dalam membantu perokok yang mencoba untuk berhenti, agar makan lebih sedikit.

Ahli kesehatan yang tidak terlibat secara langsung dalam ulasan mengatakan temuan tersebut menarik, namun harus diperhatikan dengan kehati-hatian yang besar, terutama berkaitan dengan non perokok dan non "vaper".

"Rokok elektrik adalah strategi yang efektif untuk membantu orang berhenti merokok dan meningkatkan kesehatan mereka. Jika mereka juga membantu perokok yang berhenti untuk membatasi kenaikan berat badan, akan menjadi bonus meskipun belum terbukti," kata seorang profesor bidang diet dan kesehatan masyarakat Universitas oxford Susan Jebb.

"Akan tetapi rokok elektronik bukan bebas bahaya dan atau terbukti membantu menurunkan berat badan, tidak ada bukti mengenai itu, sehingga tidak direkomendasikan untuk non-perokok," kata Jebb.

ANTARA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. (ugm.ac.id)
Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.


Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Menara Hoover menjulang di Stanford University di Stanford, California, AS pada 13 Januari 2017. REUTERS/Noah Berger
Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.


2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

Peneliti di Gedung Genomik BRIN di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Jawa Barat, Selasa, 27 Juni 2023. (Tempo/Maria Fransisca)
2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.


Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.


Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Gambar dari Batagur trivittata, Burmese Roofed Turtle yang masuk daftar Critically Endangered menurut IUCN Red List. (Rick Hudson, source: https://www.iucnredlist.org/species/10952/152044061)
Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.


Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Tim Mahabidzul dari ITB merancang pendeteksian jenis malaria pada pasien secara cepat dan akurat. Dok.ITB
Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.


Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Gunung Krakatau. itb.ac.id
Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.


Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Anna Armeini Rangkuti, mahasiswa program doktoral di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI). ui.ac.id
Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.


Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.


Mengapa Tikus Digunakan sebagai Hewan Percobaan Medis?

23 Februari 2022

Ilustrasi tikus. Getty Images
Mengapa Tikus Digunakan sebagai Hewan Percobaan Medis?

Para ilmuwan meneliti tikus, karena ukurannya yang kecil, mudah disimpan dan dipelihara. Tikus juga dapat beradaptasi di lingkungan baru