TEMPO.CO, Makassar - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komisaris Jenderal Suhardi Alius, menyatakan pihaknya sedang mengkaji program khusus bagi keluarga pelaku terorisme di Indonesia. Upaya itu dilakukan untuk menghindari pemahaman sesat tentang paham radikalisme.
"Negara harus merangkul mereka," kata Suhardi seusai memberi kuliah umum di kampus Universitas Hasanuddin, Makassar, Sabtu 29 Oktober 2016.
Suhardi mengatakan keluarga teroris, utamanya anak-anak sangat rentan terhadap jalan yang ditempuh orang tuanya. Selain itu, faktor stigma dari masyarakat berpotensi membentuk karakter generasi itu. "Mereka kadang dikucilkan dan diabaikan di lingkungannya," ujar Suhardi.
Baca:
Pemberontak Houthi Luncurkan Rudal Balistik ke Arah Mekah
Indonesia Pimpin Upaya Penghapusan Senjata Nuklir Dunia
Menurut Suhardi, masyarakat harus memberi empati kepada keluarga teroris agar bisa berbaur apa adanya. Itu sebabnya, kata dia, BNPT bekerja sama dengan 17 Kementerian untuk membuat program khusus.
"Bisa saja anak-anak mereka langsung diambil oleh negara atau apalah bentuknya yang lebih bermanfaat," ujar Suhardi .
Saat ini ada sekitar 53 warga Indonesia yang terdeteksi telah keluar dari Mosul, Irak. Dia menolak menjelaskan kemungkinan akan menebar ancaman di dalam negeri.
"Yang jelas mereka pasti kembali. Ada saatnya hal itu akan disampaikan. Kami pantau itu," imbuh Suhardi.
Mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri itu, mengatakan pihaknya berupaya untuk melacak dan mengidentifikasi keberadaan eks pengikut ISIS itu. BNPT juga telah menyiapkan berbagai program deradikalisasi terhadap mereka bila telah diketahui keberadaannya.
Beberapa agenda itu berupa terapi keagamaan yang akan dilakukan Kementerian Agama. Ada juga program bagi mereka yang terpaksa menjadi pengikut ISIS karena faktor kesejahteraan.
"Jadi akan berbeda pendekatan sesuai dengan karakter mereka. Yang paling utama mengubah mindset mereka," kata Suhardi.
Saat ini, lanjut dia, masih ada sekitar 400 orang yang masih berada di Irak bergabung dengan ISIS. Menurut Suhardi, mereka tidak akan punya pilihan lain bila terus terdesak. Selain mencari jalan kembali ke Indonesia, mereka juga diprediksi akan memasuki wilayah-wilayah perbatasan. "Tapi itu tidak mudah karena lokasi mereka telah dikepung," ujar Suhardi.
ABDUL RAHMAN