TEMPO.CO, Samarinda - Anggiat Tumpak Banjarnahor bersandar di sebelah peti mati seperti kehilangan energi. Pandangannya memindai segenap ruangan yang dipenuhi pelayat di rumahnya, Jalan Jati, Kelurahan Harapan Baru, Kota Samarinda, Senin, 14 November 2016. Matanya yang sembab lebih sering menatap ke langit-langit.
Anggiat tampak sangat kehilangan. Ia tak kuasa melihat foto putri semata wayangnya di atas peti mati. Dia harus merelakan anaknya berjumpa maut. Intan Octavia Banjarnahor mengembuskan nafas terakhir pada Senin menjelang fajar, 14 November 2016, di Rumah Sakit Umum Daerah AW Syahranie, Samarinda.
Baca: Balita Korban Bom di Gereja Oikumene Samarinda Meninggal
Bocah 2,5 tahun itu meninggal setelah hampir 17 jam menanggung luka melepuh dan pembengkakan paru-paru. Deritanya itu akibat efek bom molotov yang dilemparkan Juhanda, eks narapida teroris, ke Gereja Oikumene di Samarinda, Minggu, 13 November 2016, sekira pukul 10.10 Wita.
Intan bersama tiga balita lain menjadi korban luka bakar. Pelaku peledakan, Juhanda, dan sudah ditangkap Kepolisian. Dia dicokok warga setempat setelah sempat melarikan diri sesaat terdengar ledakan. Juhanda tadinya mencoba kabur dengan menyeburkan diri dan berenang ke Sungai Mahakam.
Baca: Kisah Dalang Bom Samarinda, Mantan Napi & Tinggal di Masjid
Masnur Simanulang, keluarga Anggiat Tumpak, menceritakan kembali kesaksiannya saat kerabatnya itu mencoba menyelamatkan Intan. "Anggiat membuka baju Intan yang terbakar, Intan menangis di pangkuannya. Saat baju di buka, kulit Intan ikut terkelupas," kata Masnur.
Pemandangan memilukan itu, kata Masnur, terjadi berselang dua menit ketika Intan berjalan keluar menuju teras gereja. Anggiat, yang saat itu tengah menjalankan ibadah, masih sempat melihat Intan berlari kecil ke luar gereja untuk bermain bersama anak sebayanya.
Baca: Ini Kata Tetangga Soal Juhanda Pelaku Bom Gereja Oikumene
"Intan masih menangis saat dibawa ke Puskesmas Loa Janan. Ketika dirujuk ke Rumah Sakit I.A. Moeis, ia juga masih menangis. Tapi setelah dibawa ke RSUD A.W. Syahranie Intan sudah tak sadarkan diri sampai dia akhirnya meninggal," tutur Masnur, mengenang pagi yang kelam itu.
Balutan Julianto Banjarnahor, paman Intan, mengatakan, keponakannya itu akan dimakamkan setelah kehadiran sang kakek yang dalam perjalanan dari Kabupaten Labuan Batu Utara, Medan, menuju Samarinda. "Sampai sekarang bapak saya itu belum tahu kalau cucunya sudah tiada."
FIRMAN HIDAYAT | BC
Baca Pula
HOAX: Edaran Surat Gereja yang Minta Ahok Mundur Pilkada
Vihara di Singkawang Dilempari Bom Molotov