TEMPO.CO, Kendari – Sebagian besar ekosistem terumbu karang di perairan Sulawesi Tenggara berada dalam kondisi rusak. Berdasarkan hasil Ekspedisi Sulawesi Tenggara yang dilakukan oleh WWF-Indonesia, kerusakan ini ditandai dari rendahnya tutupan karang keras serta tingginya tutupan patahan karang dan tingkat sedimentasi. “Perairan Sulawesi Tenggara berada di bawah ancaman serius akibat meningkatnya aktivitas pertambangan nikel di provinsi ini,” kata Estradivari, Koordinator Konservasi Kelautan WWF-Indonesia, dalam keterangan tertulis, Ahad, 13 November 2016.
Selain itu, ada ancaman blooming bintang laut berduri (crown of thorns/Acanthaster planci), yang mencapai 30 individu per lokasi pengambilan data pada 14–25 Oktober lalu. Selain itu, masih marak penggunaan bom, yang tercatat mencapai tujuh kali letusan di satu lokasi, sehingga mengancam ekosistem terumbu karang. “Sementara di beberapa desa pesisir, tim masih melihat adanya pemanfaatan karang untuk fondasi rumah,” kata Estra.
Baca Juga:
Meski berada di bawah tekanan, ekosistem pesisir di Sulawesi Tenggara memiliki kesempatan besar untuk pulih. Di beberapa lokasi, tim mencatat jumlah karang keras berukuran kecil yang cukup banyak, tutupan karang keras yang tinggi, gerombolan ikan naso dan barakuda ekor kuning, serta berbagai jenis spesies yang dilindungi, seperti penyu sisik, penyu hijau, penyu belimbing, paus, hiu paus, lumba-lumba, duyung, dan pari manta.
Staf Seksi Konservasi dan Rehabilitasi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara Anung Wijaya mengatakan pihaknya telah melakukan kajian biofisik untuk menilai keterkaitan antarkawasan untuk mengoptimalkan rancangan jejaring kawasan konservasi perairan di Sulawesi Tenggara. Hasil kajian ini merekomendasikan pembentukan tiga kelompok jejaring kawasan konservasi perairan di provinsi ini. “Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Teluk Lasolo dan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan bagian dari salah satu kelompok tersebut,” ujarnya.
Anung menjelaskan, Sulawesi Tenggara, yang didominasi 75 persen perairan, merupakan laut yang potensial dengan keanekaragaman hayatinya. Menurut dia, status KKPD Provinsi Sulawesi Tenggara telah memasuki tahap penyusunan dokumen rencana pengelolaan dan zonasi kawasan konservasi. “Semoga penetapan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan segera diputuskan,” ujarnya.
AHMAD FAIZ