TEMPO.CO, Jakarta - Amelia Masniari mengaku menggilai belanja tas mewah. Saking gemarnya, koleksinya sudah tak ia hitung lagi jumlahnya. "Enggak ngitung, banyak juga yang dimintai saudara," kata penulis buku Miss Jinjing Belanja sampai Mati ini saat ditemui di Jakarta Selatan, Selasa, 8 November 2016.
Tipe Karyawan
Namun tak semuanya dibeli dalam kondisi baru. Tanpa malu-malu, ia mengakui, beberapa tas miliknya dibelinya dari secondhand alias preloved. Ami—sapaan Amelia—bahkan rela menunggu beberapa bulan setelah model incarannya dikeluarkan demi mendapatkan tas second tersebut. "Tunggu saja, dua bulan kemudian juga sudah keluar preloved-nya," ucapnya.
Menurut Ami, di tengah kelesuan ekonomi seperti sekarang ini, membeli barang second bisa jadi solusi untuk orang yang tetap ingin tampil “wah”. Dengan harga yang jauh lebih murah, orang bisa tetap merasa percaya diri karena memakai barang bermerek. "Kalau bisa beli second, ngapain beli yang baru?" ujarnya. "Yang penting bermerek, kelasnya naik."
Orang pun sekarang tak malu-malu lagi membeli barang second, tak seperti sepuluh tahun lalu. Terlebih, sekarang barang-barang tersebut mendapat sebutan yang lebih halus, seperti preloved dan vintage. Menurut Oxford Dictionaries, preloved berarti barang yang sebelumnya pernah dimiliki dan akan berpindah tangan.
Adapun vintage lebih berkesan barang unik yang sudah tak diproduksi pada masa kini dan kualitasnya baik. Dua istilah ini lebih halus dan berkelas ketimbang menggunakan secondhand, apalagi barang bekas. Ami, misalnya, mengistilahkan dirinya sebagai pencinta barang vintage. "Aku vintage junkies," tuturnya.
NUR ALFIYAH
Baca Juga:
Cek Apa Saja Isi Tas Wanita Sukses
Trik Berburu Barang Mewah tapi Bekas
5 Trik Mengatasi Kebingungan Memilih saat Belanja