TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti berujar, menangnya Donald Trump dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat memunculkan sebuah kejutan. Menurut dia, Trump dari Partai Republik memiliki perbedaan kebijakan perdagangan dengan Barack Obama dari Partai Demokrat.
Baca: BPS: Trump Menang, Ekspor Tetap Aman
Dalam kampanyenya, Trump menyerukan kebijakan proteksionis yang akan diterapkannya apabila ia terpilih sebagai presiden. "Kebijakan proteksionis dapat mengubah lanskap perdagangan global dan juga kinerja perdagangan Indonesia," kata Tjahya dalam UOB Indonesia Economic Outlook 2017 di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Rabu, 16 November 2016.
Apabila Trump konsisten memberlakukan kebijakan tersebut, menurut Tjahya, lanskap perdagangan global akan berubah, terutama akan munculnya perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina. Perang dagang tersebut, kata dia, dapat berdampak negatif terhadap ekspor Cina ke Amerika, yang saat ini mencapai 18,6 persen dari total perdagangan Cina.
Baca: Rupiah Masih Tertekan, Gelar Perkara Ahok Jadi Sorotan
Dampak negatif perang dagang itu terhadap ekspor Cina ke Amerika, Tjahya menilai, akan berdampak pula terhadap negara-negara di Asia. "Untuk Indonesia, apabila pasar AS dan Cina tidak stabil, kinerja perdagangan Indonesia akan terganggu. Pangsa pasar AS dan Cina saat ini bisa mencapai 20,8 persen," Tjahya menjelaskan.
Namun, menurut Tjahya, pasar tidak perlu khawatir dengan kebijakan Amerika ke depan. Tjahya mengatakan kondisi perekonomian Amerika saat ini cukup baik sehingga dapat mendukung kinerja ekspor Indonesia ke Amerika pada masa mendatang.
"Kami berharap demo anti-Trump berjalan damai dan tidak mengganggu roda perekonomian Amerika," ujarnya.
ANGELINA ANJAR SAWITRI