TEMPO.CO, Jakarta – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore, 8 Desember 2016, bergerak menguat sebesar 55 poin menjadi 13.272 dibanding sebelumnya di posisi 13.327 per dolar AS.
Analis dari Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, di Jakarta, mengatakan bahwa mata uang rupiah mendapat sentimen positif dari penegasan Presiden Joko Widodo, yang meminta seluruh kementerian yang berkaitan dengan investasi memberikan perhatian khusus, karena hal itu memegang peran penting terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Komitmen pemerintah melakukan perbaikan di semua sektor usaha untuk menopang perbaikan ekonomi akan menopang penguatan lanjutan dari laju rupiah,” katanya.
Reza mengungkapkan, sentimen dari terapresiasinya mata uang euro setelah meredanya konflik politik di Italia dan pernyataan bank sentral Eropa (ECB) yang akan melanjutkan program pembelian aset (quantitative easing) untuk membantu mempercepat pemulihan ekonomi kawasan itu juga berdampak positif pada mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah.
Di sisi lain, menurut dia, masih berlanjutnya aliran dana asing yang masuk ke pasar obligasi di dalam negeri turut mendorong rupiah. Pada Surat Utang Negara (SUN), terlihat tren pergerakan harga di semua tenor, terutama menengah. Sedangkan pada obligasi korporasi, penguatan juga terjadi pada obligasi dengan peringkat AAA dan AA.
Kendati demikian, ia mengatakan, pelaku pasar uang juga perlu waspada, mengingat masih adanya spekulasi aksi beli dolar AS memanfaatkan membaiknya data-data ekonomi di Amerika Serikat. “Situasi itu dapat membalikkan arah dolar AS kembali terapresiasi di pasar valas domestik,” katanya.
Adapun kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi 13.301 dibanding pada Rabu, 7 Desember 2016, 13.336.
ANTARA