TEMPO.CO, Jakarta - Setelah melewati perjalanan panjang, Teater Hijau 51 akhirnya bisa berbangga diri. Pertunjukan yang mereka tampilkan dalam Festival Teater Jakarta 2016 berjudul Ari-ari Atawa Interograsi 2 menjadi pertunjukan terbaik. Mereka mengalahkan penampilan Teater Alamat dan Teater Poros.
“Teater ini mempunyai keseimbangan dalam penyutradaraan, setiap elemennya dalam dramaturgi, penampilan, setting dan para pemainnya dijaga,” ujar Ketua Dewan Juri sekaligus kurator festival, Gandung Bondowoso usai penganugerahan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jumat, 9 Desember 2016.
Penampilan Teater Hijau 51 dianggap paling komplet memenuhi unsure penilaian juri ketimbang Teater Alamat dan Teater Poros. Teater Alamat mementaskan lakon berjudul Tanah Lie dan Teater Poros menampilkan judul Satu Lelaki Tiga Perempuan dan Octopus. Dalam 18 hari penampilan para peserta teater, dewan juri juga menilai tata artistik, tata musik, sutradara, peran utama pria, peran utama wanita, peran pembantu pria, dan peran pembantu wanita.
Dalam kesempatan itu, hadiri mendengarkan keluh kesah Diding Boneng, salah satu saksi dan pelaku teater sejak 1970-1980-an. Seniman peran yang sering tampil di film komedi ini mengeluhkan masalah yang ditemui dalam penyelenggaraaan festival. Masalah klasik yang ditemui dalam penyelenggaraan festival ini antara lain soal pendanaan, birokrasi penyelenggaraan, penyelenggaraan atau penjaringan di wilayah kota, dan sumber daya manusia. “Di Jakarta Timur ada 18 teater tapi hanya diberi waktu seminggu,” ujarnya.
Demikian juga dalam urusan dana dan birokrasi pendanaan. “Dulu zaman Bang Ali, pemda hanya suntik dana tapi nggak ikut campur soal teaternya,” ujarnya lagi.
Dia juga mengeluhkan program Dewan Kesenian Jakarta ini yang dianggap masih jauh diterapkan pada kelompok teater yang kondisinya masih belum mapan. Dia mencontohkan tema-tema teater dan festival yang terakit dengan naskah, teks, tata cahaya dan sebagainya. “ Nggak mudah bagi kami, butuh waktu untuk mencerna dan memahami apalagi kondisi teater di Jakarta seperti ini.”
Keluhannya ditanggapi Gandung yang menurutnya persoalan itu harus dicari jalan keluarnya. Selain bertemu dan berdiskusi, kelompok teater juga harus belajar. ”Komite sedang menyiapkan upaya itu, kita bertemu dan mencari solusi.”
Menurutnya penurunan kualitas teater dari tahun ke tahun karena kelompok teater tak punya amunisi dan sumber daya yang cukup. Proses produksi terhambat dengan masalah mendasar seperti pendanaan, mata pencarian dan semangat para seniman. “Padahal berteater itu butuh proses panjang, latihan terus dan intensif. Sementara masih mikir mau cari makan apa.”
Berikut ini yang terbaik dalam Festival Teater Jakarta 2016:
Pertunjukan Terbaik:
1.Ari-Ari atawa Interogasi 2—Teater Hijau 51
2.Tanah Lie—Teater Alamat
3.Satu Lelaki Tiga Perempuan dan Octopus---Teater Poros
Sutradara Terbaik: Budi Yasin Misbach—Tanah Lie, Teater Alamat
Peran Utama Pria Terbaik: Sammy Rian Afanto sebagai Malin –Ari-Ari atawa Interogasi 2 ,Teater Hijau 51
Peran Utama Wanita Terbaik: Ratna Alfiani, sebagai Guatnio—Tanah Lie, Teater Alamat
Peran Pembantu Pria Terbaik: Yuniarto Wibowo sebagai sutradara dalam Ari-Ari atawa Interogasi 2, Teater Hijau 51
Peran Pembantu Wanita Terbaik: Siti Rukoyah sebagai Limbuk—Dawala dan Hilangnya Jimat Kalimasada, Teater El Na’ma
Penata Artistik Terbaik: Ahmad Sultan, Teater Poros
Penata Musik Terbaik: Muhammad Sofian Maliki, Teater Kembali Satu
DIAN YULIASTUTI