TEMPO.CO, Semarang - Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah Jawa Tengah Iskandar Simorangkir mengatakan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2017 mendatang diperkirakan antara 5,3 persen hingga 5,7 persen.
Menurut Iskandar, pertumbuhan itu didukung oleh permintaan domestik dan sektor pertanian. “Sejalan dengan itu, tiga lapangan usaha utama tumbuh dengan baik yang didukung oleh sektor tersier, seperti kontruksi, telekomunikasi dan jasa keuangan,” katanya, Kamis, 15 Desember 2016.
Iskandar menjelaskan, analisa pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada 2017 itu juga mengacu kondisi infrastruktur di Jawa Tengah. Di antaranya memodernisasi terminal peti kemas di Pelabuhan Tanjung Emas yang telah yang mampu menunjang ekspor impor. “Begitu pula pengembangan infrastruktur Bandara Ahmad Yani Semarang,” ujarnya.
Iskandar menyinggung gejala menurunnya pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang terjadi pada 2016. Itu terjadi akibat efek perlambatan pemintaan dan turunnya ekspor ke luar negeri. Kepanikan bersama akibat munculnya kontraksi perekonomian Jawa Tengah pada triwulan ketiga 2016 merupakan pertama kali terjadi sejak 13 tahun terakhir.
Namun Iskandar mengatakan gejala investasi dan kosumsi rumah tangga yang melambat dibandingkan triwulan kedua 2016 itu akan kembali pulih oleh dukungan sektor pertanian yang cukup membaik. “Setelah mengalami kontruksi tumbuh 3,05 persen di tengah membaiknya produksi pangan,” katanya.
Baca:
Ban Nyangkut, Penumpang Lion Air Tertahan 1,5 Jam di Pesawat
Agus Marto Curigai Penguatan Rupiah karena Faktor Ini
Sri Mulyani Lega MK Tolak Gugatan Tax Amnesty
Sektor tersier di Jawa Tengah mampu tumbuh menopang ekonomi triwulan ke tiga yang angkanya mencapai di atas 6 persen. Sedangkan secara umum mampu menurunkan angka pengangguran terbuka, dari 4,99 persen menjadi 4,63 persen per Agutus 2016. “Atau turun menjadi 4,51 juta penduduk miskin dari 4,57 juta,” ucapnya.
Iskandar tak memungkiri kemiskinan di Jawa Tengah, yang lebih tinggi dari angka nasional sebanyak 10, 86 persen, masih menjadi tangung jawab jangka panjang dalam menata ekonomi pada 2017.
Kepala Biro Perekonomian Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Dadang Sumantri mengatakan, salah satu upaya meningkatkan pertubuhan ekonomi dengan cara menciptakan layanan yang bersih dari pungutan liar. “Upaya bersih pungli di layanan publik dan birokrasi itu untuk menarik investasi di luar upaya optimalisasi infrastruktur,” tuturnya.
Dadang menjelaskan pelayanan bersih pungli untuk menarik investasi itu juga didukung oleh kebijakan sektor pengupahan yang kompetitif serta menjaga budaya masyarakat Jawa Tengah yang santun dan kondusif.
Dadang memastikan saat ini peluang pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah akan dipengaruhi oleh investor yang berinvestasi di daerah. Hal itu seiring dengan membaiknya ekonomi negara mitra dagang sejumlah produsen yang membangun pabrik di Jawa Tengah.
Pada 2017, kata Dadang, merupakan masa dengan upaya optimalisasi pembangunan pertanian dalam arti luas. Selain itu juga pengembangan dan pemanfaatan energi berkelanjutan, memberdayakan UMKM dan mengembangkan ekonomi kerakyatan berbasis komunitas unggulan daerah. Selain sektor yang ia sebutkan itu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga mendorong hilirisasi industri padat. Pusat ekonomi baru juga terus didorong dengan menyiapkan kualitas tenaga kerja sesuai kebutuhan pasar.
EDI FAISOL