TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore, 15 Desember 2016, bergerak melemah sebesar 81 poin menjadi 13.361 dibanding sebelumnya di posisi 13.280 per dolar Amerika Serikat.
"Dolar Amerika bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang negara-negara dunia setelah bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga acuan," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis, 15 Desember 2016.
Ia berujar, The Fed, yang juga membuka potensi untuk kembali menaikkan suku bunganya sebanyak tiga kali pada 2017, menambah dorongan bagi dolar Amerika untuk terapresiasi.
"Kenaikan suku bunga AS pada 2017 itu lebih banyak daripada perkiraan analis yang sebanyak dua kali, sehingga membuat volatilitas pasar meningkat," ucapnya.
Menurut dia, keputusan The Fed itu membuat dana asing dengan orientasi jangka pendek cenderung keluar Indonesia dan diproyeksikan beralih ke pasar Amerika Serikat yang dinilai dapat memberikan imbal hasil tinggi.
Ia menuturkan penguatan dolar Amerika juga cenderung menekan harga minyak mentah dunia, sehingga menambah tekanan bagi mata uang komoditas seperti rupiah.
Ekonom Bahana Securities, Fakhrul Fulvian, berujar, meski kebijakan The Fed itu sudah diekspektasikan pasar, tren kenaikan dolar masih terus terjadi mengingat adanya proyeksi kenaikan kembali suku bunga acuan Amerika pada 2017. "Dengan berbagai kebijakan di dalam negeri dan global yang terjadi, diperkirakan rupiah akan berada pada kisaran 13.500 per dolar ke depan," tuturnya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis, 15 Desember 2016, nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi 13.367 dibanding Rabu, 14 Desember 2016, sebesar 13.285.
ANTARA
Baca:
BI: Penurunan Cadangan Devisa Hanya Sementara
BI: Suku Bunga Tetap Merespon Ketidakpastian Eksternal