TEMPO.CO, Yogyakarta - Pejabat Direktur Pelaksana Group Bank Dunia R. Kyle Peters mengatakan angka kemiskinan ekstrem dunia turun 10 persen. Selain itu, sejumlah negara yang populasinya di bawah 40 persen mengalami pertumbuhan ekonomi.
Data Bank Dunia disampaikan Kyle dalam pertemuan 70 negara donor dan penerima bantuan yang digelar International Development Association di Hotel Hyatt Yogyakarta, Kamis, 15 Desember 2016.
Pertemuan yang digelar pada 14-15 Desember itu membahas penambahan pagu anggaran untuk negara-negara dengan kondisi ekonomi miskin.
Bank Dunia berjanji memberikan pinjaman US$ 75 miliar atau sekitar Rp 1.003,4 triliun untuk menggenjot ekonomi negara-negara miskin. Adapun International Development Association merupakan bagian dari Bank Dunia.
“Kami upayakan kesediaan 36 dari 48 negara donor agar memberikan dukungan dalam paket pendanaan Bank Dunia,” kata Kyle kepada Tempo.
Dalam pertemuan itu, ia juga bicara kondisi ekonomi dunia, mekanisme penyaluran dana pinjaman serta hibah Bank Dunia, dan ukuran efektivitas pemberian pinjaman kepada negara-negara miskin.
Menurut dia, kemiskinan dunia yang berada pada kondisi ekstrem turun hingga 10 persen karena berjalannya program Bank Dunia. Dia mengklaim program Bank Dunia efektif mengikis kemiskinan. “Kami berkomitmen menghapus kemiskinan hingga 2030,” kata Kyle.
Dia juga menanggapi kritik sejumlah kalangan yang menuding masih ada ketimpangan ekonomi meski Bank Dunia telah memberikan pinjaman ke negara-negara miskin.
Chief Operating Officer Bank Dunia itu mengatakan efektivitas program Bank Dunia diukur dari proyek yang didesain bersama negara-negara donor sesuai dengan kebutuhan negara penerima pinjaman.
Menurut dia, pinjaman dan hibah Bank Dunia digunakan untuk membantu negara-negara penerima manfaat membangun infrastruktur, di antaranya akses energi, sanitasi air, kesehatan anak, pendidikan, dan imunisasi. Bank Dunia juga fokus terhadap dampak perubahan iklim dan kesetaraan gender.
Dia mengatakan Bank Dunia punya standar-standar sosial lingkungan dalam setiap perumusan pagu pemberian pinjaman dan hibah. Mereka melakukan evaluasi untuk melihat efektivitas penyaluran pinjaman dan hibah itu. “Laporan keuangan Bank Dunia kami publikasikan di website. Kami sangat transparan,” kata dia.
Indonesia saat ini bukan lagi menjadi negara anggota International Development Association (IDA). Namun, menurut Kyle, Indonesia menjadi negara donor. Indonesia pernah menjadi negara yang menerima bantuan dari IDA pada 1999-2008. Sekarang, Indonesia fokus melunasi utang kepada Bank Dunia. Namun jumlah utang yang harus dilunasi itu masih dihitung Bank Dunia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membuka acara International Development Association18th Forth Replenishment Meeting di Yogyakarta. Acara itu menjadi pertemuan terakhir dalam rangkaian IDA 18 Replenishment Meeting pada 2016.
Melalui siaran tertulis Kementerian Keuangan, Sri mengatakan Indonesia berperan aktif dalam penentuan kebijakan IDA untuk mengentaskan kemiskinan global.
Berdasarkan data per 31 Agustus 2016, dari 173 negara anggota IDA, Indonesia memiliki 229.403 votes atau 0,88 persen voting power dan tergabung dalam South East Asia Voting Group. Indonesia mempunyai total suara 2,97 persen.
SHINTA MAHARANI