TEMPO.CO, Mataram - Selama Bima, Nusa Tenggara Barat, dilanda banjir, putri ke-7 Sultan Salahuddin, Siti Maryam, 89 tahun, diungsikan ke Hotel Camelia, Bima. Sedangkan harta warisan kerajaan yang berupa berbagai naskah kuno dan peninggalan Kesultanan Bima yang disimpan di Museum Kebudayaan Samparaja, dalam keadaan selamat dari banjir karena berada dalam lemari kaca dan posisinya tinggi.
Hal itu dikatakan Dewi Ratna Muchlisa selaku keponakan Siti Maryam kepada Tempo di Mataram, Sabtu, 24 Desember 2016. "Alhamdulillah bisa diselamatkan,” kata Dewi yang sehari-hari bekerja sebagai dosen Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan Bima.
Dewi berencana pulang ke Bima pada Ahad, 25 Desember 2016. Ia singgah di Mataram setelah menjalani operasi di Penang, Malaysia, sepekan sebelumnya. Dewi berujar belum mengetahui situasi di Bima setelah dilanda banjir besar.
Museum Samparaja dibangun pada 1987. Pendirian museum dirintis oleh Siti Maryam. Museum Samparaja menyimpan berbagai peninggalan Kesultanan Bima, terutama naskah-naskah lama, sekaligus melestarikan nilai-nilai budaya daerah. Museum tersebut juga sebagai sarana penelitian kebudayaan Bima. Statusnya adalah museum pribadi yang terbuka untuk umum.
Dikutip dari Asosiasi Museum Indonesia, koleksi yang dimiliki Museum Samparaja antara lain naskah-naskah lama berhuruf Arab dan berbahasa Melayu yang ditulis sekitar abad XVII-XIX Masehi. Naskah-naskah tersebut memuat berbagai ilmu pengetahuan dan sejarah pemerintahan Bima, hukum adat dan hukum Islam yang diterapkan di Bima, ilmu pertanian, kelautan, perbintangan, serta hubungan interaksi dengan daerah lain maupun pedagang dari negeri asing.
Koleksi lainnya berupa Kitab La Nonto Gama, yaitu kitab Al Quran yang ditulis dengan tangan yang merupakan peninggalan langsung Kesultanan Bima. Selain kronik, manuskrip atau naskah-naskah lama, museum itu mengoleksi benda etnografi budaya Bima, pakaian adat lama semasa Kesultanan Bima, pakaian pangkat-pangkat adat, pakaian upacara adat, pakaian pengantin, pakaian adat anak-anak, ukiran kayu dan perak, serta keramik-keramik lama.
Kondisi Kota Bima pasca banjir dikatakan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Nusa Tenggara Barat Lalu Moh. Faozal sangat parah. Menurut dia, situasi Bima sangat memprihatinkan dan harus bekerja keras untuk memulihkan keadaan. "Berat kerusakannya. Infrastruktur maupun fasilitas umum,” ujarnya.
Ia yang ke Bima sembari membawa bantuan selimut, handuk, dan logistik, melihat kondisi Pantai Lawata yang selama ini menjadi destinasi utama di Bima porak poranda. "Sepanjang pantai penuh limbah. Sangat mengganggu,” ucapnya.
SUPRIYANTHO KHAFID