TEMPO.CO, Jakarta - Berwisata dan mengeksplorasi seluruh sudut kota, bisa jadi kegemaran semua orang. Namun bermacam cara menikmatinya. Ada yang lebih memilih ikut paket tour lengkap dengan tour guide-nya. Alasannya, tak mau repot. Cukup bayar sejumlah dana, tinggal duduk manis dan menikmati kegiatan wisata.
Ada pula yang memilih berwisata ala backpacker alias jalan ala orang tak berduit. Kegiatan ini tak seekstrim yang dibayangkan. Ini adalah kegiatan wisata, dimana semua keperluan diurus sendiri. Misal pembelian tiket, perencanaan perjalanan (itinerary), tujuan wisata, pemilihan rute, jenis transportasi dalam kota yang digunakan, hingga booking hotel.
Nah, kini ada satu lagi cara berwisata yang digagas startup digital baru asal Solo, Triponyu (baca=trip on you). Berbeda dengan paket wisata yang banyak ditawarkan biro travel, Triponyu menawarkan akses bagi local guides dan traveler untuk saling berhubungan. Local guides adalah masyarakat umum di sekitar tujuan wisata, yang memiliki ide-ide kreatif untuk ditawarkan melalui Triponyu sebagai paket-paket wisata.
“Di Triponyu, local guides dapat menjadi traveler dan traveler dapat menjadi local guides,” kata salah satu pendiri Triponyu, yang juga menjabat sebagai Chief Executive Officer Triponyu, Agustinus Adhitya Pramono. Yah, sebab para local guides--atau yang akrab disapa local friends ini-- akan menyusun paket wisata disertai harga paket dari mereka sendiri, kemudian dicantumkan di website dan aplikasi Triponyu.
Untuk menjadi local friends ini, lanjut Agustinus, diberlakukan proses verifikasi data dan pengecekan terhadap paket wisata ditawarkan. “Tujuannya, supaya bisa memberikan kepastian, keamanan, dan kenyamanan bagi para traveler, terutama untuk solo traveler perempuan,” kata dia lagi.
Karena menurut Agustinus, yang akrab disapa Adit ini, kaum perempuan merupakan pihak yang rentan dalam kegiatan wisata. Apalagi jika kegiatan wisata tersebut hanya melibatkan dua individu berbeda jenis. Satu orang sebagai pelancong, sedangkan satu lagi sebagai penduduk lokal yang berperan sebagai guide.
Selain proses verifikasi yang detil terhadap local friend ini, lanjut Adit, pihaknya juga tengah membangun jaringan keamanan khusus berbasis tekhnologi terhadap keselamatan pelancong. “Kita belum bisa sebutkan detil saat ini, karena masih dalam tahap develop infrastruktur,” katanya. Jika sistem ini telah beroperasi nanti, Adit optimis sistem keamanan bagi solo traveler wanita ini akan jadi keunggulan utama Triponyu.
Nah, tim Cantik mencoba salah satu trip yang ditawarkan Triponyu pada Sabtu 10 Desember lalu. Ditemani local friends asli Solo, yang juga merupakan Chief Financial Officer dan Chief Business Development Officer Triponyu, Alfonsus Aditya Prabowo, kami memilih paket menikmati suasana Mangkunegaran di pagi hari, diiringi suara gamelan yang dimainkan di Sabtu pagi.
Sebetulnya masih banyak paket wisata lain yang ditawarkan. Antara lain: paket menjelajah singkat Kota Solo dengan menikmati kuliner lokal yang benar-benar alami, yang diperdagangkan secara individu semisal nasi liwet di pagi hari.
Pilihan lain yakni paket menikmati riuhnya Pasar Gede di pagi hari yang tentu saja dipenuhi dengan aneka jajanan pasar. Paket berikutnya yang ditawarkan, paket menikmati bangunan-bangunan sejarah seperti Bank Indonesia yang dibangun oleh arsitektur asal Belanda,, Kuypers. “Semua paket itu kami tawarkan dengan harga Rp 150 ribu per orang saja. Sebuah harga yang cukup murah untuk mengenal Kota Solo lebih dekat,” kata Alfonsus yang punya nama panggilan Adit ini.
Dimulailah perjalanan kami di pagi hari. Start dari hotel jam 7 pagi, kami bertemu di depan Prince Kusuma Sahid Hotel di kawasan Mangkunegaran. Dari situ, kami berjalan kaki menyusuri Jalan Sugiyopranoto, yang mengarah ke Istana Mangkunegaran.
Sebelum sampai di lokasi, kami mengisi perut dulu di tempat makan rekomendasi Adit, yakni Warung Bu Zainal. “Di sini sego tumpang-nya enak banget. Murah pula,” kata Adit layaknya endorser. Setelah dicoba, ternyata memang nasi tumpeng, menu nasi campur khas Solo yang disajikan, rasanya sangat lezat. Harganya pun cukup murah, hanya sekitar Rp 10 ribu dengan lauk telor dadar, aneka sayuran dan tempe goreng, sudah ditemani segelas teh tawar panas.
Selanjutnya, kami berbelok masuk ke kawasan Istana Mangkunegaran. Setelah membayar tiket masuk Rp 10 ribu per orang dan menyewa tour guide, kami pun diajak berkeliling dan masuk ke dalam kawasan Istana Mangkunegaran. Bagi Anda yang pernah berkunjung ke Keraton Kasunanan di Solo, tentunya bisa menemukan suasana yang berbeda saat masuk ke dalam istana, yang sejatinya merupakan kediaman Pangeran Sambernyowo atau Raden Mas Said, panglima militer Kerajaan Mataram ini. Saat masuk ke areal penerimaan, suasana terasa hangat layaknya Anda memasuki areal tamu di rumah sahabat.
Sekedar informasi, di Solo dikenal dua keraton yang memiliki tingkat kekuasaan yang berbeda, yakni Keraton Kasunanan dan Istana Mangkunegaran. Mangkunegaran adalah kerajaan otonom yang berkuasa di wilayah Surakarta, tetapi tidak memiliki kekuasaan yang tinggi, yang setara dengan Kasunanan Surakarta. Mangkunegaran terbentuk berdasarkan Perjanjian Salatiga di tahun 1757, sebagai solusi atas perlawanan yang dilakukan Pangeran Sambernyowo terhadap Pakubuwono III. Pada saat itu, Kasunanan Surakarta sendiri telah terpecah akibat Perjanjian Giyanti dua tahun sebelumnya yang terbagi antara Kasunanan Surakarta itu sendiri dan Kesultanan Yogyakarta.
Setelah lelah berkeliling mempelajari sejarah, koleksi benda-benda bersejarah dan seluk-beluk Istana Mangkunegaran, tepat pukul 10 WIB, kami duduk menikmati alunan gending Jawa dari serangkaian gamelan yang telah berusia lebih dari 300 tahun. Suara yang diperdengarkan sungguh merdu. Apalagi dinikmati di pelataran utama berbentuk rumah joglo dengan angin semilir yang bikin ngantuk.
Tepat pukul 12, kami mengakhiri perjalanan berkeliling Istana Mangkunegaran. Sungguh sebuah pengalaman yang tak terlupakan.
DA CANDRANINGRUM
Baca juga:
8 Tren Kecantikan yang Semakin Digemari di 2017
5 Tanda Anda Orang Istimewa bagi Dia
Tip bagi Orang Tua yang Bingung Hadapi Anak Pembantah