TEMPO.CO, Jakarta - Sampai dengan 29 Desember 2016, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup pada posisi 5.302,57. Angka tersebut meningkat 15,45 persen dibandingkan posisi penutupan tahun lalu.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad menuturkan, pertumbuhan IHSG sebesar 15,45 persen merupakan pertumbuhan indeks terbaik kedua di kawasan Asia-Pasifik setelah Thailand, dan ranking lima terbaik dunia.
“Dari sisi pertambahan jumlah emiten yang tercatat di BEI, di 2016 ini BEI berhasil menambah 16 emiten saham baru, suatu angka yang jauh lebih baik dari Bursa Efek Singapura dan Filipina yang masing-masing justru kehilangan atau minus 10 dan 1 emiten di tahun yang sama,” kata Muliaman Hadad dalam siaran pers tahunan OJK, Jumat, 30 Desember 2016.
Baca: OJK Optimistis Kredit Bermasalah Terkontrol di 2017
Muliaman menambahkan, industri reksadana juga mengalami pertumbuhan yang cukup baik. NAB Reksa Dana meningkat 22,66 persen menjadi Rp 333,61 triliun. Peningkatan juga terjadi pada jumlah dan nilai penawaran umum.
Pasar Modal Indonesia, yakni PT Bursa Efek Indonesia (BEI), berhasil memobilisasi dana melalui IPO saham 14 perusahaan dengan nilai Rp 12,07 triliun, right issue saham 34 perusahaan senilai Rp 68,06 triliun, obligasi korporasi 75 perusahaan senilai Rp 115,46 triliun, dan total nilai Penawaran Umum selama 2016 sebesar Rp 194,74 triliun atau naik 68,94 persen dari tahun sebelumnya.
Simak: Pilot Diduga Mabuk, Kementerian Perhubungan Tegur Citilink
Sebelumnya, Direktur Utama BEI Tito Sulistio menyatakan syukurnya atas pencapaian BEI. Sebab, pada perdagangan tahun ini, BEI mampu mencatatkan beberapa rekor baru sepanjang sejarah BEI. Likuiditas, yakni untuk transaksi harian, misalnya. Saham yang diperdagangkan di BEI pernah mencapai rekor tertinggi, yaitu 433 ribu kali dalam sehari, yang menandakan saham yang listing di BEI cukup likuid.
Tahun ini BEI juga mencapai level kapitalisasi pasar tertinggi hingga Rp 5.890 triliun. “Kita juga mencapai highest ever per tahun untuk jumlah investor 180 ribu. Jadi kami happy,” tutur Tito.
Meski dalam beberapa tahun terakhir indeks di bursa mengalami penurunan setelah terpilihnya Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat, Tito optimistis di masa yang akan datang BEI akan lebih baik lagi.
“Insya Allah tetap nomor dua, untuk highest ever likuiditas transaksi, kapitalisasi pasar. Ini mencerminkan trust kepada Bursa Efek, mencerminkan kepercayaan terhadap ekonomi Indonesia. Mencerminkan kepercayaan terhadap masa depan ekonomi Indonesia,” tuturnya.
DESTRIANITA