TEMPO.CO, Jakarta - Seiring dengan berjalannya tahun, undangan reuni semakin banyak dari berbagai jenjang pendidikan. Namun tak semua orang bisa menikmati suasana reuni, yang semula diharapkan bisa menyambung kembali tali silaturahmi.
Psikolog Anggia Chrisanti menjelaskan macam reuni dan karakternya, dari temu kangen dengan teman di sekolah dasar sampai kuliah, hingga apa yang bisa kita dapatkan dari acara tersebut.
Baca Juga:
1. Reuni SD
Di usia itu, walaupun terlewati selama enam tahun, tapi biasanya belum banyak hal yang kita ingat atau berkesan. Kalaupun ada, biasanya paling banyak adalah kenangan di tingkat-tingkat akhir, kelas V atau VI. Walau tidak menutup kemungkinan ada juga memori dari masa sebelum itu, ditambah saat itu usia kita masih tergolong anak-anak.
Karakteristik reuni biasanya saling lupa nama, lupa wajah, dan hanya sedikit saja yang kita ingat, terutama teman-teman yang pernah sekelas dan yang pernah meninggalkan kesan, misalnya paling nakal, paling cengeng, paling gendut, dan lain-lain. Biasanya kita tidak banyak ekspektasi di reuni SD, selain kumpul, mengingat kembali, dan menyambung silaturahmi.
2. Reuni SMP
Di sini mulai muncul cerita-cerita seru, antara lain cerita cinta. Namun biasanya, kisah dari para wanita lebih seru dari para pria karena perempuan di usia itu mulai terlihat cantik, berprestasi, menarik, dan lain-lain. Laki-laki masih lebih lugu walau tidak semuanya.
Baca Juga:
Mulai ada cerita tentang persahabatan, cinta monyet, guru-guru, geng-gengan, dan saling risak (bully). Namun biasanya masih belum membekas karena di usia itu, selain belum terlalu banyak mengingat, biasanya akan agak tertutup dengan kisah saat SMA. Karakteristik di reuni SMP, kita mulai ada harapan-harapan tentang keakraban, lebih dari reuni SD meski belum seperti reuni SMA.
3. Reuni SMA
Ini biangnya reuni. Kita mulai beranjak dewasa, banyak pengalaman pertama, dan lain-lain, bisa dibilang dunia paling seru karena lebih banyak kisah dan cerita, dan semua itu biasanya terekam cukup dalam di hati dan ingatan, semua yang manis, membahagiakan, hingga paling menyakitkan.
Tentang sejumlah sahabat yang pernah berjanji akan bersama selamanya, cerita cinta yang mulai beranjak serius, dan tuntutan akademis yang mulai membebani, tapi sering terkalahkan dengan serunya hari-hari dengan kisah yang lebih nyata. Guru galak, labrak-labrakan, dan lain-lain.
Masing-masing sadar atau tidak mulai mencari tempat yang paling pas untuk dirinya, jadi si populer, si bandel, si cupu, si pintar, si aktif berorganisasi, dan si yang lainnya. Konflik makin tipis juga tajam, saling tikung urusan pelajaran, hingga percintaan.
Biasanya reuni ini paling banyak menelan orang-orang yang merasa kecewa. Karena saat hadir di reuni, ternyata tidak seindah bayangan. Ingat, prinsipnya menempatkan masa SMA sebagai momentum yang paling indah. Namun ternyata, sahabat tidak lagi seperti dulu, perubahan kelompok, no one become someone, atau sebaliknya.
Yang dulu digadang-gadang akan sukses ternyata biasa saja. Yang tadinya terlihat cantik dan ganteng kini tidak lagi menawan. Justru yang dulu tidak diperhitungkan sebagai gebetan kini bersinar dan mempesona. Belum lagi perubahan bentuk tubuh yang tadinya semua ideal, baik laki-laki dan perempuan, begitu reuni berubah semua.
Hal yang biasanya terjadi adalah saling tidak menerima. Tidak menerima perubahan diri dan perubahan teman. Ini biasanya yang cukup memunculkan depresi bagi cukup banyak orang. Andai pun tidak diakui, biasanya hanya karena ada upaya mengkamuflase kenyataan.
4. Reuni kuliah
Biasanya agak lebih serius. Keadaan saat kuliah dan saat reuni tidak terlalu banyak berubah. Hanya beberapa saja yang mengalami perubahan ekstrem. Karakteristiknya reuni ini masih cukup mudah dihadapi, hampir sama rasanya seperti berkumpul dengan teman-teman pada masa sekarang.
Artikel lain:
Untung-Rugi Menikah Muda
Sadari 7 Keunikan Bibirmu
Bahaya BPA di Botol Plastik bagi Kesehatan