TEMPO.CO, Probolinggo - Ketua Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar mengatakan tengah menghadapi dua tantangan besar saat ini.
"PKB dan NU (Nahdlatul Ulama) punya dua tantangan besar. Pertama adalah Wahabi, yang menyerang terus Ahlussunnah wal Jamaah. Kedua, liberalis yang sangat liberal, mengejar kebebasan, bahkan mengusulkan undang-undang membolehkan kawin sejenis," ucap pria yang biasa disapa Cak Imin itu di hadapan para kiai sewilayah Tapal Kuda, Rabu, 24 Mei 2017, di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, Kabupaten Probolinggo. (Baca: Cak Imin Minta Pemerintah Buat Aturan Tegas Soal Hukuman LGBT)
Cak Imin mengatakan dua tantangan ini yang sedang dihadapi. Di hadapan para kiai, Cak Imin juga menyebut Nahdlatul Ulama sebagai organisasi yang besar di Jawa Timur dan mengakar. "Bangsa Indonesia mengakui bahwa Jawa Timur menjadi penopang NKRI karena besarnya Nahdlatul Ulama. Hampir seluruhnya juga mengakui bahwa Jawa Timur-lah yang akan menjadi pendorong Ahlussunnah wal Jamaah di seluruh Indonesia," ujarnya.
Apalagi akhir-akhir ini, tutur dia, terdapat gesekan yang sangat serius. "Paling akhir di Pontianak, nyaris bentrok lagi. Jangan sampai terulang kembali peristiwa Sampit. Lalu, di Manado, ada pengusiran orang-orang Jakarta yang datang," ucapnya. (Baca: Ormas Anti-Pancasila, Menteri Ryamizard: Cari Negara Lain Saja)
Menambahi pernyataan Cak Imin seusai pertemuan dengan para kiai, Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong, KH Hasan Mutawakil Alallah, mengatakan bangsa ini memang sedang mengalami beberapa tantangan-tantangan. Tantangan itu di antaranya ekstrem kanan dan ekstrem kiri.
Ekstrem kiri itu seperti Islam kaku yang pada dosis tertentu bisa menelurkan teroris. Yang termasuk ekstrem kiri juga komunisme dan gerakan keras yang sebenarnya gerakan politik yang dikemas dengan agama. "Gerakan politik Islam yang marak itu seperti HTI, yang sekarang dilarang," ujarnya.
Sedangkan ekstrem kanan, tutur Hasan, di antaranya gerakan menghalalkan pernikahan sejenis. "Dan itu kelompok liberal. Itu memang akan merusak kultur dan budaya bangsa serta harus kami perangi. Caranya dengan revolusi mental," katanya. (Baca: Cak Imin: Intoleransi dan Radikalisme Ganggu Ekonomi)
DAVID PRIYASIDHARTA