Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tokoh 17 Agustus, Irfan Latifulloh Ubah Pendidikan di Pesantren

image-gnews
Irfan Latifulloh Sarhindi di Kampung Toleransi, Gang Ruhana, Kelurahana Paledang, Kecamatan Lengkong, Bandung, Jawa Barat, dimana terdapat masjid, vihara, dan gereja, di kampung tersebut, 15 Agsutsu 2017. Irfan adalah seorang dosen, penulis, dan peneliti di bidang diskursus Islam. TEMPO/Prima Mulia
Irfan Latifulloh Sarhindi di Kampung Toleransi, Gang Ruhana, Kelurahana Paledang, Kecamatan Lengkong, Bandung, Jawa Barat, dimana terdapat masjid, vihara, dan gereja, di kampung tersebut, 15 Agsutsu 2017. Irfan adalah seorang dosen, penulis, dan peneliti di bidang diskursus Islam. TEMPO/Prima Mulia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pulang dari London, Januari 2017, Irfan Latifulloh Sarhindi, 29 tahun, memilih kembali ke Cianjur. Master filsafat pendidikan lulusan University College London ini punya sebuah misi: membangun pendidikan di pesantren yang lebih terbuka dan membendung radikalisasi.

Irfan adalah generasi kelima pendiri Pondok Pesantren Darul Falah, Cianjur. Pesantren tersebut didirikan buyutnya, KH Mohammad Cholil, pada 1894. Dia gelisah melihat generasi muda di Cianjur yang semakin tidak toleran. Menurut dia, itu tergambar dari banyaknya warga Cianjur yang menjadi peserta aksi demontrasi 411 dan 212. "Massa yang turun ke jalan itu banyak disumbang dari Cianjur," katanya kepada Tempo, Sabtu, 12 Agustus 2017.

Sebenarnya upaya memperbarui pendidikan pesantren sudah dia lakukan sejak lama. Pada 2010, dia membuat pesantren kilat Salamul Falah dengan konsep child centred education. Metode belajar dibikin asyik. Anak-anak didorong untuk aktif di kelas. Pelajaran dikombinasi dengan permainan dan aktivitas fisik. Ruang kelas tidak disekat dan proses belajar tidak satu arah dari guru ke murid.

Baca juga: Tokoh 17 Agustus: Trik Winston Utomo Menjaring Pembaca Milenial

Pola pengajaran di pesantren umumnya, kata Irfan, hanya mengandalkan hapalan, sehingga anak-anak kurang dapat menelaah secara kritis isu-isu yang berkembang. "Walhasil, ada kecenderungan agama dijadikan alat ekonomi dan politik," kata dia.

Manakala gerakan radikal Islam semakin menguat, Salamul Falah mulai berfokus pada tema kebangsaan dan Islam yang moderat. Pengalamannya belajar di Inggris menguatkan tekad Irfan. “Indonesia pada 2045 tak hanya harus berdaulat secara ekonomi, tapi juga dewasa dalam religiusitas dan sosiokultural,” katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Irfan hendak mengembangkan pola pikir yang terbuka serta sikap toleransi dan keberagaman. Salah satunya dengan menceritakan kembali kisah Nabi Muhammad SAW yang tetap menghormati dan menghargai umat Yahudi atau Nasrani.  Anak-anak diajak menonton film antara lain Joshua Oh Joshua. Meski bukan film islami, menurut dia, film itu memberikan pelajaran yang baik.

Di dalam kelas yang tak memisahkan laki-laki dan perempuan, anak-anak juga diajarkan cara membuat kerajinan tangan. Sedangkan panitia mendapat pengetahuan tentang cara berorganisasi dan berbicara di hadapan publik.

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (NU), KH Choirul Anam, sekaligus generasi keempat Pesantren Darul Falah, mendukung ide Irfan. Dia melihat intoleransi sebagai masalah nyata saat ini dan masa mendatang. Karena itu, menurut dia, santri perlu mendapat materi mengenai fikih politik. "Ini penting supaya keberagamaan dan kebangsaan tidak terjadi benturan," ujarnya.

Kegiatan Irfan sempat dikritik masyarakat di sekitar pesantren.  "Mereka bilang itu keluar dari ajaran pesantren," kata Irfan. Namun dia tak berhenti. Dia terus mengkampanyekan keberagaman dan toleransi. Sabtu pekan lalu, dia bicara tentang radikalisme Islam dan pengaruhnya terhadap intoleransi dalam summer conference yang diadakan Pusat Hak Asasi Manusia Universitas Jember.

TIM TEMPO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Gerakan Makan Berkah Bantu Pasien Covid-19 yang Harus Isoman di Tangsel

14 Agustus 2021

Relawan Gerakan Makan Berkah saat membagikan makanan siap saji kepada masyarakat yang sedang isolasi mandiri diwilayah Ciputat Timur, Sabtu 14 Agustus 2021. Tempo/Muhammad Kurnianto
Gerakan Makan Berkah Bantu Pasien Covid-19 yang Harus Isoman di Tangsel

gerakan Makkah sudah memiliki empat dapur di Tangerang Selatan untuk membagikan makanan gratis setiap hari bagi pasien Covid-19 yang sedang isoman.


Usai Upacara, Sri Mulyani Ikut Flash Mob dengan Pegawai Kemenkeu

17 Agustus 2019

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati selepas menjadi Pembina Upacara Hari Kemerdekaan RI ke-74 di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Sabtu, 17 Agustus 2019. Tempo/Caesar Akbar
Usai Upacara, Sri Mulyani Ikut Flash Mob dengan Pegawai Kemenkeu

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ikut menari dalam flash mob yang diinisiasi oleh sejumlah pegawai Kementerian Keuangan.


Tokoh 17 Agustus: Kantong Pekerja Lepas Ryan Gondokusumo

21 Agustus 2017

Pendiri Sribulancer, Ryan Gondokusumo, saat ditemui Tempo di kantornya, kawasan Gandaria, Jakarta, 9 Agustus 2017. TEMPO/Nurdiansah
Tokoh 17 Agustus: Kantong Pekerja Lepas Ryan Gondokusumo

Ryan Gondokusumo berhasil mengembangkan situs penyedia jasa desain menjadi platform yang mewadahi ribuan pekerja lepas dalam waktu tiga tahun.


Tokoh 17 Agustus: Prasetyo Andy Mewujudkan Konsep Smart City

21 Agustus 2017

Head of IT Development Jakarta Smart City Prasetyo Andy Wicaksono. TEMPO/Imam Sukamto
Tokoh 17 Agustus: Prasetyo Andy Mewujudkan Konsep Smart City

Prasetyo Andy Wicaksono menerapkan aplikasi digital Qlue Jakarta Smart City untuk memecahkan masalah perkotaan.


Tokoh 17 Agustus: Firdaus Putra Aditama dan Koperasi Modern

20 Agustus 2017

Firdaus Putra Aditama. dok. pribadi
Tokoh 17 Agustus: Firdaus Putra Aditama dan Koperasi Modern

Tokoh 17 Agustus Koran Tempo salah satunya adalah Firdaus Putra Aditama, 32 tahun.


Tokoh 17 Agustus: Sulfahri, Kepincut Listrik Alga

20 Agustus 2017

Dokter Universitas Hasanuddin, Sulfahri (28) saat berada di antara  Ganggang (Alga) untuk bahan penilitian Alga menjadi Biotethanol dan biodisel di Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, 14 Agustus 2017. TEMPO/Iqbal Lubis
Tokoh 17 Agustus: Sulfahri, Kepincut Listrik Alga

Sulfahri, 28 tahun, terpilih menjadi tokoh 17 Agustus Koran Tempo.


Tokoh 17 Agustus: Ricky Elson, Setrum Murah untuk Rakyat

20 Agustus 2017

Ilmuwan Ricky Elson. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Tokoh 17 Agustus: Ricky Elson, Setrum Murah untuk Rakyat

Ricky Elson, adalah salah satu tokoh edisi khusus Tempo Hari
Kemerdekaan 17 Agustus 2017.


Tokoh 17 Agustus, Mizan Bustanul Pembuat Kurikulum Anti Bencana

20 Agustus 2017

Mizan Bustanul Fuady Bisri, saat survey pasca gempa Nepal 2015 di di Gorkha, Nepal, 25 April 2017. dok. pribadi
Tokoh 17 Agustus, Mizan Bustanul Pembuat Kurikulum Anti Bencana

Dalam memperingati hari proklamasi 17 Agustus, redaksi Tempo
menampilkan tokoh edisi khusus. Salah satunya adalah Mizan
Bustranul Fuady Bisri.


Tokoh 17 Agustus: Ratih Pangestuti, Mengail Obat dari Lautan

19 Agustus 2017

Ratih Pangestuti di laboratorium Pusat Penelitian Oseanografi  LIPI, Jakarta, 14 Agustus 2017. Bioaktif peptida kuda laut mampu menurunkan peradangan pada mikroglia dan menghambat kematian sel saraf cholinergic. TEMPO/ Nita Dian
Tokoh 17 Agustus: Ratih Pangestuti, Mengail Obat dari Lautan

Ratih pangestuti, tokoh 17 Agustus di bidang kesehatan pilihan Koran Tempo, meneliti biota laut untuk mencari bahan baku obat.


Tokoh 17 Agustus: Solusi Gamal Albinsaid Mengatasi Biaya Medis

19 Agustus 2017

Chief Executive Officer (CEO) Indonesia Medika, Gamal Albinsaid, di Jakarta, 22 Maret 2016. TEMPO/Frannoto
Tokoh 17 Agustus: Solusi Gamal Albinsaid Mengatasi Biaya Medis

Melalui asuransi sampah, Gamal Albinsaid, tokoh 17 Agustus pilihan Koran tempo, membantu pelayanan kesehatan sekaligus menjaga kebersihan lingkungan.