Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:Kepala Badan Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Polisi Saleh Saaf mengaku terperanjat mendengar informasi dari harian Strait Times terbitan Singapura yang memberitakan bahwa rencana peledakan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia, Singapura, dan Malaysia dirancang di Indonesia. “Apa benar itu?” ujarnya di Mabes Polri, Jakarta, Senin (11/2). Saleh optimistis bahwa informasi tersebut benar. Ia justru khawatir ada sesuatu dibalik blow-up informasi ini. “Apakah sudah sehebat itu orang Indonesia bisa membuat konsep untuk menghancurkan beberapa kedutaan AS?” tanyanya. Saleh juga khawatir bahwa ini merupakan propaganda, karena tidak tertutup kemungkinan ada negara tertentu atau kelompok tertentu yang ingin menjatuhkan negara ini. Indikasi ini muncul dengan diberitakannya adanya jaringan terorisme di Indonesia secara terus menerus. Padahal, berdasarkan hasil penyelidikan intelijen Polri, hingga saat ini belum ditemukan adanya jaringan terorisme internasional di Indonesia yang mengadakan latihan di Indonesia, dan melakukan gerakan-gerakan untuk ekspansi ke luar negeri. Terhadap info tersebut, Saleh menjelaskan, Polri menerimanya sebagai masukan. Meski demikian, pihaknya akan terus mendalami, sehingga berita tersebut tidak menyesatkan atau hanya untuk membuat suasana makin tidak kondusif di negeri ini. “Polisi harus membuktikan tuduhan itu," kata dia. Saleh berharap, berita-berita tersebut tidak benar, karena akan sangat memalukan bila warga negara Indonesia mempunyai niatan seperti itu. Seperti diberitakan Strait Times edisi Senin (11/2) yang terbit di Singapura, kelompok militan Jemaah Islamiah berencana melakukan serangan ke Singapura, Malaysia, dan Indonesia pada 4 Desember silam. Rencana ini terpapar dalam dokumen setebal 12 halaman, berjudul "Operasi Jihad di Asia" dan dilaporkan oleh harian terbesar di Singapura itu. Data tersebut menurut Strait Times ditemukan oleh intelijen Indonesia. Dalam dokumen yang ditemukan intelijen Indonesia pada Oktober silam, tim bernama sandi 'Jibril', akan meledakkan kedutaan Amerika Serikat di Singapura, Kuala Lumpur, dan Jakarta dengan menggunakan bahan C-4. Dokumen tersebut ditandatangani oleh Ketua Jemaah Islamiah, Abu Hanafiah dan sekretarisnya, Fikri Sugondo. Strait Times memperkirakan mereka berdua menggunakan nama alias, seperti kebanyakan dalam dokumen operasi yang menyebut nama pelaku. Sejauh ini tokoh Jemaah Islamiah terkenal adalah Abu Bakar Ba'asyir, pemimpin pondok pesantren Ngruki, Solo. Ia, Strait Times menulis, dipercaya sebagai aktivis Jemaah Islamiah di Malaysia. Sejumlah orang percaya bahwa persaingan dalam tubuh dinas intelejen Indonesia menyebabkan sebagian perwira intelijen, yang menolak kerjasama dengan Washington, menyembunyikan dokumen ini. (Retno Sulistyowati/Nur Khoiri-Tempo News Room)
Iklan
