Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Peneliti Jepang Ciptakan Pisang Yang Bisa Dimakan Kulitnya

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan

Sebuah perusahaan di Jepang telah berhasil menciptakan pisang yang tidak perlu Anda kupas sebelum dimakan.

Pisang mongee (diucapkan 'mon-gay' dan berarti 'menakjubkan') memiliki kulit yang bisa dimakan yang diklaim rasanya seperti sayuran dan memiliki tekstur seperti selada.

Baca Juga:

Pisang ini telah menjadi usaha penuh cinta bagi Setsuzo Tanaka berusia 68 tahun dari Prefektur Okayama yang telah menghabiskan waktunya selama 40 tahun terakhir untuk menyempurnakan teknik menumbuhkan pisang Mongee ini.

Bibit-bibit pisang dibekukan, kemudian dicairkan dan ditanam kembali, dimana perusahaannya, D & T Farm, menyebut metode ini sebagai  "freeze-thaw awakening".

Baca Juga:

Menurut D & T Farm, proses tersebut membuat tanaman tumbuh dengan cepat, memotong proses budidaya tanaman pisang yang biasanya memerluka waktu dua tahun menjadi hanya enam bulan saja.

Pisang matang dengan cepat, menyebabkan kulitnya tipis, lentur dan dapat dimakan.

Akar di masa lalu

Pisang Mongee
Pisang Mongee berasal dari varietas Gros Michel, yang merupakan varietas utama yang tumbuh secara global sampai pertengahan tahun 1950an.

Disertakan: Pertanian D & T

Pisang Mongee dikembangkan dari varietas pisang Gros Michel, yang kemungkinan merupakan jenis pisang yang biasa dikonsumsi mereka di tahun 1950-an dan sebelumnya.

bananapeel3_abc_1802021.jpg
Ilmuwan Queensland berusaha untuk mengembangkan varietas baru untuk menjaga buah Australia yang paling populer ini tetap digemari selama bertahun-tahun yang akan datang.

Ini adalah varietas pisang utama dalam yang beredar secara global sejak awal 1900-an sampai tahun 1950an, ketika perkebunan di Amerika Tengah musnah oleh penyakit layu fusarium yang menjadi lebih dikenal sebagai penyakit Panama.

Jenis yang lebih baru dari penyakit yang bersumber dari jamur yang ditularkan melalui tanah, Panama TR4, sekarang mempengaruhi tanaman pisang Cavendish Australia.

Keinginan Setsuzo Tanaka untuk menumbuhkan pisang Gros Michel tropis di iklim dingin Jepang didorong oleh kenangannya sendiri saat kecil memakan pisang tersebut ketika pisang di saat buah yang satu ini masih digolongkan sebagai makanan mewah.

"Ia mengembangkan pisang Mongee sebagai hobi.

"Alasan mengapa kulit pisang bisa dimakan adalah varietas Gros Michel yang relatif lebih tipis kulitnya, dibandingkan dengan pisang yang diimpor ke Jepang."

Aman dan manis

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perusahaan ini menentang modifikasi genetik dan tanaman pisang Mongee  ini tidak diobati dengan bahan kimia apapun, yang memungkinkan kulitnya dimakan dengan aman.

"Kami tidak menggunakan pupuk kimia dan tidak ada musuh alami pisang di Jepang, jadi ini adalah penanaman non-pestisida," kata Tanaka.

pisang
Metode pembekuan-pencairan beku digunakan untuk menanam tanaman tropis di iklim dingin Jepang.

Disertakan: Pertanian D & T

Buah itu sendiri sangat manis, dengan kandungan gula yang baru-baru ini diukur menunjukan 25,8 gram per 100 gram.

Sebagai perbandingan, pisang Cavendish, yang merupakan varietas komersial utama saat ini, memiliki sekitar 18 gram gula per 100 gram.

Menurut Pak Tanaka, memakan buah dan kulitnya memberi nutrisi tambahan.

"Kulit pisang bisa mengandung vitamin B6 dan magnesium dan kaya akan triptofan dan ada juga potasium, polifenol, tapi ada banyak vitamin larut air, zat besi khususnya," katanya.

Pisang Mongee sekarang dijual di sebuah toserba Jepang seharga $ 7 (sekitar Rp74 ribu) per buah, harganya mahal karena ditanam dari biji yang hanya mampu menghasilkan hanya sekitar 10 buah pisang yang tersedia setiap minggunya.

Perusahaan ini berencana memperluas penjualan mereka, sebagai langkah awalnya mereka menyasar pasar di seluruh Jepang, di mana 99 persen pisang saat ini masih diimpor.

Tanaka mengatakan bahwa ekspor global juga masuk dalam rencana bisnis perusahaannya.

pisang
Saat ini, 99 persen pisang di Jepang diimpor.

Disertakan: Matthew Abbott

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.

Lihat Artikelnya di Australia Plus

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada