Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Jokowi Dan Prabowo Saling Serang Di Debat Pilpres 2019 Kedua

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan

Acara debat Pilpres kedua pada Minggu (17//2/2019) malam yang membahas isu infrastruktur, pangan, sumber daya alam dan lingkungan serta energi diwarnai aksi saling serang. Calon presiden Prabowo Subianto beberapa kali mengkritisi program pembangunan oleh rivalnya, sementara calon presiden Joko Widodo berhasil memanfaatkan pengalamannya sebagai petahana dalam menangkis serangan itu.

Sebagai petahana dimana kemajuan pembangunan infrastruktur selama masa kepemimpinannya menjadi salah satu keunggulan yang digadang-gadang kubunya, Joko Widodo menggunakan debat capres kedua ini untuk menunjukan pencapaian pembangunan yang sudah dilakukannya dan strategi yang akan dilakukannya ke depan.

Baca Juga:

Tak heran jika sepanjang berlangsungnya debat yang diselenggarkan di Hotel Sultan Jakarta, calon presiden nomor urut 1 ini tampak lebih dominan menguasai isu dan menanggapi pertanyaan dalam debat.

Capres Joko Widodo menegaskan kembali komitmennya untuk melanjutkan proyek infrastruktur, serta berjanji akan mengurangi penggunaan energi fosil dan mengurangi sampah plastik.

Sementara Capres Prabowo Subianto menggunakan debat ini untuk menegaskan program-programnya yang berpihak pada rakyat kecil. Prabowo berjanji akan mendorong kemandirian bangsa dengan swasembada pangan, energi dan air serta menurunkan tarif listrik dan harga bahan pokok.

Prabowo kritik infrastruktur di era Jokowi

Baca Juga:

Capres Prabowo Subianto yang tampil dengan setelan jas lengkap beberapa kali berusaha menyerang lawannya dengan mengkritik keras pembangunan infrastruktur yang dilakukan Joko Widodo.

Misalnya ketika moderator membacakan pertanyaan yang dipilih oleh capres 01 mengenai strategi untuk meningkatkan daya saing Indonesia, capres Joko Widodo mengatakan akan memprioritaskan konektivitas antar pulau dan propinsi.

"Dalam 4 tahun ini telah kita bangun banyak sekali baik jalan, jalan tol, pelabuhan dan bandara baru maupun pengembangan inilah yang ingin kita lakukan agar konektivitas antar pulau, antar propinsi, kabupaten dan kota dapat tersambung dengan baik sehingga kecepatan kemudahan transportasi logistik barang dengan mobil akan semakin cepat." papar Joko Widodo.

"Meningkatkan daya saing tanpa membangun ini lupakan, saya akan konsisten untuk terus membangun infrastruktur sehingga konektivitas terbangun." papar Capres Joko Widodo.

debatcapres_globalcompetitivenessindex.JPG
LaporanĀ Indeks Persaingan Global atau Global Competitiveness Index (GCI) 2018 yang dirilis World Economic Forum (WEF) menempatkan indeks daya saing Indonesia di peringkat 45 dari 140 negara. Peringkat itu mengalami perbaikan karena tahun sebelumnya menduduki posisi 47.

Data World Economic Forum (WEF)

Menanggapi jawaban Jokowi, Prabowo langsung melontarkan kritik atas apa yang sudah dilakukan petahana Jokowi.

"Kemungkinan tim pak Jokowi kurang efisien banyak infrastruktur di lakukan dengan grasa grusu tanpa visibiltas studies yang benar. Banyak proyek infrastruktur yang tidak efisien dan rugi bahkan sangat sulit untuk dibayar. Seperti LRT Palembang dan bandar udara Kertajati." kata Prabowo.

Meski sempat terlihat mengkerutkan dahi dan menggeleng-gelengkan kepala mendengar kritik itu, Joko Widodo menanggapi santai serangan Prabowo dengan kembali menjual pengalamannya sebagai petahana.

""Kalau tadi Pak Prabowo bilang tanpa feasibility study, salah besar. Karena ini direncanakan lama."

"Terkait LRT Palembang, semua butuh waktu untuk memindahkan budaya kita yang senang naik mobil sendiri. Butuh 10 -20 tahun untuk memindahkan budaya itu, artinya kalau masih belum ramai memang masih baru, baru 4-6 bulan. Untuk Kertajati tinggal dibangun jalan tol Kertajati-Bandung begitu rampung airport semua dipindahkan ke Kertajati," tutup Jokowi

Isu revolusi 4.0 dan Unicorn lokal

Isu revolusi industri 4.0 menjadi perbincangan seru dalam debat Capres kedua yang dipandu moderator Tommy Tjokro dan Anissa Dasuki.

Isu ini awalnya muncul pada segmen yang membahas isu energi dan pangan dimana capres 01 memilih pertanyaan mengenai upaya menyikapi industri 4.0 untuk mendorong pembangunan di sektor perikanan, peternakan yang umumnya para pelakunya masih berskala kecil dan tradisional.

Menanggapi pertanyaan ini Capres Joko Widodo menggadang pembangunan palapa ring yang tengah dilakukan pemerintah sebagai tulang punggung pembangunan di sektor ini.

"Petani perlu dikenalkan dengan market place sehingga bisa jualan online, hubungan antara petani dan konsumen semakin dekat, kita juga siapkan UMKM untuk bisa memanfaatkan online sistem. Ini proses yang terus kita kerjakan di lapangan agar kita tidak tertinggal.

"Saya yakin dengan Palapa Ring yang sudah dibangun baik di kawasan Indonesia Barat, Indonesia Tengah dan Indonesia Tiimur yang hampir 100% dan juga sistem 4G di 74 kabupaten kota kalau ini selesai, kita akan mudah masuk ke era digitalisasi."

Sementara Prabowo menilai pembangunan digitalisasi tidak ada gunanya jika Indonesia masih bergantung dengan impor.

"Bagus bicara industri 4.0, tetapi saya lebih ingin Indonesia bisa menjamin pangannya sendiri, tanpa impor-impor dari negara." tukas Prabowo.

Isu industri 4.0 ini muncul lagi di segmen dimana kedua capres dibolehkan melontarkan pertanyaan kepada lawannya. Jokowi menanyakan strategi Prabowo Subianto untuk meningkatkan perusahaan start up dengan valuasi nilai hingga US$ 1 miliar yang diistilahkan 'unicorn' di tanah air.

"Infrastruktur apa yang akan bapak bangun untuk dukung pengembangan unicorn-unicorn di Indonesia?" tanya Jokowi kepada Prabowo dalam debat kedua yang diselenggarakan KPU di Hotel Sultan, Minggu (17/2/2019).

Prabowo terlihat sempat bingung dengan pertanyaan yang diajukan Jokowi dan justru balik bertanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Yang bapak masuk unicorn? unicorn? yang apa itu online-online itu?" tanya Prabowo.

Prabowo kemudian menjawab pertanyaan itu dengan berjanji akan mendukung unicorn lokal dari sisi regulasi.

"Kurangi regulasi, kurangi pembatasan karena mereka lagi giat-giatnya, pesat-pesatnya berkembang jadi saya akan dukung segala upaya untuk memperlancar mereka," jelasnya.

Melihat lawannya yang sempat bingung, Jokowi menggunakan kesempatan itu untuk kembali memaparkan program yang sudah dilakukan pemerintahannya terkait isu industri 4.0 ini.

Jokowi mengatakan pemerintah sedang menyiapkan 1000 start-up baru untuk mendukung unicorn lokal yang ada saat ini.

"Nanti kita link dengan inkubator global. Kita juga membangun Palapa Ring di Indonesia barat 100% seelsai, tengah 100%, dan di timur 90% selesai dan insya Allah di Juni selesai."

Jokowi ungkap kepemilikan lahan Prabowo

Capres Prabowo Subianto kembali menyerang lawannya Joko Widodo dalam segmen yang membahas isu reforma agraria.

"Yang dilakukan pak Jokowi dan pemerintahnya menarik dan populer untuk 1 atau 2 generasi tapi tanah tidak bertambah dan bangsa kita terus bertambah, tiap tahun kurang lebih 2,5 juta jadi kalau bangga dengan bagi-bagi tanah, pada saatnya nanti kita tidak punya lahan untuk dibagi-bagi. Bagaimana masa depan anak cucu kita?" tanya Prabowo.

menanggapi kritik ini Jokowi mengatakan konsesi lahan yang dilakukan di era kepemimpinannya bertujuan agar tanah lebih produktif. Sebaliknya, Jokowi balik menyerang Prabowo dengan mengungkap justru Prabowo yang menerima konsesi lahan yang luas.

"Pembagian yang tadi sudah disampaikan 2,6 juta hektare agar produktif. Kita tidak memberikan gede-gede. Saya tahu Pak Prabowo punya lahan luas di Kalimantan Timur sebesar 220.000 hektare, dan 120.000 hektare di Aceh Tengah. Ingat, pembagian-pembagian seperti ini tidak dilakukan di masa pemerintahan saya," kata Jokowi.

Di akhir acara debat ini, Prabowo Subianto mengakui kalau dirinya memang memiliki tanah yang disebutkan Joko Widodo.

"Tanah yang saya kuasai ratusan ribu hektare itu benar, tapi itu HGU (hak guna usaha), milik negara," kata Prabowo.

Prabowo juga mempersilakan jika negara mau mengambil kembali tanah tersebut.

"Itu benar, negara bisa ambil. Untuk negara saya rela daripada ke orang asing lebih baik saya kelola. Saya nasionalis dan patriot," tegasnya.

Isu lingkungan sepi perdebatan

Sementara itu isu lingkungan yang diangkat dalam acara debat pilpres kedua sesuai pilihan para capres adalah seputar rehabilitas lahan bekas tambang, tata kelola perkebunan sawit dan juga pengelolaan kekayaan laut Indonesia. Isu ini menjadi isu yang paling minim perdebatan diantara kedua calon.

Terkait isu rehabilitasi lahan bekas tambang, Prabowo Subianto berjanji akan bertindak tegas kepada para pengusaha tambang yang tidak bertanggung jawab.

"Situasi ini butuh pemerintah yang tegas berani menindak dan kita juga tahu perusahaan itu banyak yang sudah tidak ada lagi di Indonesia. Setelah mengeksploitasi tambah mereka pergi, Ini masih bisa kita kejar melalui saluran pengadilan internsional mungkin, masih ada banyak jalan." tukas Prabowo.

Sementara Joko Widodo mengatakan untuk mengatasi masalah ini pemerintah telah bekerja sama dengan KPK dalam menggerakan penyelamatan Sumber Daya Alam di tanah air.

"Sejak 2015 pemerintah telah berkerjasama dengan KPK, banyak sekali yang telah dikerjakan bersama KPK. " tukasnya.

Jokowi juga berkilah dibeberapa lokasi reklamasi lahan eks tambang sudah dilakukan.

"Upaya menghutankan kembali [lahan eks tambang] di beberapa tambang sudah dilakukan, sudah ada yang jadi pantai wisata, lubang galian ada yang sudah jadi kolam ikan besar. Memang masih ada 1,2,3 yang belum dikerjakan," kata Joko Widodo.

Ketika moderator memberikan waktu untuk Prabowo menanggapi jawaban Joko Widodo, Prabowo memilih melewatkan kesempatan itu.

"Saya rasa cukup." dan Jokowi sepakat untuk tidak berkomentar lebih lanjut."Saya setuju saja," kata Jokowi.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada