Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Partisipasi Pendidikan Naik Tapi Jutaan Anak Indonesia Masih Putus Sekolah

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan

Angka partisipasi pendidikan oleh anak usia sekolah di Indonesia disebut meningkat tiap tahunnya. Di sisi lain, total jumlah anak putus sekolah di 34 provinsi negara ini masih berada di kisaran 4,5 juta anak.

Dari data yang dimiliki Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), jumlah anak usia 7-12 tahun di Indonesia yang tidak bersekolah berada di angka 1.228.792 anak. Untuk karegori usia 13-15 tahun di 34 provinsi, jumlahnya 936.674 anak. Sementara usia 16-18 tahun, ada 2,420,866 anak yang tidak bersekolah.

Baca Juga:

Sehingga secara keseluruhan, jumlah anak Indonesia yang tidak bersekolah mencapai 4.586.332.

Di situs resminya, TNP2K mengungkap bahwa konsentrasi terbesar dari anak Indonesia yang tidak bersekolah atau putus sekolah berada di Provinsi Jawa Barat, dengan angka 958,599 anak. Disusul oleh provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, masing-masing di angka 677,642 dan 609,131 anak.

Menurut studi yang dilakukan Yayasan Sayangi Tunas Cilik (STC), ada berbagai alasan yang mendasari kondisi putus sekolah anak Indonesia. Dua penyebab terbesar adalah kemiskinan dan pernikahan dini.

"Saya tidak memiliki akta kelahiran, begitupun adik saya. Kata ibu, ia tidak punya uang untuk mengurusnya," ungkap Jeorjina Vicenti (15) dari Atambua, Nusa Tenggara Timur, kepada perwakilan organisasi tersebut.

Ada pula cerita Gerson (13) dari provinsi yang sama.

"Setelah ayah meninggal ibu harus bekerja sendirian untuk membesarkan saya dan enam saudara saya. Suatu ketika, saya terjatuh saat membantu ibu bekerja. Hal itu membuat saya sesak nafas dan susah berjalan. Akibatnya, saya tak lagi kuat jalan kaki ke sekolah. Saya ingin sembuh dan bisa kembali bersekolah."

Sementara dari Jawa Barat, seperti dituturkan STC dalam laporannya, Agung (14) berhenti sekolah karena alasan yang jauh berbeda.

"Saat naik ke kelas tiga, saya kerap dimaki oleh guru. Hal itu membuat saya enggan pergi ke sekolah. Sekarang saya hanya berkeliaran di jalan karena saya tidak betah di rumah. Saya sedih melihat teman-teman dapat bersekolah sedang saya tidak."

Peta persebaran angka anak putus sekolah di 34 provinsi Indonesia.
Peta persebaran angka anak putus sekolah di 34 provinsi Indonesia. Ukuran bulatan hitam menunjukkan konsentrasi jumlah anak putus sekolah di wilayah itu.

TNP2K

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Terlepas dari data yang dirilis TNP2K, angka partisipasi pendidikan disebut terus meningkat tiap tahunnya. Data yang dimiliki Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Kemdikbud) mengungkap angka partisipasi kasar jenjang pendidikan menengah mencapai 88,6% pada tahun ajaran 2018/2019.

Adapun jumlah sekolah di berbagai provinsi juga mengalami peningkatan. Pada tahun ajaran 2018/2019, ada sebanyak 216.066 sekolah yang berdiri, naik 2 persen dari tahun ajaran 2016/2017 yang berada di angka 211.646.

Suharti mengatakan, kementeriannya terus mengupayakan pengurangan jumlah anak putus sekolah dengan berbagai intervensi. Ia mencatat, jumlah anak putus sekolah di jenjang Sekolah Dasar (SD) tiga tahun lalu masih menunjukkan angka 39.000.

Namun kini, di tahun ajaran 2018/2019 sudah turun menjadi 33.000. Dan untuk jenjang SMP di periode yang sama, turun dari 38.700 menjadi 28.600.

Terkait perbedaan data yang disampaikannya dengan angka yang dimiliki TNP2K, doktor lulusan Australia ini menjelaskan bahwa maksud dari data TNP2K adalah anak-anak yang tidak berada di sekolah.

"Kalau yang data dikbud, anak yang sudah masuk sekolah tapi keluar pada tahun tersebut," paparnya.

Ia mengakui tantangan besar Kemendikbud adalah mengupayakan komitmen yang sama untuk memeratakan infrastruktur pendidikan di tiap pemerintahan daerah.

Ikuti berita-berita lainnya di situs ABC Indonesia.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada