Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Kekhawatiran Mahasiswa Indonesia di Wuhan di Tengah 'Hoax' dan Sebutan 'Azab'

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan

Pemberitaan soal virus corona di Indonesia, telah menjadi beban psikologis sejumlah mahasiswa Indonesia yang sedang studi di kota Wuhan. Bahkan menambah kekhawatiran keluarga mereka.

KP Mahasiswa Indonesia di Wuhan

  • Mahasiswa Indonesia minta pemerintah Indonesia menjaga perasaan mereka sebelum keluarkan pernyataan
  • Pemberitaan di Indonesia soal virus corona juga menambah beban mereka dan kekhawatiran di keluarga
  • Mereka mendapatkan pasokan makanan dan dipantau kesehatannya oleh pihak kampus

Pemerintah China telah memberlakukan penutupan, atau 'lockdown' kota Wuhan sejak 23 Januari lalu, untuk menghindari meluasnya virus corona yang telah menewaskan lebih dari 130 orang hingga hari Rabu (28/01)

Baca Juga:

Kota Wuhan menjadi tempat berasalnya wabah virus corona, dimana 243 warga Indonesia sedang berada di sana, menurut catatan Kementerian Luar Negeri RI. Hampir setengahnya adalah mahasiswa.

Salah satu mahasiswa Indonesia yang ada di Wuhan dan tidak dapat berpergian ke mana-mana adalah Yuliannova Lestari Chaniago.

Kepada jurnalis ABC News, Hellena Souisa, Yuli mengatakan ketidakpastian akan sampai kapan kota Wuhan ditutup menjadi beban yang dirasakannya bersama teman-teman.

Baca Juga:

"Tentu tiap hari kami ingat rumah dan keluarga kami. Yang terberat bagi kami adalah menjalani ketidakpastian, karena situasi lockdown ini belum tahu sampai kapan."

Yuliannova
Yuliannova (kiri) berharap agar pemerintah Indonesia tidak mengatakan hal yang konyol dan meresahkan keluarganya.

Supplied: Yuliannova Lestari

Yuli mengatakan agar semua pihak, warga dan media, terutama pemerintah Indonesia bisa menjaga perasaan mahasiswa di Wuhan dan tidak menambah kekhawatiran orangtua mereka.

"Sebagai manusia biasa, tolong juga pahami bahwa kami menghadapi situasi yang tidak mudah. Bayangkan saja rasanya tinggal di tempat virus yang mematikan dan tidak bisa ke mana-mana."

Awal pekan kemarin (27/01), Menteri Kesehatan Terawan telah memberikan pernyataan agar warga Indonesia tidak panik dan "enjoy".

"Karena itu pencegahannya jangan panik, jangan resah. Enjoy saja, makan yang cukup," kata Terawan di kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, seperti dilansir Detik.com.

Sebelumnya salah satu kelompok mahasiswa mengatakan mereka menunggu Pemerintah Indonesia untuk melakukan evakuasi, tapi Yuli merasa hal tersebut belum tentu bisa dilakukan.

"Kami paham mekanisme evakuasi tidaklah mudah," kata mahasiswi Doktoral di Central China Normal University.

Namun, ia percaya bahwa Pemerintah Indonesia bersama dengan Pemerintah China pasti telah memikirkan solusi yang terbaik untuk mahasiswa Indonesia di Wuhan.

Kecewa dengan sebutan 'azab'

FAHMI - WUHAN
Fahmi mengatakan mahasiswa Indonesia di Wuhan sudah menjalin komunikasi yang baik dengan KBRI Beijing.

Supplied: Aditya Fahmi Nurwahid

Aditya Fahmi Nurwahid, mahasiswa S2 Jurnalistik dan Komunikasi di Wuhan University menyuarakan kekecewaannya tentang pemberitaan di Indonesia tentang kondisi WNI di Wuhan.

"[Mereka menggunakan] istilah-istilah seperti 'zombieland', kota hantu atau azab."

Perilaku yang menurutnya "tidak pada tempatnya" membuat Fahmi dan mahasiswa lainnya merasa tidak nyaman.

"Kita sejujurnya bertanya-tanya, 'Kok begitu ya orang Indonesia?' Padahal sebetulnya ada sebabnya mengapa misalnya kota [Wuhan] bisa sepi." tambahnya lagi.

JALANAN SEPI - WUHAN
Masyarakat di kota Wuhan dihimbau untuk menjauhi keramaian untuk mencegah penularan virus corona.

Supplied: Yuliannova Lestari Chaniago

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurutnya, berita 'bombastis' yang beredar di Indonesia membuat keluarga mereka semakin khawatir sekaligus menambah beban mahasiswa Indonesia di Wuhan.

"Jujur, tugas kami, sebagai mahasiswa [Indonesia di Wuhan] semakin berat," kata Fahmi kepada Natasya Salim dari ABC News.

Informasi yang dimaksudkan oleh Fahmi adalah berita atau video tentang keadaan di Wuhan yang tersebar di media sosial.

"Memang kadang kita ingin tahu, memikirkan substansi [tertentu] benar atau tidak, sih? Apakah video [tertentu] benar?"

"Beberapa video dikonfirmasi pemerintah China sebagai hoax, tapi tidak semuanya dikonfirmasi. Dan kita juga tidak tahu karena memang kita juga tidak ingin tahu," tambahnya.

Menurutnya, masyarakat Indonesia perlu lebih bijak dalam membagikan berita dan sejenisnya tentang keadaan di Wuhan.

"Saya harap teman-teman lebih bijak. Memang kadang kita ingin tahu, tapi [mungkin] lebih bisa mengedepankan sisi humanisme, ya."

Adakah WNI yang terjangkit?

PETUGAS KEBERSIHAN - WUHAN
Petugas Kebersihan di Kota Wuhan. Pemerintah China akhirnya menutup akses Kota Wuhan sejak 23 Januari 2020 setelah merebaknya Virus Corona.

Supplied: Yuliannova Lestari Chaniago

Hingga berita ini diturunkan, belum ada laporan warga Indonesia, baik di Wuhan atau kota lainnya di China, yang terkonfirmasi terjangkit virus corona.

Yuli mengatakan sejak Wuhan dinyatakan 'lockdown', pihak KBRI Beijing terus memantau kondisi mahasiswa Indonesia di sana, hampir setiap hari.

"[Salah satu yang dilakukan KBRI Beijing] adalah memastikan pasokan makanan selama lockdown aman."

TERMOMETER - WUHAN
Universitas membagikan masker, sabun cuci tangan dan termometer gratis kepada mahasiswa Indonesia di Wuhan.

Supplied: Yuliannova Lestari Chaniago

Tak hanya pasokan makanan, mahasiswa Indonesia yang tinggal di asrama, seperti Yuli, juga dipantau kesehatannya.

Pihak universitas membagikan masker, sabun cuci tangan dan termometer gratis untuk mahasiswa.

Fahmi mengatakan universitasnya juga menyediakan fasilitas makan pagi, siang dan malam serta aktif memeriksa kesehatan mahasiswa internasional.

Ia juga mengatakan bahwa mahasiswa Indonesia di Wuhan aktif menjalin komunikasi dengan KBRI Beijing melalui grup komunikasi bersama.

ABC Indonesia sudah mencoba menghubungi Kementerian Luar Negeri dan KBRI Beijing, tetapi keduanya tidak memberikan komentar.

Simak perkembangan berita virus corona di ABC Indonesia.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada