Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Palestina: Perjanjian Negara-negara Arab dengan Israel Sebagai 'Pengkhianatan'

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan

Dua negara Arab, Bahrain dan Uni Emirat Arab menandatangani perjanjian bersejarah untuk melakukan hubungan dengan Israel.

Perjanjian Damai Dengan Israel

  • Ratusan orang hadir di Gedung Putih menyaksikan penandatanganan perjanjian dengan Israel
  • Sebelumnya Mesir dan Yordania sudah menandatangani perjanjian damai dengan Israel
  • Aktivis Palestina mengelar unjuk rasa dan militan menembakkan dua roket ke Israel dari Gaza

Kedua negara tersebut merupakan negara Arab pertama selama 25 tahun terakhir yang menjalin hubungan dengan Israel, hal yang dilihat sebagai langkah strategi di Timur Tengah untuk melawan Iran.

Baca Juga:

Presiden AS Donald Trump menyaksikan upacara penandatanganan di Gedung Putih di Washington, dan memunculkan dirinya sebagai tokoh perdamaian internasional di tengah kampanye pemilihan presiden saat ini di AS.

"Kita berkumpul sore ini untuk mengubah perjalanan sejarah," kata Presiden Trump.

Baca Juga:

Di depan tamu undangan beberapa ratus orang, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menandatangani perjanjian dnegan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab, Sheikh Abdullah bin Zayed al-Nahyan dan Menteri Luar Negeri Bahrain, Abdullatif al-Zayani.

Donald Trump overseas leaders of Israel, Bahrain and UAE signing an agreement in front of the White House.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjadi saksi bagi upacara penandatanganan perjanjian damai antara Israel dengan Bahrain dan Uni Emirat Arab. )

AP: Alex Brandon

Perjanjian ini menjadikan Uni Emirat Arab dan Bahrain menjadi negara Arab ketiga dan keempat yang menjalin hubungan dengan Israel, setelah Mesir melakukanya di tahun 1979 dan Yordania di tahun 1994.

Namun perjanjian tersebut tidak menyebut penyelesaikan konflik Israel dan Palestina, dimana Palestina melihat ini adalah pengkhianatan dari sesama negara Arab terhadap perjuangan mereka menjadikannya negara Palestina.

Dalam perjanjian tersebut, masing-masing negara akan mengirimkan duta besar dan bekerja sama dalam berbagai bidang diantaranya pendidikan, kesehatan, perdagangan dan keamanan.

Palestina mengecam perjanjian tersebut

Video Player failed to load. Palestinians protest against diplomatic deals between Israel and two Gulf Arab nations
Palestinians protest against diplomatic deal between Israel...

Play

Space to play or pause, M to mute, left and right arrows to seek, up and down arrows for volume.

Palestinians protest against diplomatic deal between Israel and two Gulf Arab nations ( ABC News )

Di Tepi Barat, para aktivis Palestina melakukan unjuk rasa dengan menginjak-ngijak dan membakar bendera dan gambar Presiden Trump, PM Netanyahu dan para pemimpin UEA dan Bahrain.

Beberapa orang membawa plakat bertuliskan "pengkhianatan" dan "perjanjian yang memalukan".

Plakat menyebut hubungan diplomatik dengan Israel merupakan "gempa bumi sunyi yang menghancurkan Palestina".

Di Jalur Gaza, militan Palestina menembakkan dua roket ke arah wilayah Israel, dalam waktu bersamaan dengan upacara di Washington.

Militer Israel mengatakan roket itu ditembakkan dari Gaza dan satu berhasil ditangkal oleh pertahanan udara.

Sebelumnya ketika bertemu dengan PM Netanyahu di kantornya, Presiden Trump mengatakan "ada sedikitnya lima atau enam negara yang akan segera" mencapai perjanjian dengan Israel.

Kepada wartawan, Presiden Trump mengatakan Arab Saudi akan mencapai persetujuan dengan Israel "di saat yang tepat".

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam reaksinya kabinet Saudi mengatakan perlunya "solusi yang adil dan menyeluruh" bagi masalah Palestina.

Baik PM Netanyahu dan Presiden Trump tidak menyebut Palestina dalam pernyataan mereka, namun Menlu Bahrain dan Uni Emirat Arab berbicara mengenai pentingnya adanya negara Palestina.

A man with a scarf on his face lifts his hand and holds a Palestinian flag among fire and smoke in Gaza.
Perjanjian itu tidak membahas masalah konflik di Palestina yang sudah berlangsung puluhan tahun.

AP: Adel Hana

Tidak ada konflik saat ini yang akan dihentikan karena perjanjian, namun Israel dan Amerika Serikat berharap akan ada perubahan kebijakan besar di Timur Tengah, jika Arab Saudi mengikuti jejak Bahrain dan UEA.

Oman, Sudan dan Maroko adalah tiga negara yang diduga akan kemungkinan mengakui Israel.

Rasa skeptis mengenai dampak perjajian

Sejumlah pihak menyatakan rasa skeptisme mereka terhadap dampak dari perjanjian, termasuk pengamat masalah dan juga mantan pejabat di Timur Tengah.

Bahkan di Israrel, dimana perjanjian pada umumnya disambut baik, sebagian mengkhawatirkan jika perjanjian ini akan membuat Amerika Serikat menjual senjata ke Bahrain dan UEA.

Presiden Trump mengatakan dia tidak keberatan untuk menjual pesawat militer ke Uni Emirat Arab.

Perjanjian ditandatangani setelah upaya diplomatik selama beberapa bulan yang dilakukan Jared Kushner, menantu laki-laki Presiden Trump yang juga adalah penasehat senior, menjadi utusan Presiden Amerika Serikat untuk masalah perundingan internasional Avi Berkowitz.

Tanggal 31 Agustus 2020, perjanjian Israel dengan Uni Emirat Arab diumumkan yang diikuti penerbangan komersial pertama antar kedua negara.

Sementara perjanjian Bahrain dengan Israel ditandatangani pada tanggal 11 September.

Di Amerika Serikat, Partai Demokrat yang sekarang menjadi oposisi pada umumnya menyambut baik perjanjian, termasuk calon presiden Joe Biden.

ABC/wires

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya.

Lihat artikelnya dalam bahasa Inggris di sini

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada