Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Penemuan Kotak Hitam Diharapkan Bisa Menjawab Misteri Jatuhnya Sriwijaya Air

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan

Regu penyelam telah berhasil menemukan dan mengangkat perekam data penerbangan (FDR) pesawat Sriwijaya Air.

FDR atau yang lazim disebut kotak hitam diharapkan bisa mengungkap misteri jatuhnya pesawat tersebut.

Baca Juga:

Selain kotak hitam, para penyelam juga menemukan suar radio, alat yang terhubung dengan perekam suara kokpit (CVR). Namun CVR hingga saat ini belum ditemukan.

"Kami yakin, karena suar yang dipasang di perekam suara kokpit juga ditemukan di sekitar lokasi, sehingga kami sangat yakin perekam suara kokpit akan segera ditemukan," kata Panglima TNI Hadi Tjahjanto dalam jumpa pers, Selasa (12/1/2020).

Dengan minimnya petunjuk langsung tentang apa yang terjadi setelah pesawat ini lepas landas, tim penyelidik KNKT akan sangat bergantung pada perekam penerbangan untuk menentukan faktor penyebab kecelakaan.

Video Player failed to load. Rescuers inspect debris found in waters where the plane lost contact
Officials organise debris from the crashed plane.

Play

Space to play or pause, M to mute, left and right arrows to seek, up and down arrows for volume.

Officials organise debris from the crashed plane. ( ABC News )

Baca Juga:

Kotak hitam selanjutnya diserahkan kepada Komite Keselamatan Transportasi Nasional (KNKT), yang melakukan investigasi kecelakaan.

Sebuah kapal angkatan laut sebelumnya menangkap sinyal ping intensif yang dipancarkan dari dua perekam tersebut.

Kepala Staf Angkat Laut Laksamana Yudo Margono menyatakan perangkat ini terkubur di lumpur dasar laut di bawah puing-puing pesawat.

Dia mengatakan setidaknya 160 penyelam dikerahkan pada hari Selasa (12/01) untuk mencari perangkat tersebut.

Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono menyatakan pihaknya berharap bisa mengunduh data FDR dalam dua sampai lima hari.

Kunci mengungkap misteri

"Mudah-mudahan kita bisa mengungkap misteri penyebab kecelakaan ini, sehingga akan menjadi pelajaran bagi kita semua agar tidak terjadi lagi di masa mendatang," kata Soerjanto.

Sebelumnya pada hari Selasa kemarin, regu penolong menemukan lebih banyak jenazah di lokasi kecelakaan, serta barang-barang pribadi, seperti dompet yang berisi kartu identitas.

Temuan awal KNKT menunjukkan mesin pesawat masih hidup saat pesawat menabrak air. Hal ini disimpulkan dari temuan bagian jet yang telah ditemukan sebelumnya.

"Kerusakan pada bilah kipas menunjukkan bahwa mesin masih bekerja saat terkena benturan. Ini sesuai dengan hipotesis bahwa sistem pesawat masih bekerja di ketinggian 250 kaki," jelas Soerjanto.

Ditjen Perhubungan Udara menyatakan bahwa pesawat ini, yang dilarang terbang selama bulan-bulan di awal pandemi, telah melewati pemeriksaan kelaikan udara pada 14 Desember dan kembali beroperasi tak lama kemudian.

Pesawat Sriwijaya Air itu berusia hampir 27 tahun, jauh lebih tua dari model Boeing 737 MAX yang bermasalah.

Lebih dari 3.600 personel tim penolong, 13 helikopter, 54 kapal besar dan 20 kapal kecil terlibat dalam operasi pencarian di perarian sebelah utara Jakarta.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sejauh ini, tim ini telah mengirimkan 74 kantong jenazah kepada para tim identifikasi Polri.

Korban pertama yang berhasil diidentifikasi yaitu awak kabin yang diketahui bernama Okky Bisma (29 tahun).

Istri Okky, Aldha Refa, yang juga seorang pramugari Sriwijaya Air, berbagi kesedihannya melalui postingan di media sosial.

"Suamiku adalah pria penyayang, taat, dan sangat baik," tulisnya di Instagram. "Surga adalah tempatmu, sayang... damailah di sana."

Anggota keluarga korban lainnya telah memberikan sampel untuk tes DNA. Menurut polisi hasilnya diharapkan bisa diketahui dalam 4 hingga 8 hari.

Juru bicara Kepolisian, Rusdi Hartono, mengatakan sekitar 53 sampel untuk tes DNA sudah terkumpul namun masih banyak yang dibutuhkan, terutama dari orang tua dan anak korban.

Kecelakaan ini kembali memicu kekhawatiran tentang aspek keselamatan dalam industri penerbangan di Indonesia.

Pesawat Boeing 737-500 itu jatuh ke laut pada Sabtu pekan lalu, hanya empat menit setelah lepas landas dari bandar udara Soekarno-Hatta dan menghilang dari layar radar.

Ini merupakan kecelakaan udara yang kedua di Indonesia sejak kecelakaan Lion Air yang menewaskan 189 orang pada 2018.

Saat itu pesawat Boeing 737 MAX jatuh ke Laut Jawa tak lama setelah lepas landas dari Jakarta.

Tipe pesawat jet yang jatuh pekan lalu memiliki desain yang sangat berbeda dengan pesawat yang jatuh pada 2018.

Amerika Serikat telah melarang operator penerbangan Indonesia beroperasi di negara itu pada tahun 2007, namun larangan dicabut pada tahun 2016 dengan alasan sudah ada peningkatan kepatuhan pada standar penerbangan internasional.

Uni Eropa mencabut larangan serupa pada 2018.

Di masa lalu, Sriwijaya Air hanya pernah mengalami insiden kecil, meskipun memakan korban jiwa seorang petani yang tewas pada tahun 2008 ketika pesawat Sriwijaya Air keluar dari landasan pacu saat mendarat karena masalah hidrolik.

ABC/AP/Reuters

Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada