Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Pemerintah Indonesia Minta Maaf Karena Aparat TNI Injak Kepala Seorang Warga Papua

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan
Dua aparat TNI AU terekam melakukan tindakan eksesif terhadap warga Papua Steven Yadohamang.  (Tangkapan layar IG: ahmadsahroni88)

Pemerintah Indonesia menyatakan permintaan maaf atas tindakan dua aparat TNI yang menggunakan "kekuatan berlebihan" terhadap seorang warga Papua yang tuna rungu.

Kejadian pada hari Senin di Kota Merauke tersebut terekam video dan menjadi viral di media sosial.

Baca Juga:

Dalam rekaman terlihat pria bernama Steven Yadohamang sedang bertengkar dengan pemilik warung bubur ayam yang dilerai oleh dua prajurit TNI AU.

Steven kemudian terlihat didorong paksa oleh salah satu prajurit dengan cara menekuk tangannya, kemudian menjatuhkannya ke trotoar. 

Petugas lain yang mengenakan sepatu lars terlihat menginjak kepala Steven.

Baca Juga:

Ketegangan telah berlangsung lama antara aparat keamanan Indonesia dan penduduk asli Papua.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu (28/07), Kepala Kantor Staf Kepresidenan RI Moeldoko menyebutkan pihaknya mengecam tindakan aparat. 

Ia menggambarkan tindakan tersebut sebagai "bentuk penggunaan kekuatan berlebihan dan tindakan yang melanggar hukum".

Pernyataan Moeldoko juga menyebutkan warga Papua tersebut tidak bersenjata, tidak melakukan perlawanan dan telah diidentifikasi sebagai penyandang disabilitas.

Juru bicara TNI Angkatan Udara, Indan Gilang Buldansyah mengatakan kedua prajurit tersebut akan diajukan ke pengadilan militer.

Tahun lalu, para aktivis hak asasi manusia di Papua mengaku telah menjadi sasaran serangan online.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Salah satunya yaitu Victor Mambor, jurnalis Papua yang mengaku tak bisa mengakses akun Twitter-nya setelah mengunggah video insiden Merauke.

Pihak Twitter mengatakan akun Victor telah diretas.

Rekaman kejadian itu, yang dibagikan secara luas di jejaring sosial, kembali memicu tuduhan perlakuan rasis oleh aparat terhadap orang Papua.

Pengacara HAM Veronica Koman yang tinggal di Australia membuat perbandingan antara apa yang dialami Steven dengan warga kulit hitam Amerika George Floyd tahun lalu.

George tewas di tangan aparat polisi, kemudian memicu protes di seluruh penjuru dunia.

"Ini jelas bukan kejadian pertama kali. Pada 2016, mahasiswa Papua Barat Obby Kogoya juga diinjak kepalanya oleh aparat keamanan Indonesia," kata Veronica.

"Tapi pengadilan malah memutuskan dia bersalah," ujarnya.

Reuters

Artikel ini diproduksi oleh Farid M. Ibrahim.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada