Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Penduduk Sementara yang Ingin Beli Rumah di Hobart Terhambat Biaya Tambahan yang Tinggi

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan
Habibur Rahman bersama istri dan anak-anaknya merupakan keluarga migran yang dikenai biaya tambahan sebagai orang asing bila ingin membeli rumah di Australia. (ABC News: Luke Bowden)

Membeli rumah di Hobart, Australia, bukan hal mudah. Bagi keluarga migran seperti Habibur Rahman, bahkan lebih sulit lagi.

Rahman harus membayar biaya tambahan lebih sebesar lebih dari AU$40.000 (sekitar Rp400 juta) untuk rumah seharga AU$500.000 (sekitar Rp5 miliar).

Baca Juga:

Total biaya yang harus dikeluarkannya untuk membeli rumah menjadi AU$546.000 (lebih dari Rp5 miliar).

Selisih biaya tambahan ini merupakan pajak yang dikenakan oleh Pemerintah Negara Bagian Tasmania bagi orang yang bukan penduduk tetap atau warga negara. 

"Saya sudah menganggap Australia seperti kampung sendiri, namun saya merasa bukan warga negara kelas satu di sini," ujar Rahman kepada ABC.

Baca Juga:

Rahman tiba di Hobart sebagai insinyur setelah disponsori oleh negara bagian itu melalui program Visa Pekerja Terampil sekitar dua setengah tahun lalu.

"Jujur saja saya merasa seperti mimpi saat itu," katanya.

Sebelum pindah ke Tasmania, Rahman bekerja sebagai pekerja kemanusiaan, membangun sekolah, rumah sakit, sarana air bersih dan fasilitas pendukung kebersihan di Afghanistan, Kenya, Sierra Leone, Yaman dan Solomon Islands.

Atas desakan anak-anaknya, keluarga ini pun akhirnya memutuskan menetap di Hobart.

"Anak kedua saya mulai menanyakan, bahasa apa yang harus dia pelajari," katanya.

"Kami punya teman di sekolah di suatu negara, kemudian harus pindah lagi ke negara lain," kata Rahman mengutip keluhan anaknya.

"Saat itu saya sadar betapa perlunya hidup secara stabil sehingga anak-anak kami bisa fokus dengan pendidikannya," ujarnya.

Keluarga ini tiba di Tasmania dengan rencana membeli rumah, namun harapan mereka kini terhalang oleh pajak yang disebut 'Foreign Investor Duty Surcharge' (FIDS) yang berarti Biaya Tambahan Tugas bagi Investor Asing.

Mulai berlaku tahun 2018, FIDS mengatur bahwa setiap orang yang bukan warganegara atau penduduk tetap akan dikenakan biaya tambahan minimal tiga persen bila ingin membeli rumah.

Pada bulan April 2021, biaya tambahan tersebut telah meningkat menjadi 8 persen.

Tabel harga rumah dan biaya tambahan di Hobart

Suburb

Harga Rata-rata  

Harga + Biaya untuk Orang Asing

Chigwell

AU$425.500

AU$459.540

Claremont

AU$510.000

AU$550.800

Glenorchy

AU$522.500

AU$564.300

Rosetta

AU$600.000

AU$648.000

Granton

AU$736.000

AU$794.880

Sumber: Laporan REIT Pada Kuartal Juni

Tak merasa jadi bagian dari Tasmania

Hampir sepertiga dari migran yang pindah ke Hobart menetap di daerah Glenorchy, di bagian utara kota itu. Rahman pun ingin membeli rumah di sana.

"Saya ke sini langsung ke Moonah. Jadi saya juga mau beli di daerah Moonah, Glenorchy," ujarnya.

Data terbaru Institut Real Estate Tasmania (REIT) menunjukkan harga rumah rata-rata di Glenorchy adalah AU$522.500 (lebih dari Rp5 miliar). Bila ditambah dengan pajak FIDS, berarti ada biaya tambahan sebesar AU$41.800 (sekitar Rp400 juta).

Selain itu, masih ada biaya lainnya untuk Dewan Peninjau Investasi Asing, yaitu sekitar AU$6.000 (sekitar Rp60 juta).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Rahman sudah membulatkan tekadnya untuk menjadi penduduk tetap, namun hal ini akan memakan waktu lebih lama dan dia khawatir pada saat itu mungkin dia akan terlempar keluar dari pasar properti.

Pasalnya, sejak Rahman tiba pertama kali, harga rumah di Hobart telah meningkat hampir 30 persen.

Ia menyebut bahwa warga migran lainnya menghadapi masalah yang sama dan sebagian telah membeli rumah di negara bagian lain.

"Mereka berpikir, setelah kami memenuhi persyaratan visa di negara bagian ini, kami mungkin pindah saja dari sini,'" katanya.

"Saya sendiri sangat berterima kasih kepada pemerintah Australia khususnya negara bagian Tasmania yang menerima dan mensponsori kami," ujar Rahman.

"Kami diperlakukan dengan sangat baik, mendapatkan keamanan, sekolah anak-anak berjalan sangat baik, tapi masalahnya sekarang, jika kita tidak memiliki properti, mungkin kita tidak merasa jadi bagian dari negara bagian ini," katanya.

Jadi hambatan beli rumah

Pengalaman serupa dialami Meghna Raut yang tiba Tasmania dari Nepal pada tahun 2012 sebagai 'backpacker'.

Dia butuh waktu enam tahun kemudian untuk memiliki rumah.

"Saya selalu menyukai Tasmania, perasaan saya seperti di kampung sendiri. Secara geografis, secara sosial sangat mirip dengan negara asal saya," katanya.

Saat itu Meghna menabung uang muka rumah dan menunggu untuk menjadi penduduk tetap, tapi seperti pemegang visa lainnya, dia menghadapi hambatan untuk membeli properti.

"Sebesar apa pun kami mencintai Tasmania dan meskipun kami ingin sekali menetap di sini, kebijakan seperti itu (FIDS) akan membuat kami merasa sedikit diperlakukan seperti anak tiri," katanya.

Dari pengalamannya itu, akhirnya ia memutuskan menekuni profesi sebagai broker kredit perumahan di Hobart.

"Saya punya banyak klien dengan dana cukup, dengan pekerjaan yang baik, mereka bisa ambil kredit, tapi tidak mau membayar biaya tambahan itu," kata Meghna.

Pajak FIDS, katanya, turut mendorong timbulnya perasaan tidak diterima di kalangan migran di Tasmania.

Ia mengatakan hambatan untuk membeli rumah bisa menjadi penghalang utama bagi mereka yang sebenarnya ingin menetap di Tasmania.

Aturan pajak yang tak banyak diketahui

Menurut Meghna Raut, meski kebijakan seperti FIDS masuk akal dan berlaku di mana-mana, kenaikannya sampai 8 persen terlalu berlebihan.

Ia menilai kenaikan ini perlu ditinjau kembali.

Seorang praktisi bidang proterti Alex Bobbi dari Komite Hukum Properti Tasmania mengatakan harus ada sosialisasi lebih luas terkait pajak FIDS.

"Ini menjadi kejutan bagi banyak orang, jenis pajak ini tidak banyak diketahui oleh publik," katanya.

Dia mengatakan biaya tambahan yang cukup tinggi bagi penduduk sementara akan mereka enggan untuk menetap di Hobart.

"Memiliki properti adalah bagian penting dalam upaya seseorang menetap," katanya.

Dengan adanya biaya tambahan yang tinggi, padahal orang tersebut sebenarnya sedang menunggu untuk menjadi penduduk tetap, maka wajar bila mereka menunda rencananya.

"Pada tahap itu (bila sudah jadi penduduk tetap), yang bersangkutan mungkin tidak diharuskan untuk tinggal di Tasmania lagi," jelasnya.

Alex menilai biaya tambahan FIDS ini diberlakukan cukup cepat, tanpa banyak waktu untuk sosialisasi.

Hanya 2,3 persen pembeli asing

Pajak FIDS ini sebenarnya juga berlaku di negara bagian lain seperti Victoria dan New South Wales.

Tujuannya agar warga setempat dan penduduk tetap bisa bersaing dengan pembeli properti asing.

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Pemerintah Tasmania mengatakan pajak ini diberlakukan untuk mengatasi meningkatnya permintaan dari investor asing untuk properti di sana.

Dikatakan, persentase pajak ini dinaikkan sejak tahun lalu untuk menyelaraskan dengan negara bagian lain.

"FIDS secara luas konsisten dengan yang berlaku di yurisdiksi lain. Saat ini pemerintah tidak punya rencana untuk meninjaunya," kata pernyataan itu.

"FIDS membantu memastikan warga Tasmania bisa bersaing secara lebih adil dengan investor asing bila ingin membeli properti di Tasmania," tambahnya.

Data Real Estate Institute menunjukkan ada 10.236 rumah dan blok perumahan terjual di Tasmania pada Tahun 2019/2020.

Dari jumlah tersebut, hanya 243 rumah dan blok perumahan disetujui untuk pembeli asing oleh Dewan Peninjau Investasi Asing. Ini sama dengan 2,3 persen dari total penjualan.

Ketua Real Estate Institute Australia Adrian Kelly mengatakan saat ini terjadi penurunan investasi asing di sektor properti di seluruh Australia.

"Aktivitas investor asing di real estate sebenarnya telah menurun sejak empat tahun lalu, dari lebih 40.000 permohonan pada 2015/16 menjadi hanya 7.500 pada 2018/19," jelasnya.

"Biaya dan pajak tambahan menjadi salah satu dari beberapa faktor, selain COVID dan penutupan perjalanan internasional yang berdampak kegiatan inspeksi fisik (rumah yang akan dibeli)," tambah Adrian.

Bagi Meghna Raut, evaluasi bagaimana pajak ini mempengaruhi migran yang ingin menetap di Hobart penting dilakukan untuk mengatasi persepsi soal perlakuan terhadap para migran.

"Menyatakan (Tasmania) ini sebagai tempat yang bagus untuk menetap, padahal tidak sejalan dengan kebijakan pajak seperti ini, saya kira akan menimbulkan kekecewaan bagi sebagian rang," katanya.

Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada