Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Ada Sejumlah Alasan Mengapa Kawasan Australia Utara Berpotensi Jadi Pusat Pembelajaran Bahasa Indonesia di Australia

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan
Luke (kiri) dan Tom (kanan) belajar bahasa dan budaya Indonesia bukan karena hanya ingin pergi berlibur ke Indonesia. (Koleksi pribadi)

Tom Mack, murid Kelas 9 di Haileybury Rendall School, kota Darwin, sudah belajar bahasa Indonesia selama tiga tahun.

Tapi tidak seperti sebagian warga Australia yang belajar bahasa Indonesia untuk bisa berlibur ke Bali, Tom tertarik dengan bahasa dan budaya Indonesia karena adanya kesamaan dengan budaya Aborigin, yakni warga Pribumi benua Australia.

Baca Juga:

Apalagi Darwin, ibu kota Kawasan Australia Utara (NT), lebih dekat jaraknya ke Indonesia ketimbang ke kota-kota besar di pesisir timur dan barat Australia.

"Saya suka belajar tentang keragaman kelompok etnis yang berbeda di Indonesia, dan betapa miripnya mereka dengan keragaman suku Aborigin di Australia," kata Tom kepada Mariah Papadopoulos dari ABC Indonesia.

Tom mengatakan ia tertarik melihat bahasa-bahasa daerah di Indonesia yang bisa bertahan, sementara banyak bahasa Pribumi suku Aborigin yang tidak lagi digunakan.

Baca Juga:

Sejarah Indonesia juga menjadi salah satu alasannya untuk lebih mengenal Indonesia.

“Saya senang belajar tentang pengaruh penjajahan di Indonesia ... termasuk pengaruh Belanda di Indonesia dibandingkan dengan pengaruh Inggris di Australia dan bagaimana pengaruhnya terhadap bahasa dan budaya.”

Merasakan langsung manfaat belajar bahasa Indonesia

Kirrilly McKenzie, guru bahasa Indonesia di Haileybury Rendall School, mengatakan kota Darwin punya potensi sebagai tujuan utama warga Australia untuk bisa belajar bahasa Indonesia.

"Saya pikir Darwin pasti bisa menjadi episentrum studi bahasa Indonesia. Saya melihat sekali adanya peningkatan jumlah minat di sekolah-sekolah tempat saya mengajar," katanya.

Bukan saja karena faktor kedekatan secara lokasi, belajar bahasa dan budaya Indonesia pun menjadi kemampuan yang bisa dipakai oleh pelajar-pelajar di Kawasan Australia Utara.

"Siswa Darwin punya alasan paling jelas untuk belajar bahasa Indonesia. Mereka akan mewarisi peternakan sapi sehingga perlu menguasai bahasa Indonesia," ujar Kirrilly.

"Beberapa memiliki keluarga dan teman orang Indonesia dan ingin berkomunikasi dengan mereka."

“Ada pula yang sering bepergian ke Indonesia sebelum pandemi dan merasakan sendiri manfaat dan pentingnya belajar bahasa Indonesia.”

Pelajar di Kawasan Australia Utara lain yang belajar bahasa Indonesia adalah Luke Molinaro, yang tinggal di sebuah peternakan sapi. 

Ia menyadari betul pentingnya belajar budaya dan bahasa Indonesia, terutama bagi bisnis perternakan keluarganya.

Luke, yang duduk di kelas 10 Haileybury Rendall School, awalnya belajar bahasa China. Tapi setelah dua hari mempelajarinya, ia memutuskan untuk lebih belajar bahasa Indonesia.

"Saya berharap keterampilan [bahasa] akan membantu dalam mendalami hubungan Australia dan Indonesia dalam hal perdagangan ternak, juga kesempatan untuk pergi dan belajar ke sana."

Sayangnya minat bahasa Indonesia masih turun

Australia dan Indonesia memiliki hubungan yang unik, tetangga dekat, tapi tidak terlalu teman, bukan juga musuh.

Seperti yang terlihat dari hasil penelitian Lowy Institute yang menemukan warga Australia cenderung menunjukkan sikap "tidak tertarik dan tidak percaya" terhadap Indonesia.

Tapi dari data penelitian tersebut terungkap warga Australia sebenarnya merasa Indonesia sebagai "teman" yang lebih dekat, ketimbang China, Rusia, dan Iran.

Namun mereka masih lebih menganggap Korea Selatan, Jepang, dan Inggris, sebagai teman paling dekat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Minat belajar bahasa Indonesia di Australia memang dilaporkan mengalami penurunan, kemudian kondisinya semakin diperparah karena pandemi COVID-19.

Menurut Australian Curriculum Assessment and Reporting Authority (ACARA), hanya 755 siswa yang belajar bahasa Indonesia di tahun terakhir tingkat SMA pada tahun 2019.

Angka ini menunjukkan adanya penurunan hingga 50 persen antara tahun 2006 dan 2019. 

Sementara dari sebuah studi di tahun 2021, yang dilakukan peneliti linguistik dan bahasa Michelle Kohler, menunjukkan jumlah siswa yang belajar bahasa Indonesia pada tahun 2016 di semua negara bagian kecuali Kawasan Australia Utara turun dari 14.418 orang menjadi hanya 353 di Kelas 12.

Saatnya untuk kembali belajar bahasa Indonesia

Sementara itu lembaga Asia Education Foundation (AEF) baru saja merilis sebuah laporan soal mengapa bahasa Indonesia penting untuk terus diajarkan di sekolah-sekolah.

Dalam laporan berjudul 'Rationale for Indonesian Language and Studies in Australian Education' yang dirilis hari Kamis ini (28/10), disebutkan ada empat alasan, yakni dekat secara geografis, menjalin persahabatan, membuka banyak kesempatan bagi anak-anak muda, serta perlunya meningkatkan kerja sama di bidang lingkungan berkelanjutan.

Tak hanya itu, AEF juga mengajak agar warga Australia melihat kembali Indonesia sebagai salah satu pusat ekonomi terbesar dunia di masa depan.

AEF juga menyerukan adanya rencana nasional di Australia untuk mengkonsolidasikan data soal studi Indonesia, karena saat ini tidak cukup data yang tersedia.

"Tanpa data, sangat sulit membuat rencana jangka panjang yang benar-benar bisa membuat perubahan mendasar," kata Hamish Curry, Direktur Eksekutif AEF.

Nathan Franklin, dosen Studi Indonesia di Charles Darwin University mengatakan Indonesia sangat penting dalam kebijakan luar negeri Australia.

Tapi sayangnya Australia masih kurang banyak melibatkan Indonesia. Hal ini bisa lebih ditingkatkan jika ada pemahaman lebih baik soal Indonesia, salah satunya lewat belajar bahasa.

“Jika kita memiliki hubungan yang lebih baik, dan persepsi yang lebih baik tentang Indonesia, maka efek lanjutannya adalah hal-hal seperti masyarakat umum memiliki pendapat yang lebih baik tentang Indonesia.”

Hal ini sudah dibuktikan dalam sejarah hubungan kedua negara.

Nelayan asal Makassar menjalin hubungan dagang dengan warga Pribumi Aborigin jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa di benua Australia.

Hubungan tersebut semakin erat dan menjadi sebuah persahabatan setelah kedua peradaban saling memahami budaya dan bahasa masing-masing, termasuk ditemukannya beberapa bahasa Melayu yang digunakan nelayan Makassar saat itu di beberapa bahasa adat Aborigin.

Nathan mengaku senang melihat minat belajar bahasa Indonesia di Kawasan Australia Utara yang masih bisa bertahan, meski sempat terganggu akibat pandemi COVID-19.

"Kita tidak menurun, dan itu cukup bagus mengingat COVID telah berdampak pada sektor pendidikan lanjutan selama dua tahun terakhir."

Ia setuju jika Kawasan Australia Utara memiliki program bahasa Indonesia yang paling berkembang ke Australia. Meski berpotensi menjadi pusatnya tempat belajar bahasa Indonesia di Australia, tetap masih memerlukan upaya dan dukungan banyak pihak.

"Kita telah melihat pencapaiannya. Ini ada kaitannya dengan kedekatan [geografis], ada kaitannya juga dengan hubungan orang ke orang, serta ada kaitannya dengan pemahaman sejarah soal wilayah tersebut."

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada