Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Perempuan Sedang Berkencan dengan Pria Saat 'Lockdown' di China Tiba-tiba Diberlakukan

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan
Wang merekam pengalamannya saat 'lockdown' tiba-tiba diumumkan dan ia berada di rumah pria yang dikencaninya. (Beijing TV via WeChat)

Begitu 'lockdown' mendadak diumumkan di kota, Wang terjebak di apartemen seorang pria yang baru saja dia temui lewat sebuah 'blind date' atau kencan buta.

Wang, bukan nama aslinya, dianggap sudah cukup berusia, karena itu orang tuanya mengatur 10 kencan buta untuknya, ujarnya di vlog miliknya di platform WeChat.

Baca Juga:

Wang terbang dari Guangzhou ke Zhengzhou, ibu kota provinsi Henan, menjelang Tahun Baru Imlek untuk berkencan.

Di kencan butanya yang ke-lima, Wang mengatakan jika sang pria, "ingin memamerkan keterampilan memasaknya dan kami memutuskan untuk makan malam di tempatnya," katanya.

"Tidak ada apa-apa ketika saya datang, tapi setelah makan malam, situasi COVID di Zhengzhou tiba-tiba memburuk."

Baca Juga:

"Lockdown sementara tiba-tiba diberlakukan di kompleks perumahan."

"Tinggal di apartemen dengan seseorang yang tidak saya kenal membuat saya merasa sangat canggung dan malu," katanya.

"Dia berbicara sangat sedikit, seperti membatu, tapi saya pikir semuanya baik-baik saja, saya cukup mampu untuk bisa bertahan."

Wang, yang lahir di tahun 1990-an, menambahkan jika pria yang dikencaninya bekerja setiap hari dan ikut mengurusnya, termasuk memasak dan beres-beres apartemen.

Meski menurut Wang keterampilan memasak pria tersebut biasa saja, tapi ia mengakui usahanya.

Kurang jelas apakah Wang masih berada di apartemen pria yang dikencaninya, tetapi beberapa bagian provinsi Henan masih dalam status 'lockdown'.

Menurut media pemerintah, Zhengzhou telah melaporkan lebih dari 100 kasus COVID-19 dalam seminggu terakhir.

China tetap ingin nol kasus COVID

Hingga saat ini China terus memiliki kebijakan tanpa toleransi terhadap COVID-19, yang membuat jutaan warganya dikurung di rumah mereka karena 'lockdown' yang diberlakukan dalam beberapa pekan terakhir.

Penduduk kota Xi'an, telah mengalami 'lockdown' sejak 23 Desember, hingga mereka terpaksa melakukan barter untuk saling bertukar makanan dan kebutuhan pokok.

Selama 'Lockdown' mereka hanya boleh keluar ke rumah setiap dua hari sekali untuk membeli barang-barang pokok, tetapi aturan terus diperketat dan berlaku berbeda-beda di setiap kawasan tergantung tingkat keparahan penularan.

Budaya kencan buta

Banyak orang tua di China masih menjodohkan anak-anaknya yang belum menikah dengan mengaturnya lewat 'blind date'.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Beberapa bahkan menyiapkan semacam 'resume' atau biodata anak mereka untuk diberikan kepada orang tua lain.

Dr Pan Wang, seorang dosen senior dalam studi China dan Asia di University of New South Wales, mengatakan semakin banyak warga di China yang memasuki usia menikah tapi belum melakukannya.

"Banyak mereka yang lajang adalah generasi 1980-an dan 1990-an yang lahir saat kebijakan satu anak diperkenalkan di tahun 1979," katanya.

"Kebijakan satu anak menyebabkan rasio jenis kelamin menjadi tidak seimbang."

Saat ini ada sekitar jumlah pria berusia 20-40 tahun ada 17,52 juta lebih banyak ketimbang perempuan. Perbandingannya adalah 108,9 pria untuk setiap 100 perempuan, menurut data terbaru dari National Bureau of Statistics di China.

Orang dewasa yang belum menikah di China dikenal sebagai sebutan "shengnan" atau "pria yang tersisa" dan untuk perempuan istilahnya adalah "shengnv".

"Orang tua merasa mereka bertanggung jawab dalam membuat rencana hidup untuk anak-anak mereka, termasuk merencanakan pernikahan mereka," kata Dr Pan.

Para orang tua juga biasanya mencari tahu latar belakang keluarga, tingkat pendidikan, serta pekerjaan, untuk calon pasangan anak mereka.

Beberapa orang senang dengan kencan yang diatur orang tua mereka, tapi ada pula yang menyusun strategi sendiri supaya tidak dipaksa menikah, bahkan beberapa melakukan kencan sewaan untuk diperkenalkan ke keluarganya.

Kembali ke cerita Wang, ia mengaku akan terus berjuang untuk menemukan cinta-nya.

Vlog Ms Wang soal 'lockdown' dan berada bersama teman kencannya telah menjadi viral di China.

"COVID jadi mak comblang," kata seorang pengguna Weibo berkomentar soal pengalaman Wang.

"Saya berharap epidemi akan segera berakhir dan semua perempuan lajang akan segera menikah," ujarnya.

Artikel ini diproduksi Mariah Papadopoulos dari artikel dalam bahasa Inggris

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada