Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Rumah Sakit di Amerika Serikat Tangani Total 150 Ribu Pasien Omicron Setiap Hari

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan
Selama wabah Omicron, dr Morgan Eutermoser telah merawat beberapa pasien yang tidak divaksinasi dan tidak memahami keparahan COVID. ()

Pertambahan kasus COVID-19 varian Omicron memaksa seorang dokter asal Amerika Serikat untuk mengambil keputusan yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya selama pandemi.

Banyak pasien COVID menanti di ruang tunggu, namun jumlah dokter, perawat, bahkan tempat tidur tidaklah cukup.

Baca Juga:

"Muncul pikiran, apa yang akan terjadi dengan pasien yang sudah menunggu di rumah sakit dan bagaimana kami akan menangani mereka, bagaimana kami bisa memenuhi kebutuhan pasien kami?" ujar dr Morgan Eutermoser.

Belakangan ini, setiap kali dr Morgan menuju unit gawat darurat di rumah sakit Denver Health tempatnya bekerja, ia dihadapkan dengan setidaknya 60 pasien di ruang tunggu.

Sebelumnya, selama pandemi, jumlah pasiennya adalah sekitar 10.

Baca Juga:

"Kami sedang berusaha mencari cara untuk bisa menangani pasien tanpa harus merawatnya," kata dr Morgan.

"Tentunya saat ini kami sudah mencapai kapasitas maksimal."

Rumah sakit di AS hampir tidak mampu menghadapi wabah Omicron

Sementara itu di Boston, dokter UGD di rumah sakit Brigham and Women's, dr Jeremy Faust mengatakan kondisi yang menyulitkan ini memaksanya untuk mengirim pasien pulang lebih awal dari seharusnya.

"Kalau rumah sakit sedang dalam kondisi yang sangat, sangat penuh, kami terpaksa harus memulangkan pasien meski merasa tidak enak," katanya.

"Kami hanya akan merawat pasien yang terlihat sangat, sangat sakit."

DokterJeremy yang juga mengelola situs untuk melacak kapasitas rumah sakit di seluruh Amerika mengatakan sebagian besar fasilitas RS di negara tersebut beroperasi dengan kapasitas penuh karena wabah Omicron, namun masih berusaha untuk bertahan.

"Di kondisi normal, rumah sakit bisa 90, 95, 99 persen penuh namun tidak pernah sampai terlalu penuh karena pasti menemukan cara untuk menambah jumlah tempat tidur," ujarnya.

Namun untuk pertama kalinya selama pandemi, rumah sakit di AS terancam menjadi terlalu penuh.

"Pada satu titik, jika pasien mulai terbengkalai, akan muncul situasi mengerikan, yang sejauh ini bisa kami hindari, namun sudah pernah terjadi di sisi lain dunia," ujarnya.

"Kami sudah melihatnya [di] Italia, di mana jumlah ventilator bagi yang membutuhkan tidak cukup."

Di Amerika Serikat, jumlah pasien yang dirawat karena COVID-19 mulai menurun apalagi sejak kasus Omicron mencapai puncak.

Namun masih ada 150.000 pasien yang dirawat di rumah sakit di seluruh AS setiap harinya, lebih banyak dari periode mana pun selama pandemi.

Menurut temuan dr Jeremy, kondisi rumah sakit di beberapa wilayah AS lebih buruk dari yang lainnya, terutama yang tingkat vaksinasi warganya rendah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kekhawatiran tetap ada bahkan ketika tingkat vaksinasi di daerah tertentu sudah tinggi.

Menurutnya, yang sering terinfeksi adalah para ibu hamil yang tidak mau divaksinasi karena khawatir vaksin dapat membahayakan janin mereka.

"Ini masalah serius karena banyak ibu hamil yang terancam hidupnya saat terpapar virus corona," ujarnya.

"Ketika terinfeksi, ibu hamil terancam terkena penyakit kehamilan sampai kematian janin."

Merawat mereka yang tidak divaksinasi

Keharusan merawat warga yang tidak divaksinasi adalah pengalaman yang tragis dan mengenaskan bagi dr Morgan di Denver.

Salah satu yang membekas di kepalanya adalah ketika seorang pria berusia 50 tahun meninggal dunia setelah dirawat di rumah sakit dengan tingkat oksigen 30 persen.

Walau demikian, dr Morgan mengatakan istri sang pasien yang tidak memahami keparahan COVID-19 terus menanyakan apakah mereka bisa segera pulang.

Menurutnya, mereka yang menolak vaksinasi masih percaya bahwa COVID bukan penyakit parah.

"Masih ada persepsi yang sangat salah tentang bagaimana orang-orang melihat COVID-19," katanya.

Kasus lainnya menyangkut seorang pria berusia 30 tahun yang menderita obesitas. Ia meminta divaksinasi setelah dirawat karena COVID-19 di rumah sakit.

"Saya bilang, 'Anda tidak perlu divaksinasi lagi karena sudah terpapar COVID,' dan dia bilang, 'Lalu apa yang harus saya lakukan?'"

Dokter Morgan mengatakan rumah sakit akan berusaha melakukan yang terbaik untuknya.

"Kemudian ia meninggal dunia di hari keempat," ujarnya.

Meski rumah sakit tempat dr Morgan bekerja masih bisa bertahan di tengah wabah Omicron, dampak sebenarnya dirasakan nakes secara pribadi.

"Kondisinya semakin sulit, banyak teman nakes paruh waktu yang akhirnya berhenti dan mencari pekerjaan lain karena beban kami sangatlah berat."

Diproduksi oleh Natasya Salim dari laporan dalam bahasa Inggris

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada