Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Seorang Pria Ditembak Mati Setelah Merayakan Kegagalan Iran di Piala Dunia

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan
Iran Human Rights mengatakan di Twitter bahwa Mehran Samak ditembak di bagian kepala oleh pihak keamanan di Bandar Anzali. (Twitter: Iran Human Rights)

Sebuah kelompok hak asasi mengatakan pihak berwenang menembak mati seorang pria yang merayakan tersingkirnya Iran di Piala Dunia sepak bola 2022 di Qatar.

Iran Human Rights (IHR) yang berbasis di Oslo, Norwegia, mengatakan Mehran Samak, usia 27 tahun, adalah salah seorang warga Iran yang merayakan kegagalan Iran maju ke babak selanjutnya ketika kalah 0-1 dari Amerika Serikat.

Baca Juga:

Bagi banyak warga Iran, tim nasional sepak bola dianggap sebagai simbol rezim pemerintahan.

"Dia ditembak di bagian kepala oleh pasukan keamanan ketika pergi keluar rumah merayakan kekalahan tim Iran di Bandar Anzali," kata IHR di Twitter.

"Organisasi Medis Forensik Iran menolak menyerahkan jasadnya kepada keluarga meski warga berkumpul di luar gedung mendukung keluarga."

Baca Juga:

PBB mengatakan pemerintah Iran ini sejauh ini sudah lebih dari 300 orang tewas sedan lebih dari 14 ribu orang ditahan menyusul serangkaian unjuk rasa setelah tewasnya Mahsa Amini.

Mahsa, warga Iran keturunan Kurdi, meninggal bulan September lalu setelah ditahan oleh polisi moral Iran karena dinilai tidak memakai hijab yang sesuai.

Unjuk rasa yang terjadi setelah kematiannya menjadi tantangan paling serius bagi rezim di Iran sejak revolusi di tahun 1979.

Wartawan perempuan ditahan

Pihak berwenang Iran sudah menahan seorang wartawan perempuan dari sebuah media reformis dan dua aktor yang muncul dalam sebuah tayangan video yang kemudian viral.

Otoritas keamanan Iran menahan Nastaran Farokheh dari koran Shargh di rumahnya akhir pekan lalu, selain juga menyita laptop dan ponsel serta peralatan telepon milik keluarganya, menurut harian tersebut di situs mereka.

"Alasan penahanan masih belum jelas," demikian laporan harian Shargh.

Farokheh merupakan wartawati ketiga dari koran Shargh yang ditahan sejak munculnya gelombang protes.

Yang pertama adalah Niloufar Hamedi yang ditahan 20 September lalu, setelah mengunjungi rumah sakit di mana Mahsa Amini dirawat selama tiga hari dalam keadaan koma sebelum meninggal.

Hamedi dikenai tuduhan melakukan propaganda anti pemerintah dan melawan pihak keamanan 8 November lalu bersama dengan seorang wartawati lainnya Elaheh Mohammadi dari koran Ham Mihan .

Jurnalis perempuan kedua di Shargh yang ditahan adalah Marzieh Amiri yang ditangkap 1 November lalu, menurut laporan media setempat.

Elaheh ditahan tanggal 29 September setelah melakukan perjalanan ke kota kelahiran Mahsa Amini di Sagez, provinsi Kurdistan untuk meliput upacara pemakaman.

Koran reformis lainnya, Sazandegi, dalam laporannya di akhir Oktober mengatakan lebih dari 20 wartawan sudah ditahan karena tulisan mereka mengenai kematian Mahsa Amini atau soal unjuk rasa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Harian bisnis Jahan-e Sanat ditutup paksa minggu lalu, setelah mereka melancarkan tuduhan terhadap pihak keamanan.

30 Oktober lalu, lebih dari 300 jurnalis mengeluarkan pernyataan bersama mengkritik penahanan wartawan dan pembatasan terhadap hak mereka, termasuk untuk mendapatkan pengacara.

Penahanan aktor video viral

Pihak berwenang juga menahan dua orang aktor yang muncul dalam sebuah video viral, yang menayangkan sekelompok pemain film dan teater berdiri diam tanpa mengenakan penutup kepala.

Aksi ini dilakukan sebagai solidaritas terhadap gerakan protes.

Aktor sekaligus sutradara bernama Soheila Golestani, yang muncul tanpa mengenakan hijab dalam video dan sutradara pria Hamid Pourazari telah ditahan menurut Human Rights Activists News Agency, yang berbasis di Amerika Serikat.

Tapi lembaga tersebut masih belum jelas mengapa mereka ditahan.

Beberapa laporan mengatakan mereka ditahan saat pertandingan Piala Dunia antara Iran melawan Amerika Serikat sedang berlangsung, Selasa lalu, namun laporan ini belum bisa dikonfirmasi.

Situs Iran Wire mengatakan semua di dalam video tersebut adalah pekerja seni Iran dan masih belum jelas mengapa mereka melakukan hal tersebut.

Pekerja seni teater terkenal Iran Naghmeh Samini mengonfirmasi penahanan aktor di akun Instagram-nya.

Di Iran perempuan wajib mengenakan hijab ketika tampil di depan umum.

Duta besar Prancis dipanggil

Rabu kemarin, Kementerian Luar Negeri Iran memanggil duta besar Prancis setelah parlemen Prancis meloloskan mosi mengecam pelanggaran hak sipil dan kebebasan perempuan di Iran.

Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna mengecam "penggunaan penahanan semena-mena, sensor dan kekerasan yang digunakan oleh rezim Iran".

Dia mengatakan Iran telah melakukan "penindasan" terhadap "aspirasi dari warga pria dan perempuan di Iran".

Kantor berita Iran IRNA mengatakan duta besar Prancis di Teheran, Nicolas Roche, yang dipanggil sudah menerima "protes keras terhadap tuduhan yang tidak beralasan yang disampaikan Prancis."

Iran sebelumnya menuduh negara-negara Barat, termasuk Prancis, telah memanaskan gelombang protes yang terjadi.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News 

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada