Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

<font face=arial size=2 color=#CC0000>Wawancara Eksklusif dengan Sherry Rehman:</font><br />Kami pasti menang pemilu

7 Januari 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Waktu belum beranjak jauh dari subuh ketika Tempo tiba di mausoleum keluarga Bhutto di Larkana, Jumat pekan lalu. Perjalanan melelahkan menggunakan bus selama delapan jam dari Karachi sejak Kamis pukul 20.30 baru saja berujung. Seorang pengemudi reksa (semacam bajaj) kemudian mengantar ke pemakaman di Ghari Khuda Bakhs. Pada pagi yang dingin itu ternyata Sherry Rehman, juru bicara Partai Rakyat Pakistan (PPP), sudah duduk berzikir di samping nisan makam Benazir Bhutto. Ia tampak membawa tasbih.

Shehrbano ”Sherry” Rehman, 47 tahun, adalah orang dekat Benazir yang kini paling banyak dicari wartawan. Bukan saja lantaran dia juru bicara partai, tapi juga karena ia merupakan saksi penting terbunuhnya Benazir di Rawalpindi, dua pekan lalu. Sherry berada satu mobil dengan Benazir. Ia mengalami luka memar di kaki.

Sherry pula yang menjadi tempat bertanya wartawan ketika pimpinan partai bertemu untuk memutuskan pengganti Benazir. Sehari menjelang rapat, Sherry diminta berkomentar tentang kemungkinan Bilawal Zardari, anak tertua mantan Perdana Menteri Pakistan itu, menjadi pengganti sang ibu. Ia berucap, ”Astaga, dia baru 19 tahun. Dia harus selesai kuliah dulu.” Bilawal ternyata benar-benar dipilih sebagai ketua partai yang baru.

Tak mudah mewawancarai anggota parlemen dengan nomor kursi NA-309 dari Provinsi Sindh ini. Selain harus ada janji terlebih dulu, perempuan gesit itu tak pernah lama menetap di satu tempat. Tanpa janji, Tempo memutuskan menemuinya di Larkana. Sherry ternyata tengah berziarah ke makam Benazir.

Sherry malah kemudian mengajak Muhammad Afifuddin, koresponden Tempo di Pakistan, ke Naudero, markas partai PPP yang berjarak sekitar dua kilometer dari makam keluarga Bhutto. Tapi di Naudero, Sherry sudah ditunggu seabrek acara. Baru menjelang sore, dan itu pun hanya sepuluh menit, Sherry menjawab pertanyaan Tempo. Berikut petikannya:

Bilawal yang masih ”hijau” dipilih sebagai pengganti Benazir. Kenapa bukan tokoh senior yang mumpuni dan berpengalaman, seperti Makhdoom Amin Faheem?

Itu hasil kesepakatan anggota elite PPP. Selain Bilawal Bhutto Zardari yang menjadi ketua umum partai, diangkat pula beberapa wakil PPP. Metode pemilihan ini unik, tak sama dengan sistem yang berlaku di dunia. Sistem ini menggunakan istilah ketua bersama (para anggota elite itu). Ketua pelaksananya dipegang oleh Asif Ali Zardari. Ia diberi wewenang menjalankan kebijakan di lapangan, sementara ketua umum yang tak lain adalah putranya sendiri diminta meneruskan studinya dulu di Oxford hingga selesai.

Dalam pemilihan ketua umum apakah tak terjadi friksi di antara petinggi PPP?

Ada sedikit gejolak di tubuh internal PPP. Namun pimpinan PPP akhirnya secara aklamasi menunjuk Bilawal sebagai ketua umum, karena merujuk wasiat Benazir Bhutto.

Apakah ada campur tangan Amerika dalam pemilihan itu?

Apa urusan Amerika mencampuri urusan internal kami? Pakistan adalah negara berdaulat dan PPP adalah partai demokrasi terbesar di Pakistan. Kami tak memerlukan campur tangan Amerika untuk menjalankan agenda kami.

Anda adalah saksi kunci pembunuhan Benazir Bhutto. Anda satu mobil dengannya dan ikut memandikan jenazahnya. Sebenarnya Benazir tewas oleh peluru atau bom?

Saya melihat dengan jelas Benazir Bhutto ditembak dua kali: mengenai kepala dan leher sebelum meledaknya bom bunuh diri. Saya juga melihat sopir terlempar dari mobil pada saat meledaknya bom.

Bagaimana peluang PPP dalam pemilu nanti?

PPP yakin bisa menyapu suara terbesar di semua kota dan provinsi. Tapi PPP meragukan komisi pemilihan umum yang banyak diisi oleh orang propemerintah. PPP mencurigai bakal muncul kecurangan dalam pemilu nanti.

Seandainya PPP tak mampu mencapai suara mayoritas, partai apa yang akan digandeng untuk membentuk koalisi?

(Sherry menjawab dengan nada sedikit emosional) Sudah saya katakan bahwa apabila tak dicurangi, PPP dipastikan menjadi partai pemenang pemilu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus