Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sekelompok anak muda mendirikan komunitas Muara Gembong Kita untuk pelestarian lingkungan.
Mereka tak ingin kerusakan lingkungan di muara Sungai Citarum di Muara Gembong bertambah parah.
Inisiatif untuk mendidik dan memberdayakan masyarakat tumbuh dari komunitas ini.
BEKASI -- Bangunan mungil itu berdiri di tepi kali yang menyelinap di antara bakau di Kampung Muara Beting, Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Kali ini merupakan anak Sungai Citarum yang bermuara ke Laut Jawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di tempat inilah Ira Pelitawati, pegiat komunitas Muara Gembong Kita, merintis berdirinya Taman Belajar Masyarakat (TBM) Terasuka. Bangunan ini baru berdiri sekitar satu setengah tahun lalu. Sebelum memiliki bangunan sendiri, taman belajar ini menumpang di teras rumah penduduk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bangunan berjarak lebih-kurang 2 kilometer dari pantai Muara Beting yang berbatasan dengan Laut Jawa itu sedang tutup saat Tempo berkunjung, Ahad lalu. Sejak ada wabah Covid-19, kegiatan TBM lebih banyak dilakukan di luar ruangan.
Ira tergerak mendirikan tempat belajar itu setelah menemukan ada enam anak di kampung nelayan tersebut putus sekolah dari sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Ada anak yatim, yang sebenarnya masih usia sekolah, terpaksa mencari uang sendiri. “Dengan menjadi nelayan, mereka mencari uang sendiri. Karena terbiasa merasakan enaknya pegang duit, anak-anak itu tak mau sekolah lagi,” kata Ira kepada Tempo, kemarin.
Dari situlah, Ira, yang mengajar bimbingan dan konseling di salah satu SMP swasta di Bekasi, menggelar pendidikan informal untuk anak-anak warga Muara Beting. Ia mengajarkan baca-tulis, berhitung, seni, dan mengaji untuk anak-anak.
Dalam sepekan, Ira mendatangi anak asuhannya itu sebanyak dua kali, atau kadang-kadang tiga kali. Anak-anak lain, yang semula hanya mengintip kegiatan ini, akhirnya tertarik ikut. “Saat ini, ada 37 anak usia SD dan pra-SD berkegiatan di TBM yang saya kelola,” kata Ira.
Selain belajar baca-tulis, berhitung, dan mengaji, anak-anak itu diajari kesenian marawis. TBM Terasuka memiliki seperangkat alat marawis. Dulu, sebelum pandemi, anak-anak Muara Beting berlatih marawis saban Selasa. Murid TBM Terasuka juga mendapat pelatihan pencak silat yang digelar setiap Sabtu.
Tak lupa, Ira mengenalkan kepada anak-anak perihal kecintaan pada lingkungan serta menjaga kelestariannya. Apalagi, sejak awal, komunitas Muara Gembong Kita memang lebih banyak bergerak di bidang konservasi lingkungan.
Rumah penduduk tenggelam di Kampung Muara Jaya, Desa Pantai Mekar, Muara Gembong, Bekasi, 12 September 2021. TEMPO/Sunudyantoro
Inisiatif berdirinya komunitas ini bermula dari sepetak rumah di Kampung Kelapa Dua, Desa Jayasakti, Muara Gembong. Usaha ini datang dari Yusup Maulana, anak muda Muara Gembong, yang peduli terhadap lingkungan sekitar. Komunitas ini beranggotakan anak-anak muda di sejumlah desa di wilayah Kecamatan Muara Gembong.
Yusup berkisah, dulu kala, muara Sungai Citarum merupakan hamparan hutan bakau yang lebat dan hijau. Tingginya migrasi penduduk dari daerah lain ke lokasi itu membuat kawasan yang dulu berupa hutan mangrove ini berubah menjadi tambak ikan dan udang.
Menurut dia, kerusakan kawasan bakau inilah yang, salah satunya, memicu terjadinya air laut masuk lebih jauh ke kampung-kampung nelayan di Muara Gembong. “Banyak rumah, sekolah, dan tempat ibadah rusak karena terendam air laut, sehingga tak layak ditempati,” kata Yusup kepada Tempo, kemarin.
Yusup mengatakan sebagian besar warga Muara Gembong bekerja sebagai nelayan. Pendapatan mereka tak menentu. Mereka bertahan tinggal di sana karena tak tahu harus berpindah ke mana. “Inilah yang mendorong kami berinisiatif menyelamatkan Muara Gembong dari kehancuran,” kata Yusup.
Muara Gembong Kita menyelamatkan kawasan itu dengan menyelenggarakan program penanaman mangrove. Mereka kerap menggandeng kampus, sekolah, ataupun perusahaan yang memiliki program lingkungan.
Komunitas Muara Gembong Kita bergerak untuk menyelamatkan dan melestarikan hutan mangrove sebagai sabuk hijau pesisir utara Kabupaten Bekasi. Berjarak sekitar 70 kilometer dari jantung Kota Jakarta, Muara Gembong berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Teluk Jakarta di barat, Kabupaten Karawang di timur, dan Kecamatan Babelan di selatan.
Muara Gembong pernah menarik minat Presiden Joko Widodo turun langsung ke daerah itu pada Januari 2019. Di tempat itu, Jokowi menanam bakau dan mengajari masyarakat beternak udang di lahan perhutanan sosial.
Dalam waktu dekat, untuk memperingati Hari Sungai Dunia, Muara Gembong Kita dan sejumlah komunitas lain di Bekasi akan menyelenggarakan aneka kegiatan di muara Sungai Citarum. “Kami, di antaranya, akan menanam mangrove di Muara Bendera, muara Sungai Citarum,” kata Yusup.
SUNUDYANTORO
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo