Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Kementerian Perhubungan memastikan akan menjadikan Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, sebagai stasiun sentral intramoda di Jakarta pada 2021. Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Zulfikri, mengatakan kerangka pembangunan Stasiun Manggarai sebagai stasiun sentral sudah dibuat sejak 2010. Dia pun optimistis pembangunan akan rampung sesuai dengan target.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Konsepnya, kita butuh stasiun sentral yang bisa terintegrasi dengan kereta KRL (kereta rel listrik), kereta jarak jauh, dan kereta bandara. Contohnya di Jepang," ujar Zulfikri, akhir pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Zulfikri menjelaskan, Stasiun Sentral Manggarai akan dibangun tiga lantai dan dilengkapi 18 lintasan rel kereta. Saat ini, Stasiun Manggarai hanya memiliki sembilan lintasan kereta. Dua lintasan untuk kereta bandara dan tujuh lainnya untuk kereta rel listrik (komuter) serta kereta jarak jauh.
Kelak, lantai satu Stasiun Manggarai akan memiliki delapan lintasan kereta. Lantai dua akan menjadi pusat pelayanan penumpang. Sedangkan lantai tiga akan memiliki sepuluh lintasan. Zulfikri menambahkan, setelah Stasiun Sentra Manggarai beroperasi, Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, hanya akan melayani kereta wisata dan kereta komuter.
Hingga kini, pengembangan Stasiun Manggarai masih berlangsung. Berdasarkan pengamatan Tempo, rangka sebagian bangunan tingkat dua dan tiga telah terlihat di sisi barat stasiun. Bagian atapnya bahkan sudah terpasang.
"Fase 1 sudah hampir rampung. Ditandai dengan keberadaan stasiun khusus kereta bandara. Tinggal finishing," kata Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jakarta-Banten pada Kementerian Perhubungan, Rode Paulus. Pengerjaan proyek fase 2 pun sudah dimulai, beriringan dengan penuntasan fase 1.
Masalahnya, pembebasan lahan untuk perluasan area Stasiun Manggarai belum tuntas. Rode tak menyebutkan detail luas lahan yang belum dibebaskan. Tapi, kata dia, lahan yang masih perlu dibebaskan adalah milik pemerintah atau PT KAI.
Lahan tersebut terutama berada di jalur penghubung antara Stasiun Manggarai dan halte Transjakarta di depan Mal Pasaraya. Di lahan itu nantinya akan dibangun jalan layang (skybridge). "Negosiasi dengan warga masih dilakukan," ujar Rode.
Padatnya lalu lintas di sekitar Stasiun Manggarai, menurut Rode, juga menjadi perhatian khusus Kementerian Perhubungan. Keberadaan pedagang kaki lima, pengemudi angkutan online, serta jalan yang sempit masih menjadi kendala.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo, mengatakan area di sekitar Stasiun Manggarai akan ditata seiring dengan pengoperasian stasiun itu sebagai stasiun sentral. Pemerintah DKI akan memindahkan para pelapak. Untuk pengemudi angkutan online akan disiapkan selter khusus supaya tidak menimbulkan kemacetan. Area parkir liar dan tempat ngetem bajaj juga akan ditata, sehingga tak mengganggu akses ke Stasiun Manggarai.
Adapun integrasi angkutan umum menuju Stasiun Sentral Manggarai pada 2021, menurut Syafrin, sejauh ini dalam tahap kajian manajemen. Kajian itu dilakukan bersama Balai Perkeretaapian Jakarta Banten dan direncanakan rampung pada akhir tahun ini. "Akan ada kajian rekayasa lalu lintasnya juga," kata dia.
Tak hanya bagian utama stasiun yang bakal bersalin rupa. Di sekitar Stasiun Sentral Manggarai kelak juga akan dibangun kawasan terpadu transit oriented development (TOD). Perusahaan pelat merah PT PP Tbk berencana mengembangkan megaproyek TOD dengan investasi sekitar Rp 215 triliun.
Investasi jumbo itu akan digunakan untuk mengembangkan kawasan TOD seluas 60 hektare, yang ditargetkan menjadi ikon internasional. Pusat kawasan komersial, hunian, serta transportasi tersebut akan dibangun di sebagian lahan milik PT KAI dan lahan milik individu atau swasta yang harus dibebaskan. INGE KLARA SAFITRI
Proyek Rel Dwiganda Turut Dikebut
Kementerian Perhubungan juga menargetkan pembangunan jalur double-double track (DDT) Cikarang-Manggarai rampung pada 2021. Dengan beroperasinya rel dwi-ganda itu, jumlah perjalanan kereta diharapkan bisa ditambah. Integrasi antarjenis kereta pun akan lebih mudah.
Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jakarta-Banten pada Kementerian Perhubungan, Rode Paulus, mengatakan saat ini baru DDT segmen Jatinegara-Cakung sepanjang 9,5 kilometer yang rampung dan telah dioperasikan.
Adapun segmen DDT Cakung-Bekasi sepanjang 12 kilometer masih dalam proses pembangunan. "Pembangunannya dimulai pada Juni lalu," kata Rode.
Masalahnya, pembangunan segmen kedua ini menemui beberapa kendala. Salah satunya adalah pembebasan lahan di wilayah Bekasi. Masalah pembebasan lahan itu, menurut Rode, sedang diselesaikan melalui pengadilan. "Tapi kami tetap optimistis proyek ini selesai sesuai dengan target," kata dia.
Keseluruhan jalur DDT Cikarang-Manggarai memiliki panjang 35 kilometer. Pengerjaannya dibagi dalam tiga segmen. Segmen pertama, Jatinegara-Cakung, telah dioperasikan sejak April 2019. Segmen kedua, Cakung-Bekasi, masih dalam tahap pengerjaan. Sedangkan segmen ketiga, Jatinegara-Manggarai, panjangnya sekitar 3 kilometer. Pembangunan rel dwiganda di tiga segmen itu memerlukan anggaran sekitar Rp 120 miliar.
Pekan lalu, Kementerian Perhubungan dan PT KAI kembali melakukan switch over (penutupan sementara) sebagian jalur kereta untuk mengaktifkan satu lagi jalur rel ganda, lintasan 6 dan 7, di Stasiun Manggarai. Kementerian dan PT KAI perlu melakukan enam kali switch over sampai semua jalur dwiganda bisa beroperasi di seluruh segmen. INGE KLARA | FRANCISCA CHRISTY ROSANA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo