MENTERI Amirmachmud akhir bulan lalu meresmikan Kendari,
ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara sebagai kota administratif
yang ke sepuluh. Sehari sebelumnya Palu di Sulawesi Tengah
mendapat status serupa. Dengan status tersebut diharapkan
ibukota propinsi yang termasuk muda itu (jadi propinsi tahun
1964), bisa berkembang menjadi kotamadya dengan otonomi penuh.
Namun Andry Djufri SH, Bupati Kabupaten Kendari, tidak banyak
komentar tentang potensi Kecamatan Kendari untuk bisa menjadi
sebuah kotamadya. "Akan sangat tergantung apakah ada pihak yang
mau menanamkan investasinya di kota ini," katanya menjelang
peresmian ibukota kabupatennya menjadi kota administratif itu.
Katanya, memang sudah ada beberapa pengusaha swasta
menghubunginya sewaktu ia berada di Jakarta. "Tapi selalu saya
katakan, datang dulu ke Kendari, supaya mereka jangan kecewa dan
saya dianggap berbohong," katanya. Djufri baru beberapa bulan
menduduki jabatannya. Ia menggantikan drs. Abdullah Silondae
yang kini menjadi Gubernur Sulawesi Tenggara.
Kota yang sebelumnya berstatus kecamatan dengan penduduk sekitar
67.000 itu nampaknya memang belum banyak yang bisa diharap. Kota
berbentuk memanjang, hampir mengikuti satu jalur jalan saja. Di
bagian pusat kota terdapat pelabuhan, diapit oleh laut dan
bukit. Menurut bupati, pengembangan kota hanya mungkin di
bagian jalan menuju Lapangan Terbang Walter Monginsidi. Di
bagian ini sekarang memang sudah berdiri bangunan-bangunan
pemerintah seperti kantor gubernur. Bahkan sedang dibangun
sebuah stadion. Sehingga kota lama akan diarahkan untuk menjadi
kota pelabuhan.
Air Bersih
Tapi akan adakah investasi di kota yang masih serba terbatas
ini? Untuk memancing pihak swasta tentu minimal harus ada
jaminan fasilitas sosial yang memadai. Padahal justru untuk ini,
Andry Djufri mengeluh. Dalam hal kebutuhan air bersih misalnya,
Kendari masih sengsara. Bahkan sebuah hotel berlantai dua yang
terletak di bibir bukit menghadap ke laut, sampai kini teronggok
begitu saja tanpa penyelesaian, karena air di daerah ini sukar.
Andry Djufri memang tidak pesimis, meskipun ia tak terlalu
berharap. Sebab kalaupun ada investasi, maka kemungkinannya
justru bukan di bagian kecamatan yang akan dikembangkan jadi
kotamadya ini. Tapi terutama bisa dikembangkan di daerah
keeamatan lain di luar kota administratif itu. "Tapi menurut
Ditjen PUOD, Kendari bisa berkembang dalam waktu lima tahun
ini," tambahnya. Artinya, tahun 1983, Kendari diharapkan bisa
jadi kotamadya. Semuanya banyak tergantung pada Walikota
Administratif Kendari, H. Mansyur Pamadeng. Yang pasti sejak
1972 Kota Kendari sudah memiliki Rencana Garis Besar
Pengembangan Kota -- yang selama ini ternyata tersendat-sendat
pelaksanaannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini