Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Investigasi OCCRP menemukan masalah dari pengadaan alat uji cepat Covid-19.
Akurasi dari alat uji cepat yang berasal dari Cina dipertanyakan.
India dan Spanyol membatalkan pemesanan alat uji cepat dari Cina.
JUMLAH orang yang terinfeksi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) secara global, hingga Sabtu, 9 Mei lalu, mencapai 4 juta kasus lebih dengan korban meninggal 276.237 orang. Untuk mengendalikan penyebarannya, pemerintah sejumlah negara umumnya melakukan pembatasan, dari berskala kecil hingga penutupan wilayah. Langkah selanjutnya adalah pemindaian dengan alat uji cepat corona untuk mengetahui sebarannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah jurnalis dari berbagai media yang tergabung dalam Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP), yang Tempo turut bergabung di dalamnya, mengendus beberapa masalah dalam pengadaan alat uji cepat yang banyak berasal dari Cina, tempat wabah Covid-19 pertama merebak. Dalam laporan yang dipublikasikan pada 6 Mei lalu, OCCRP mengungkap masalah akurasi hasil dan penyamaran produsen awal alat itu dengan alasan komersial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut OCCRP, setidaknya ada tiga merek yang dirilis produsen Eropa dan Amerika Serikat yang sebenarnya hanya memberi label baru dari alat yang diproduksi Hangzhou AllTest Biotech Co Ltd. Dalam beberapa uji coba independen ditemukan bahwa alat AllTest kurang akurat hasilnya daripada klaim iklannya.
Alat tes itu dijual ke seluruh dunia dan sering dipromosikan sebagai produk Eropa yang berkualitas, berbeda dengan produk Cina yang kurang bergengsi. Alat tes Cina yang sama dengan merek berbeda telah digunakan oleh layanan kesehatan dan otoritas pemerintah di berbagai negara, termasuk Spanyol, Italia, Inggris, Indonesia, Rusia, dan Vatikan.
Salah satu alat uji cepat yang memberi label baru untuk alat AllTest adalah Biozek. Alat tes ini buatan Inzek International Trading BV, yang berkantor di Kota Apeldoorn, Belanda. Klaim sebagai buatan Belanda telah menjadi daya tarik utama bagi beberapa pembeli, termasuk pabrik dari Indonesia.
Alat tes “buatan Belanda” ini terbukti populer. Menurut Mustafa Hamid, manajer kontrol kualitas Biozek, perusahaannya telah menjual dan mengirimkan 1,6 juta alat itu ke seluruh dunia. Pembeli terbesar antara lain Indonesia, Rusia, Belanda, Kuwait, Arab Saudi, dan Irak.
OCCRP juga menemukan setidaknya ada dua perusahaan yang memberi label baru alat AllTest dan dipasarkan massal. Satu di antaranya ScreenItalia, yang berbasis di Umbria, Italia. Perusahaan itu juga terdaftar di Kementerian Kesehatan Italia sebagai produsen alat tes.
Hukum Italia mengizinkan perusahaan membeli dan memberi label baru buat alat yang diimpor selama importir melakukan kontrol kualitas sendiri dan mengungkap produsen aslinya jika diminta. Namun ScreenItalia menolak menjawab pertanyaan wartawan tentang produsen asli alat tes itu, termasuk pemasarannya.
Alat tes yang tersedia di Italia dan banyak negara lain adalah yang dijual oleh Acro Biotech, perusahaan yang berbasis di Rancho Cucamonga, California, Amerika. Perusahaan itu menjual alat tes secara global dengan merek Acro dan JusCheck. Tim OCCRP tidak menemukan bukti bahwa Acro Biotech menjual alat ini di Amerika, tapi menemukan banyak pembelinya di luar negeri, seperti India, Cile, Brasil, Spanyol, Italia, Belgia, dan Finlandia.
Selain soal akurasi hasil, masalah lain adalah penjual dan klinik yang memasarkan dan mengelolanya secara tidak tepat. Reporter OCCRP menemukan beberapa contoh alat tes cepat corona yang dijual langsung ke pelanggan oleh pengecer online atau melalui media sosial seperti Telegram.
Di Makedonia, alat uji cepat Biozek dipasok oleh perantara Swiss, Spring Healthcare. Wasay Bhatti, konsultan untuk Spring Healthcare, mengatakan Inzek telah menyesatkan perusahaannya dengan meyakinkan bahwa alat itu buatan Belanda padahal diproduksi di Cina.
Marien de Jonge, ilmuwan yang terlibat dalam penelitian Covid-19 di Radboud University Medical Center, Belanda, menyebutkan bahaya dari kesalahan hasil uji cepat. “Kalau hasilnya false positive, bukan masalah besar. Satu-satunya konsekuensi adalah seseorang melakukan isolasi mandiri dengan sia-sia,” tuturnya. Tapi, kata dia, hasil false negative bisa menjadi bencana karena membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Soal ketidakakuratan hasil uji cepat ini pula yang membuat India akhirnya membatalkan pemesanan dari Cina. Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi mendatangkan 1 juta alat tes cepat itu pada awal April lalu dari dua perusahaan Cina, Guangzhou Wondfo Biotech dan Zhuhai Livzon Diagnostics.
Alat tes cepat itu tiba pada pertengahan April lalu. Setelah alat diuji coba, setidaknya ada tiga negara bagian yang mengajukan komplain, yaitu Rajasthan, Kerala, dan Tamil Nadu. Menurut Menteri Kesehatan Rajasthan Raghu Sharma, pemerintah melakukan 170 tes di titik wabah Covid-19, yang dimulai dari Jaipur. Akurasi alat itu diketahui berkisar hanya 5,4 persen.
Menurut Raghu Sharma, alat itu juga digunakan untuk menguji pasien yang sudah dites positif terkena virus corona, tapi hasil tes alat tersebut negatif. “Ini yang menimbulkan pertanyaan tentang kredibilitas alat ini,” ujarnya. Laporan akurasi pengujian di Kerala dan Tamil Nadu juga tidak memuaskan.
Setelah ada komplain tersebut, Dewan Penelitian Medis India meminta pemerintah daerah menghentikan pemakaian alat itu. Menurut Times of India, pemerintah akhirnya membatalkan pemesanan alat itu pada 27 April lalu dan memutuskan untuk membuat alat sendiri.
Menteri Kesehatan Harsh Vardhan, dalam pertemuan online dengan masyarakat sipil dan organisasi non-pemerintah pada akhir April lalu, menyatakan alat uji cepat buatan dalam negeri itu akan diproduksi beberapa pekan ke depan. Menurut Asia Nikkei, perusahaan lokal yang diberi wewenang oleh Organisasi Pengendali Standar Obat Nasional India untuk mengembangkan alat tes cepat antara lain Mylab, Medsource Ozone Biomedicals, Voxtur Bio, dan Alpine Biomedis.
Ji Rong, juru bicara Kedutaan Besar Cina di India, mengecam keputusan itu. “Tidak adil dan tidak bertanggung jawab bagi individu-individu tertentu untuk menyebut produk-produk Cina ‘salah’ dan melihat masalah dengan mendahulukan prasangka,” katanya. Menurut dia, masalah dalam penyimpanan, penanganan, atau transportasi mungkin bertanggung jawab atas ketidakakuratan hasil pengujian.
India bukan negara pertama yang punya pengalaman tersebut. Pada Maret lalu, Spanyol memesan 640 ribu alat tes dari Shenzhen Bioeasy Biotechnology Company Limited di Provinsi Guangdong, Cina. Menurut surat kabar El Pais, alat tes itu tidak cukup sensitif. Artinya, ada kemungkinan alat itu tidak akan mendeteksi Covid-19 pada orang yang sudah terinfeksi.
Menurut Daily Mail, Bioeasy sempat mengganti alat yang tidak akurat itu, tapi Spanyol mengembalikannya lagi karena alasan yang sama. Setelah pengembalian kedua ini, Spanyol memutuskan meminta pengembalian dana dari Bioeasy untuk semua pesanan 640 ribu alat tes. Kedutaan Cina mengatakan pemerintah Spanyol telah membeli barang-barang tersebut dari perusahaan yang belum mendapat lisensi.
Kementerian Kesehatan Spanyol mengakui alat itu tidak dibeli langsung dari produsen Cina, tapi melalui perusahaan pemasok di dalam negeri. Hingga 9 Mei lalu, Spanyol mencatat 260.117 kasus Covid-19 dengan 26.299 kematian. Spanyol mencatat 1.321.785 kasus dan 78.611 orang meninggal karena corona, yang membuatnya menjadi negara dengan jumlah kasus corona terbanyak kedua setelah Amerika Serikat.
Pengalaman serupa dialami Turki, yang pada Sabtu, 9 Mei lalu, mencatat 135.569 kasus dan 3.689 kematian karena corona. Negara itu mengeluhkan akurasi dari alat uji cepat dari Cina. Menurut Middle East Eye, pemerintah Turki tak memakai sampel alat uji buatan Cina setelah mengetahui hasilnya tidak akurat. Seorang anggota Dewan Sains di Kementerian Kesehatan Turki mengatakan akurasi alat uji dari Cina itu 30-35 persen.
ABDUL MANAN (OCCRP, DAILY MAIL, TIMES OF INDIA, MIDDLE EAST EYE)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo