Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Akademisi dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Mikhael Raja Muda Bataona, MA pesimis bahwa Prabowo Subianto akan mengakui kekalahannya dalam pemilihan presiden 2019. "Jangan berharap, karena terlalu banyak melibatkan para elit yang merasa dirugikan oleh kekuasan Jokowi-Jusuf Kalla saat ini," kata di di Kupang, Minggu, 26/5.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bataona mengaku bisa saja secara simbolik Prabowo akan mengkui kekalahan. "Tapi secara riill akan ada rekonsiliasi hingga ke akar rumput, saya kira sangat sulit," kata dia.
Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) dan kesiapan BPN Prabowo-Sandi untuk menerima hasilnya jika MK menolak gugatan.
Alasna lain Prabowo sulit menerima kekalahan, kata Bataona, karena mempertaruhkan terlalu banyak hal, yakni para pihak yang ada di belakang pasangan calon Prabowo-Sandiaga ini. Jadi, menurut dia, secara psikologi politik ketegangan pasca Pemilu Presiden 2019 ini memang sengaja dirawat dan dikehendaki.
Berbeda dengan Pilgub DKI yang begitu menegangkan, kata dia, bisa langsung turun tensinya karena yang kalah langsung mengakui kemenangan lawan.
Hal itu tak dilakukan Prabowo karena dirinya adalah titik episentrum yang menyatukan (kepentingan) banyak pihak. "Yakni, mereka yang menyatakan dirinya oposisi terhadap kekuasaan saat ini, katanya.
Apalagi tampak jelas bahwa, Prabowo Subianto tidak bisa memutuskan sendiri langkah politiknya. "Jadi untuk ada pernyataan resmi dari pasangan calon nomor urut 02 menerima kekalahan setelah adanya keputusan MK nantinya, itu akan sulit sekali."
ANTARA