Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Berita Tempo Plus

Kumitir, Katastrofe, dan Tafsir Lain

DI masa pandemi ini, selama sebulan, sejak 4 Agustus sampai 9 September lalu, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPPCB) Jawa Timur melakukan ekskavasi skala besar di Situs Kumitir, dekat Trowulan, Mojokerto. Penggalian yang melibatkan puluhan pekerja ini menindaklanjuti ekskavasi tahun lalu, yang berhasil menemukan sebuah struktur talut panjang di Kumitir.

Ekskavasi ini mengundang kegairahan baru atas penelitian Majapahit. Meski penggalian baru menyingkap 30 persen dari luas keseluruhan situs, berbagai tafsir muncul menyusul kerja keras BPCB Jawa Timur ini. Tempat apakah situs Kumitir? Apakah pendarmaan? Apakah sebuah kota kecil? Apakah kedaton? Mengapa bisa terpendam? Mengapa minim temuan artefak? Apakah bencana alam atau ulah manusia yang menghancurkan kawasan situs? Tempo melaporkannya.  

 

12 September 2020 | 00.00 WIB

Ekskavasi pada sektor tengah situs Kumitir di Mojokerto, Jawa Timur, 24 Agustus lalu./Tempo/Kukuh S Wibowo
Perbesar
Ekskavasi pada sektor tengah situs Kumitir di Mojokerto, Jawa Timur, 24 Agustus lalu./Tempo/Kukuh S Wibowo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

HARI kelima belas. Para mahasiswa Departemen Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, dipimpin geolog Doktor Amien Widodo terjun ke lokasi ekskavasi situs Kumitir, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Mojokerto, Jawa Timur. Hari itu Senin, 24 Agustus 2020. Sudah sekitar dua minggu tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur melakukan penggalian di Kumitir. “Kami datang sebagai sukarelawan membantu BPCB,” kata Amien Widodo. Para mahasiswa ITS itu bergerak melakukan survei geolistrik, georadar, dan stratigrafi terukur.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Seno Joko Suyono

Menulis artikel kebudayaan dan seni di majalah Tempo. Pernah kuliah di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Pada 2011 mendirikan Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) dan menjadi kuratornya sampai sekarang. Pengarang novel Tak Ada Santo di Sirkus (2010) dan Kuil di Dasar Laut (2014) serta penulis buku Tubuh yang Rasis (2002) yang menelaah pemikiran Michel Foucault terhadap pembentukan diri kelas menengah Eropa.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus