Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Novel daring atau webnovel makin diminati di Indonesia.
Platform novel daring menjamur dan menawarkan royalti menarik untuk penulis.
Dewi Lestari merilis karyanya dalam bentuk daring dan cetak.
KESERUAN itu terbaca di forum diskusi aplikasi novel Storial. Di sana, para digital tribe alias digitribe—sebutan untuk warga forum komunikasi pembaca novel Dewi Lestari alias Dee—ramai merespons karya penulis idola mereka. Pujian tentu tumpah ruah di sini. Celetukan kocak pun tak jarang mampir, berkelindan dengan pertanyaan tentang alur cerita, penokohan, kutipan kalimat, juga diksi yang digunakan Dee dalam novel teranyarnya, Rapijali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada pembaca yang ingin tahu tentang istilah jurik alias dedemit. Pertanyaan ini dijawab langsung oleh Dee, seperti lumrah terjadi dalam fitur komentar dan balasan di media sosial dan blog. Digitribe juga dipersilakan menyumbang topik untuk dibahas di ruang daring yang diberi julukan jenaka, Forum Komplek Digital Halu Permai, tersebut. Karena ruang itu diceritakan sebagai “kompleks rumah penduduk novel Rapijali”, ada pula tata cara warga yang dibikin untuk membuat guyub diskusi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Interaksi intens antara penulis dan pembaca ini terjadi karena Rapijali hadir dalam format digital di platform Storial. Trilogi ini berkisah tentang petualangan Ping, perempuan muda asal Batu Karas, Pangandaran, Jawa Barat, yang karena suatu hal mesti hijrah ke Jakarta. Jilid pertama, Rapijali 1: Mencari, terbit pertama kali di Storial pada Januari 2021 dalam format cerita bersambung (cerbung).
Tiap Senin-Kamis, kala itu, satu bagian Rapijali 1 dirilis. Bagian pertama buku itu digratiskan. Pembaca mesti membayar jika ingin menikmati bagian berikutnya. Satu bab Rapijali dihargai 100 Storial Coin—mata uang yang dipakai di aplikasi tersebut, senilai dengan Rp 10 ribu. Jika tak mau membeli secara eceran alias per bab, pembaca bisa membeli satu buku langsung seharga 850 Coin.
Penulis Dewi Lestari atau Dee dengan draf Rapijali. gramedia.com
Dee menyebut cerita yang cocok dijadikan cerbung sebagai pertimbangannya untuk merilis Rapijali dalam dua format, cetak (Penerbit Bentang Pustaka) dan digital. “Kalau tidak cocok, saya tidak mau memaksakan,” ujarnya, Jumat, 7 Januari lalu. Ia mencontohkan Rantai Tak Putus yang hadir dalam format buku fisik saja karena secara konten dan format dianggap kurang pas bila di-cerbung-kan. Sedangkan Rapijali bukan hanya novel panjang, tapi juga serial yang ideal dijadikan cerbung. “Di luar itu, saya tumbuh besar membaca cerbung dan serial. Jadi format tersebut sangat dekat di hati saya.”
Terbitnya Rapijali dalam versi digital tak mengurangi antusias pembaca Dee. Mereka tetap mengincar peluang membaca novel ini lebih cepat dengan memesan pracetak format digitalnya. Saking gencarnya perburuan itu, sampai-sampai platform Storial sempat mengalami gangguan teknis. Dee sadar hingga kini belum ada platform lokal semapan Wattpad, yang sudah menyimpan ratusan juta kisah penulis dari seluruh dunia. Namun ia yakin masukan dari para pengguna, baik pembaca maupun penulis, bakal memacu platform lokal untuk memperbaiki diri. “Ketidaksempurnaan teknis pasti terjadi. Tapi kami berusaha terus berkembang bersama mitra lokal,” katanya.
•••
PLATFORM novel daring di Indonesia mulai dikenal lewat penetrasi Wattpad, yang didirikan di Kanada pada 2006. Di platform digital itu, pengguna tak hanya bisa membaca secara gratis beragam genre novel, tapi juga dapat menjadi penulis. Pola ini disukai banyak penulis yang sebelumnya merasa kesulitan menembus penerbit besar. Sebab, mereka dapat unjuk gigi sekaligus mengasah kemampuan. Tak aneh bila Wattpad berkembang menjadi ekosistem penulisan yang ramah penulis pemula. Pembaca muda pun menyukai konsep ini karena bisa membaca novel secara gratis.
Suasana kantor Storial di Jakarta, September 2019. Dok. Storial
Menjadi penulis novel daring di Wattpad pun semacam hal yang trendi, terlebih bila karya yang dibuat menjadi viral dan dilirik penerbit buku. Hal itu terjadi pada novel Dear Nathan yang diterbitkan dalam bentuk buku pada 2016 setelah dibaca puluhan juta kali di Wattpad. Karya Erisca Febriani itu menjadi salah satu pintu masuk gelombang novel online oleh penulis lokal, juga hadirnya sejumlah startup yang bergerak di bidang literasi daring. Antusiasme pembaca novel daring makin masif saat Dear Nathan difilmkan dan ditonton 700 ribu orang.
Peluang bisnis di industri novel daring ditangkap Brilliant Yotenega alias Ega sejak 2015. Bersama dua kawannya, Steve Wirawan dan Aulia Halimatussadiah, Ega, yang aktif di komunitas sekaligus penerbit independen Nulisbuku, meluncurkan platform Storial. Berbekal komunitas yang beranggotakan ratusan ribu orang, Storial tak membutuhkan waktu lama untuk melejit. Pada semester pertama 2016, Storial berhasil menjaring ribuan pengguna.
Ega, yang juga aktif menulis novel, menyebutkan keberadaan platform sejenis yang lebih mapan menjadi tantangan Storial untuk merebut hati pembaca. Itulah yang membuat Storial memilih lorong-lorong yang tak dilewati platform lain. Misalnya kompetisi menulis novel daring, juga upaya memperkuat proses kuratorial. Sementara semua konten Wattpad ketika itu digratiskan, Storial menggratiskan novel hanya pada dua tahun pertama. “Tantangan berikutnya, bagaimana mengajak lebih banyak orang untuk menulis di Storial, saat novel daring identik dengan gratisan,” ucapnya, Selasa, 4 Januari lalu.
Daftar cerita di platform novel daring Storial. TEMPO/Ratih Purnama
Itu yang membuat Ega dan kawan-kawan memberanikan diri membikin fitur berbayar dengan istilah novel premium. Namun tak sembarang karya bisa mencicipi fitur ini. Novel yang bisa dijual di Storial harus lebih dulu memenuhi sejumlah syarat. Salah satunya penulis harus sudah mengunggah 50 bab di Storial. Kekuatan cerita bersambung menjadi salah satu faktor yang membantu si novelis. Dengan strategi unggahan per bab seperti cerbung, pembaca dibikin penasaran dengan kisah selanjutnya. Penulis pun tertantang untuk makin produktif karena pembaca dapat “mendesak” mereka lewat fitur komentar.
Pada tahun kelimanya, Storial sudah merilis 120-an ribu judul novel. Dari jumlah itu, sekitar 2.000 adalah konten premium. Adapun jumlah penggunanya mencapai 500 ribu, yang seperlimanya adalah penulis Storial. Kebanyakan dari mereka berumur 18-25 tahun dan cenderung menyukai metropop dan teenlit. Dalam sehari, Ega bisa menerima puluhan hingga seratus judul buku. “Karena jumlahnya banyak, kurasi dilakukan oleh pengguna yang sekaligus menjadi ‘polisi keliling’. Kalau ada novel yang kontennya ‘bahaya’, biasanya ada yang melaporkan ke kami,” tuturnya.
•••
MONETISASI novel yang terkurasi juga menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi platform buku daring Cabaca. Sejak dirilis pada akhir Oktober 2017, rintisan yang berbasis di Yogyakarta ini menawarkan konsep premium untuk konten berbayar mereka. Salah satu pendiri sekaligus manajer Cabaca, Fatimah Azzahrah, mengatakan konten premium itu ditopang proses kurasi yang tak hanya dilakukan di lini karya, tapi juga terhadap penulis buku. Itulah yang membuat Cabaca sejak awal berdiri aktif mendekati penulis-penulis potensial untuk diajak bergabung ke platform mereka. Seleksi yang ketat membuat Cabaca sempat hanya punya delapan penulis pada enam bulan pertama mereka di pasar novel daring.
Suasana kerja di Cabaca, Yogyakarta, 6 Januari 2022. Dok. Cabaca
Kini tercatat ratusan naskah novel baru diterima Cabaca setiap bulan. Jumlah penulis mencapai 300-an dengan lebih dari 400 novel eksklusif. Kurasi terus dilakukan untuk menjaga mutu, selain memperkuat strategi lain guna memancing lebih banyak pembaca. Sementara di Storial ada mata uang khusus untuk pembayaran, Cabaca punya “Misi Kerang” sebagai alat bayar.
Taktik lain adalah menerapkan program “Happy Hour” untuk pengguna Cabaca, yang kini jumlahnya tercatat 120 ribu. “Jadi ada jam khusus yang membuat orang bisa membaca konten kami secara gratis. Di sisi lain, penulis tetap mendapat penghasilan,” kata Fatimah melalui sambungan telepon, Rabu, 5 Januari lalu. Cabaca menyiasati kebutuhan itu dengan menyusupkan iklan. Dengan cara-cara ini, Fatimah mengungkapkan, Cabaca bisa menggaet lebih banyak pengguna baru. “Sejak ada pandemi, orang lebih menerima bentuk digital apa pun, termasuk novel. Pada 2020, transaksi kami pun bisa naik hingga tiga kali lipat.”
Sistem royalti juga dibuat agar penulis betah bekerja sama dengan Cabaca. Fatimah menjelaskan, jumlah royalti untuk penulis berkisar 30-60 persen dari hasil penjualan ketengan atau per bab. Pihaknya juga bekerja sama dengan penerbit independen untuk menggarap naskah-naskah yang potensial dirilis dalam versi cetak. Adapun Storial, menurut Brilliant Yotenega, secara alami bergandengan dengan Nulisbuku untuk urusan percetakan buku, juga dengan sejumlah penerbit besar. Langkah baru yang kini sedang diupayakan pihaknya adalah mengusung novel dari Storial menjadi serial di layanan over-the-top ataupun film. “Kami sudah ada kerja sama dengan rumah produksi untuk ini,” ujarnya.
Acara peluncuran buku digital Jakartaholic di platform Storial.co di Jakarta, Maret 2020. Dok. Storial
Pasar novel daring disebut Ega masih potensial dieksplorasi. Ini pula yang membuat Noveltoon tergoda membuka cabang di Indonesia, setelah kantor mereka di Vietnam, Singapura, Cina, Meksiko, Kolombia, dan negara lain. Mulai beroperasi pada 2018, Noveltoon menghabiskan waktu lebih dari setahun untuk merangkul para penulisnya. Pada Agustus 2019, versi pertama mereka pun dirilis. “Kami ingin penulis di sini menonjolkan kisah khas Indonesia, seperti yang sudah dilakukan penulis lain di negara berbeda,” kata General Manager Toon Group Indonesia, Jack, dalam jawaban tertulis yang diterima Tempo, Jumat, 7 Januari lalu.
Baru bergerak dua tahun di Indonesia, Jack menyebutkan jumlah pengguna platformnya sudah lebih dari 30 juta, dengan hampir 1 juta novelis. Tak hanya merilis fitur konten gratis, Jack mengatakan, Noveltoon menyediakan layanan bimbingan penulis dan editor profesional untuk para novelisnya. Cerita yang tayang di Noveltoon juga diklaim bisa diadaptasi menjadi komik, audiobook, dan web series. “Tak jadi masalah kalau seseorang belum mahir menulis. Selama dia punya cerita, kami akan membantu untuk menjadikannya penulis,” tutur Jack.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo