Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Rapat Dadakan G7 di Konferensi G20

Para pemimpin negara G7 bergegas menggelar rapat dadakan di sela perhelatan G20 membahas rudal nyasar ke Polandia. NATO menyatakan Rusia yang harus disalahkan dalam insiden ini. 

17 November 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Para pemimpin negara G7 bergegas menggelar rapat dadakan di G20.

  • Wilayah Polandia dilaporkan dihantam peluru nyasar yang mulanya disinyalir dilancarkan oleh Rusia ke Ukraina pada Selasa lalu.

  • Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, memastikan bahwa peluru nyasar tersebut ditembakkan oleh pertahanan udara Ukraina.

JAKARTA – Para pemimpin negara G7 bergegas menggelar rapat dadakan alias emergency meeting di sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali pada Rabu, 16 November 2022. Kelompok negara G7, yakni Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat, beringsut ke salah satu lokasi di Bali ketika mendengar terjadinya serangan rudal yang dilancarkan Rusia ke infrastruktur sipil di Ukraina. Namun serangan tersebut mengenai wilayah Polandia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam rapat tersebut, mereka sepakat mengutuk serangan yang awalnya ditengarai dilancarkan Rusia itu. “Kami mengutuk serangan rudal barbar yang dilakukan Rusia di kota-kota Ukraina dan infrastruktur sipil pada Selasa,” demikian keterangan resmi para pemimpin G7 bersama NATO, Pakta Pertahanan Atlantik Utara, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wilayah Polandia dilaporkan dihantam peluru nyasar yang mulanya disinyalir dilancarkan oleh Rusia ke Ukraina pada Selasa lalu. Serangan itu diumumkan seorang pejabat senior intelijen Amerika Serikat kepada kantor berita Associated Press (AP). Kementerian Luar Negeri Polandia menyebutkan serangan rudal itu dijatuhkan pada pukul 15.40 waktu setempat di Przewodowa, desa di bagian timur Polandia yang berjarak sekitar 6 kilometer dari perbatasan Ukraina.

Puing yang diklaim penduduk setempat sebagai rudal di lokasi ledakan di Przewodow, sebuah desa di Polandia timur dekat perbatasan Ukraina. Reuters

Serangan ini dikabarkan menewaskan dua orang. Belakangan Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, memastikan  peluru nyasar tersebut ditembakkan oleh pertahanan udara Ukraina.

Dilansir AP, kemarin, tiga pejabat Amerika mengungkapkan bahwa penilaian awal menunjukkan rudal itu ditembakkan oleh pasukan Ukraina ke Rusia yang masuk di tengah salvo yang menghancurkan infrastruktur listrik Ukraina. Para pejabat tersebut berbicara tanpa menyebutkan nama karena mereka tidak berwenang membahas masalah ini secara terbuka.

Meski begitu, NATO menyatakan Rusia yang harus disalahkan dalam insiden ini. Alasannya, Rusia memulai perang dan melancarkan serangan yang memicu pertahanan Ukraina melakukan serangan balasan. “Ini bukan kesalahan Ukraina. Rusia memikul tanggung jawab utama karena melanjutkan perang ilegal melawan Ukraina,” kata Jens, kemarin.

Selepas insiden ini berlangsung, Presiden Polandia, Andrzej Duda, berkonsultasi dengan Jens Stoltenberg untuk membahas kemungkinan aktivasi Pasal 4 NATO. Pasal itu mengatur mekanisme konsultasi formal di antara 30 negara anggota NATO untuk membahas permintaan negara anggota yang terancam. G7 bersama NATO juga menawarkan dukungan dan bantuan penuh bagi Polandia untuk menyelidiki insiden tersebut.

Juru bicara pemerintah Polandia, Piotr Muller, mengatakan Polandia meningkatkan kesiapan beberapa unit militer. "Beberapa saat lalu kami memutuskan untuk memverifikasi apakah ada alasan meluncurkan prosedur berdasarkan Pasal 4 Perjanjian Atlantik Utara," ujar dia. 

Seruan Penyelidikan dan Rusia Tetap Disalahkan

Presiden Amerika Serikat Joe Biden, dalam kesempatan terpisah, menyerukan adanya penyelidikan serangan rudal yang menyasar di perbatasan Polandia. Setelah bertemu dengan sekutu NATO dan negara anggota G7 di sela KTT G20 Bali, Biden mengatakan Amerika akan melakukan tindakan setelah hasil investigasi keluar. Biden juga mengarahkan para sekutunya di Bali untuk segera berkomunikasi dengan Andrzej Duda dan Jens Stoltenberg. "Empati kami dan simpati ditujukan kepada dua orang yang terbunuh. Kemudian kita akan bersama-sama menentukan langkah selanjutnya, setelah kita menyelidiki dan melanjutkan masalah ini," ujar Biden dalam pernyataannya. Dia juga menyampaikan tuntutan agar Rusia segera mengurangi atau menghentikan gempuran ke Ukraina.

Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak juga turut menyalahkan Rusia atas insiden jatuhnya rudal di wilayah Polandia. Menurut dia, hal itu tak akan terjadi bila Rusia tidak menginvasi Ukraina. "Kita semua harus adil. Semua ini tidak akan terjadi jika bukan karena invasi Rusia ke Ukraina,” ujarnya.

Selama beberapa bulan ini, Rishi mengatakan, Rusia tak henti-hentinya melancarkan serangan ke Ukraina. Hal itu merupakan ancaman nyata bagi calon anggota sekutu mereka di NATO. Rishi mengatakan telah menelepon Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, tak lama setelah kejadian tersebut. Dia juga menyampaikan duka citanya kepada Andrzej Duda atas meninggalkan dua warga Polandia di perbatasan akibat rudal tersebut.

Rishi menyatakan sejauh ini Inggris bakal menunggu hasil penyelidikan awal oleh aliansinya di G7 dan NATO. Dia sendiri mencatat invasi Rusia itu berdampak sangat besar pada ekonomi global. Catatan mereka, paling tidak sebanyak 85 misil menggempur Ukraina pada Selasa, 15 November lalu, saat para pemimpin dunia berkumpul di Bali untuk perhelatan G20. Dua di antara rudal tersebut diduga jatuh ke perbatasan Polandia dan Ukraina.

Adapun juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, membantah jika dikatakan Rusia telah menembakkan rudal di dekat perbatasan Ukraina-Polandia. Dia memastikan bahwa Rusia menginvasi Ukraina sejak Februari lalu dan menargetkan melancarkan rudal di pusat kota negara bekas Uni Soviet tersebut. Kremlin menyatakan tuduhan rudal datang dari pertahanan Rusia sebagai, “Pernyataan tidak berdasar,” kata Peskov.

Perang Rusia-Ukraina Jadi Pembahasan KTT G20

Persoalan perang Rusia-Ukraina ini menjadi dominasi pembahasan dalam KTT G20 di Bali. Hal ini seperti telah diprediksi oleh para analis. Presiden Joe Biden sebelumnya juga menyebutkan bahwa sekutunya pasti akan menyoroti dampak invasi Rusia ke Ukraina dalam agenda KTT G20. Selain Amerika, para sekutunya, seperti Inggris, Kanada, dan kelompok negara Uni Eropa, mengecam agresi Rusia. Di tengah desakan Barat untuk mengisolasi Rusia, Presiden Vladimir Putin mengirim Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov ke KTT G20, tapi ia segera bergegas pulang pada Selasa lalu.

Pengamat ekonomi internasional dari Universitas Indonesia, Fithra Faisal, mengatakan insiden jatuhnya rudal ke wilayah Polandia memicu ketegangan politik luar negeri. Apalagi hal itu terjadi di tengah upaya Indonesia meredakan ketegangan Rusia-Ukraina melalui agenda KTT G20. “Hal yang cukup menyedihkan, kita di forum G20 kan ingin menemukan kepentingan ekonomi,” ucap dia.

Dia khawatir, serangan ini akan membuat proyeksi ekonomi global pada tahun depan memburuk. Apalagi ketegangan Rusia dengan sekutu Amerika Serikat kian panas. Meski begitu, Fithra melihat para pemimpin G7, termasuk Amerika Serikat, tidak membuat pernyataan agresif yang dapat memicu serangan lanjutan.

Hal tersebut, menurut dia, karena Amerika Serikat dinilai memiliki kepentingan ekonomi dalam perhelatan G20. Sebaliknya, jika Amerika dan sekutunya bertindak agresif membalas serangan, hal tersebut akan berdampak pada ketegangan global dan berakibat pada tekanan ekonomi. “Kita masih harus melihat lagi. Tapi saya masih percaya bahwa ini ‘teriak-teriak’ saja, bukan merupakan ombak (serangan balasan),” ujarnya.

AVIT HIDAYAT | DANIEL AHMAD | HELMALIA PUTRI (MAGANG) | REUTERS

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Avit Hidayat

Avit Hidayat

Alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas PGRI Ronggolawe, Tuban, Jawa Timur. Bergabung dengan Tempo sejak 2015 dan sehari-hari bekerja di Desk Nasional Koran Tempo. Ia banyak terlibat dalam penelitian dan peliputan yang berkaitan dengan ekonomi-politik di bidang sumber daya alam serta isu-isu kemanusiaan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus