Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bangladesh Menggantung Pembunuh Bapak Bangsa

Bangladesh telah mengeksekusi seorang pemimpin militer kurang dari sepekan setelah ditangkap, setelah hampir 25 tahun buron atas pembunuhan pemimpin pendiri negara itu.

13 April 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DHAKA - Bangladesh telah mengeksekusi seorang pemimpin militer kurang dari sepekan setelah ditangkap, setelah hampir 25 tahun buron atas pembunuhan pemimpin pendiri negara itu. Demikian pernyataan seorang menteri, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sheikh Mujibur Rahman, ayah perdana menteri saat ini, Sheikh Hasina, tewas bersama sebagian besar anggota keluarganya dalam kudeta militer pada 15 Agustus 1975, hampir empat tahun setelah ia memimpin Bangladesh menuju kemerdekaan dari Pakistan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada 1998, Abdul Majed divonis hukuman mati dalam ketidakhadiran (in absentia) bersama belasan perwira militer lain atas pembunuhan tersebut. Mahkamah Agung Bangladesh menguatkan putusan pada 2009 dan lima dari pembunuh itu dieksekusi beberapa bulan kemudian.

Pada Selasa lalu, petugas polisi anti-terorisme menangkap Majed saat ia sedang naik angkutan umum di Ibu Kota pada pagi hari. "Dia digantung hingga tewas pada Ahad pukul 12.01," kata Menteri Hukum Anisul Huq. Eksekusi terjadi di penjara terbesar di negara itu, di luar Ibu Kota Dhaka.

Perdana Menteri Hasina, yang perayaan publik untuk peringatan 100 tahun kelahiran ayahnya tertunda oleh pandemi virus corona, berada di Eropa bersama saudara perempuannya pada saat serangan.

Dalam sebuah pesan video, Menteri Dalam Negeri Bangladesh minggu ini menyebut penangkapan Majed sebagai "hadiah terbaik satu abad Mujib".

Pemerintahan militer pasca-kudeta berturut-turut memberikan penghargaan kepada para pembunuh dengan posisi diplomatik. Beberapa dari mereka bahkan diizinkan untuk membentuk partai politik dan pemilihan pada 1980-an.

Selama 21 tahun, hukum yang diberlakukan pemerintah setelah kudeta mencegah penuntutan terhadap para pembunuh. Itu sempat dibatalkan setelah Hasina berkuasa pada 1996. Hasina juga telah lama menuduh Ziaur Rahman, presiden sejak 1977 hingga pembunuhannya pada 1981, menjadi otak pembunuhan ayahnya. FRANCE24 | SITA PLANASARI AQUADINI

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus