Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Jakarta, Sarman Simanjorang, mengatakan banjir yang terjadi Rabu lalu melumpuhkan aktivitas ekonomi di Jakarta dan sekitarnya. Menurut dia, mayoritas aktivitas perdagangan banyak yang terhenti. "Kalau masih ada yang buka, pasti tak ramai," ujar dia ketika dihubungi Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Sarman, kerugian tak hanya dirasakan pada aktivitas niaga seperti retail, restoran, dan perhotelan. Namun juga terjadi pada pasokan yang masih macet hingga kemarin. Untungnya, kata Sarman, di musim pergantian tahun para pengusaha biasanya sudah menyimpan pasokan hingga dua pekan ke depan. "Masalahnya musim hujan bisa sampai Februari," kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sarman menuturkan, kekosongan aktivitas di hari pertama pergantian tahun tersebut pasti berdampak pada omzet penjualan. Apalagi pada 1 hingga 5 Januari merupakan musim ramai pengunjung yang menjadi peluang pelaku bisnis untuk memacu penjualan sebelum memasuki periode normal di awal tahun. Saat ini Kadin masih melakukan penghitungan ihwal taksiran kerugian.
Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansyah menambahkan, momen Natal dan tahun baru itu biasanya dimanfaatkan untuk meningkatkan omzet retail hingga 30 persen. Gelombang banjir pada Rabu lalu menggerus capaian target tersebut. "Akibat banjir ini, (omzet) turun sekitar setengah dari target Natal dan tahun baru," ujar dia.
Hingga kemarin, perekonomian retail belum sepenuhnya pulih. Sejumlah toko masih tutup karena akses jalan terendam banjir. "Belum pulih semua karena masih ada beberapa mal yang tutup," tutur dia.
Senior Vice President Communication & Service Management Asuransi Astra, Laurentius Iwan, mengatakan sejak kemarin Astra sudah mengevakuasi ratusan unit kendaraan yang tenggelam akibat banjir. Dia memprediksi membeludaknya permohonan klaim akan terus terjadi hingga beberapa hari ke depan. "Unit dari luar Jabodetabek juga didatangkan untuk membantu. Kami siap asal aksesnya bisa dilewati," kata dia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi bencana alam banjir yang terjadi Rabu lalu juga menimbulkan kerugian besar bagi pemerintah. Sebab, banjir menyebabkan kerusakan pada perumahan, fasilitas umum, dan infrastruktur. "Kalau yang kami bangun (infrastruktur) bisa kami kalkulasi, tapi bencana seperti ini juga menyebabkan kerugian material, bahkan ada korban jiwa masyarakat," ujar Sri Mulyani di gedung Bursa Efek Indonesia, kemarin.
Bekas Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut mengaku belum memiliki hitungan pasti kerugian negara akibat bencana ini. Sri Mulyani mengatakan pemerintah akan memastikan terlebih dulu penanggulangan bencana berdampak langsung kepada masyarakat. Pemerintah telah mengalokasikan anggaran kebencanaan tahun ini senilai Rp 5 triliun.
Melansir kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, bencana banjir besar di wilayah Jabodetabek 5-14 Februari 2007 ditaksir menelan kerugian Rp 5,16 triliun. Selain infrastruktur dan niaga, kerugian paling besar bersumber dari pengoperasian sarana transportasi umum, seperti kereta api, jalan tol, dan Transjakarta.
Dalam kajian tersebut, kerugian yang harus ditanggung operator transportasi seperti Trans Jakarta secara kumulatif mencapai Rp 601,39 miliar. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia menghitung ada kerugian materi senilai Rp 3,6 triliun akibat bencana tersebut.
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto mengatakan kekosongan aktivitas ekonomi pada 1 Januari lalu pasti bakal berpengaruh terhadap indeks inflasi negara. Melansir data BPS, porsi persentase ekonomi Jabodetabek terhadap ekonomi nasional berada di kisaran 20 persen nasional. "Pasti ada pengaruhnya, apalagi kalau bencana terus berlanjut," ujar Suhariyanto. CAESAR AKBAR | HENDARTYO HANGGI | EKO WAHYUDI | ANDI IBNU
Banjir Jabodetabek goyahkan Sejumlah Sektor Ekonomi
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo