Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Banjir Jakarta, 9 Cara Mencegah dan Komentar Ahok

Ahok pun ikut urun rembug soal penanganan banjir Jakarta..

5 Mei 2019 | 10.52 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah DKI Jakarta merilis sembilan cara pencegahan banjir Jakarta yang diumumkan melalui akun Instagram resmi pemda @dkijakarta. Banjir melanda Ibu Kota pada Jumat pagi, 26 April 2019, yang menelan korban dua orang meninggal dan ribuan warga mengungsi. Mantan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pun ikut urun rembug.

Pemda DKI mengungkapkan bahwa cara pertama adalah akan melakukan bedah kali. Petugas disiapkan untuk merapikan tanaman liar di bantaran yang menutupi aliran kali. Cara kedua adalah sterilisasi area pompa air untuk memastikan area pompa air bebas dari sampah ketika musim hujan.

BacaAhok Bicara Soal Penyebab Banjir Jakarta 

Soal pompa air dan sampah yang menghalangi sebagai pemilu banjir Jakarta sebelumnya disampaikan oleh Ahok. Menurut dia, pompa air DKI sudah cukup bagus untuk mengendalikan banjir. Hanya saja, petugas tak boleh terlambat menyalakan pompa ketika turun hujan sebab aktivasi pompa yang terlambat bakal membiarkan debit air kadung tinggi sehingga muncul banjir.

"Jangan telat ngidupin pompa, kalau kamu telat enggak keburu," kata Ahok di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa pekan lalu, 30 April 2019.

Pemerintah DKI telah membangun 465 pompa stasioner di 164 lokasi plus 133 pompa mobile. Infrastruktur ini dikelola oleh Dinas Sumber Daya Air DKI.

Adapun cara ketiga mencegah banjir Jakarta menurut pemerintah daerah yaitu menggerebek sampah. DKI menyiapkan 1.534 truk pengangkut sampah milik Dinas Lingkungan Hidup DKI untuk mengangkuat sampah.

Selanjutnya, cara keempat adalah membentuk 227 Satuan Tugas (Satgas) Siaga Banjir. Satgas bertugas memantau situasi wilayah di 118 titik zona merah selama 24 jam. Disediakan pula sejumlah petugas guna menangani banjir. Pemerintah DK akan mengerahkan 168 petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI, 6.312 pasukan biru, 11.872 Pasukan Oranye, dan 19.690 PPSU.

Ahok juga telah menyinggung kesiapan petugas imenghadapi banjir Jakarta. Ahok menceritakan, di era kepemimpinannya Pasukan Biru dan Oranye harus keliling ketika hujan. Mereka ditugaskan memantau saluran air yang tersumbat ranting atau sampah.

"Kalau saringan ketutup, volume air kan enggak bisa turun cepat dan tentu Pasukan Orange dan Biru mesti keliling," ujar dia, pekan lalu.

Cara kelima yang disampaikan pemerintah DKI, pemeliharaan dan perbaikan 27 lokasi saringan sampah otomatis. Keenam, optimalisasi sarana dan prasarana alat berat mengingat ada 542 alat berat dan pemerintah harus memastikan kesiapan seluruh alat berat.

Kemudian cara ketujuh adalah mengimplementasikan pengendalian banjir Jakarta dengan naturalisasi dan normalisasi sungai. Cara ini akan diterapkan di 13 sungai Jakarta, yakni Ciliwung, Angke, Pesanggrahan, Grogol, Krukut, Baru Barat, Mookevart, Baru Timur, Cipinang, Sunter, Buaran, Jati Kramat, dan Cakung.

Gubernur DKI Anies Baswedan mengatakan, naturalisasi sungai rencananya rampung akhir 2019. Tahun ini pengerjaan naturalisasi ditargetkan selesai untuk dua sungai dan tiga waduk. Tapi, Anies tak memaparkan lebih lanjut ihwal perpaduan pengendalian banjir antara naturalisasi dan normalisasi.

"Ini kalau doorstop begini potensi pelintir able-nya tinggi. Jadi saya jelaskan nanti saja," ucap Anies berkilah, di Monas, Jakarta Pusat, pada Kamis, 2 Mei 2019.

Simak jugaEmoh Jelaskan, Anies Anggap Berita Banjir Jakarta Hanya Sensasi 

Adapun cara DKI kedelapan adalah memperbaiki tata kelola air dengan membangun sumur resapan alias drainase vertikal. Dinas Perindustrian dan Energi DKI menargetkan membangun 1.333 drainase vertikal tahun ini di kantor pemerintahan DKI.

Terakhir, cara kesembilan menangani banjir Jakarta adalah membangun tanggul laut dan muara sungai. Informasi yang disampaikan @dkijakarta tertulis, pemda akan membangun 3.338 meter tanggul laut di Tanggul Muara Kali Blencong dan Tanggul Muara Kali Kamal Muara.

LANI DIANA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lani Diana

Lani Diana

Menjadi wartawan Tempo sejak 2017 dan meliput isu perkotaan hingga kriminalitas. Alumni Universitas Multimedia Nusantara (UMN) bidang jurnalistik. Mengikuti program Executive Leadership Program yang diselenggarakan Asian American Journalists Association (AAJA) Asia pada 2023.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus