Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Fan BTS rela mengantre panjang dan membayar mahal untuk membeli merchandise resmi.
Beberapa Army menyiapkan wadah plastik untuk menghindari kemasan BTS Meal kotor oleh makanan dan minuman.
Army Indonesia juga sering menggalang dana untuk korban bencana alam.
Ratusan orang dengan pakaian tebal membentuk antrean mengular di Cheongdam-dong, Seoul, Korea Selatan, sejak pukul 04.00 subuh, Desember 2017. Suhu dingin yang menyusup ke dalam pakaian hangat tak menggentarkan fan boyband Bangtan Sonyeondan (BTS) yang menyebut dirinya sebagai Army (Adorable Representative MC for Youth) itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menyempil di tengah antrean saat itu Elsa Amalia Ananto, Army Indonesia yang sedang menjalani program spring exchange di Universitas Yonsei, Seoul. “Saya antre sampai jam 10 pagi. Setelah itu, dapat tiket untuk masuk ke toko jam 3 sore. Jadi, saya pulang dulu dan istirahat,” kata Elsa, yang kini tinggal di Australia, kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hari itu, manajemen dari boyband berisi tujuh pemuda Korea tersebut resmi meluncurkan official merchandise bernama BT21—beberapa barang berbentuk delapan karakter hasil kolaborasi BTS dan Line Friends. Elsa bertekad membeli tujuh boneka dan gantungan kunci yang menjadi avatar personel BTS, yaitu RM, Jin, Suga, J-Hope, Jimin, V, dan Jungkook.
Namun harapannya itu hampir pupus karena Elsa sempat tertidur pulas hingga baru bisa kembali ke lokasi toko pada pukul 04.00 sore. Petugas dan panitia penjualan melarang dan nyaris mengusir Elsa yang telah mengagumi BTS sejak 2013. Dia pun menangis di depan pintu masuk toko itu. “Akhirnya, petugasnya memperbolehkan saya masuk. Padahal saya datang sama teman, tapi dia tak boleh masuk,” ujar dia sambil tertawa. . "Kata petugasnya, yang boleh masuk yang nangis saja."
Army Indonesia, Elsa Amalia Ananto, yang sempat mengikuti spring exchange di Universitas Yonsei, Korea Selatan. Hingga 2019, dia telah mengikuti 12 konser BTS di empat negara, yaitu Singapura, Australia, Korea Selatan, dan Jepang. Dok. Pribadi.
Lain waktu, Elsa bersama Army asal Prancis pernah ikut antrean untuk membeli merchandise konser BTS di Seoul, Agustus 2018. Saat itu, dia bahkan harus berdiam di satu titik mulai pukul 04.00 sore hingga pukul 10.00 pagi keesokan harinya, hanya untuk mendapat jatah pembelian ke dalam toko. Antrean panjang pun membuat dia baru bisa membeli 20 barang merchandise konser sekitar pukul 05.00 sore.
“Konser dimulai pukul 06.00 sore, jadi saya ikut konser belum mandi dan belum pulang,” ujar Elsa, yang telah mengikuti 12 konser BTS di Singapura, Australia, Korea, dan Jepang tersebut.
Ini merupakan sebagian cerita para Army yang berusaha memiliki barang-barang yang berhubungan dengan boyband idolanya. Di Indonesia, polah para Army tak kalah heboh. Yang terbaru, mereka memburu produk kolaborasi BTS dengan franchise resto makanan cepat saji McDonald's yang diberi nama BTS Meal. Sejumlah pemerintah daerah sempat menjatuhkan sanksi penutupan sementara kepada tenant McDonald's. Sebab, restoran cepat saji itu yang tak bisa mengantisipasi lonjakan jumlah pesanan daring BTS Army pada hari peluncuran produk, 9 Juni lalu.
Salah satu pemburu paket makanan tersebut adalah Linda Hairani. Ketika membeli produk itu pada hari pertama, Army asal Jakarta ini menyiapkan strategi agar kemasan paket BTS Meal tak rusak akibat terkena minyak makanan dan minuman. “Saya meminta teman pesan lewat drive thru dengan membawa wadah plastik," kata Linda. "Begitu paket diserahkan oleh pramusaji, teman saya meminggirkan mobil, kemudian dengan cepat memindahkan makanan dan minuman ke wadah lain.”
Linda Hairani, salah satu fan boyband asal Korea Selatan, BTS, saat menonton konser di Rajamangala National Stadium, Bangkok, Thailand, 2019. Dok. Pribadi.
Para Army memang lebih mengincar kemasan yang mencantumkan lambang dan tulisan BTS dibanding isi paket seharga Rp 50 ribu yang berisi sembilan chicken nugget, french fries, cola, dan cajun sauce itu.
Menurut Linda, para Army nyaris mengincar semua jenis barang resmi dari BTS atau produk kolaborasi dengan perusahaan tertentu. Selain McDonald's Indonesia, BTS menjalin kerja sama dengan marketplace besar Indonesia, Tokopedia. Salah satu perusahaan berlabel unicorn itu sempat meluncurkan hadiah 1.000 photocard anggota boyband pelantun lagu Dynamite tersebut kepada Army yang bertransaksi pada pukul 15.00-16.00 WIB, April-Mei lalu. “Tadinya tak ada kebutuhan beli. Tapi, karena ingin dapat kartunya, ya, akhirnya beli apa pun pada jam itu,” ujar Linda.
BTS secara resmi kerap mengeluarkan produk yang harganya ratusan ribu hingga jutaan rupiah, seperti boks album. Mereka juga merilis paket barang yang diberi nama summer dan winter package.
Tak hanya berburu item koleksi, sejak 2015, para Army juga kompak menggalang gerakan kemanusiaan. Terakhir, BTS Army Indonesia menghimpun dana melalui platform Kitabisa.com. Mereka mengumpulkan Rp 235 juta dalam kurun waktu dua hari, 9-10 Juni 2021. Dana tersebut kemudian disalurkan kepada sejumlah pengemudi ojek online yang berjasa memesan dan mengantarkan BTS Meal kepada para Army.
Army Indonesia, Tiara Sutari, saat menghadiri konser BTS di ICE BSD, 2017. Dok. Pribadi.
Seorang jurnalis yang juga menjadi Army sejak 2013, Tiara Sutari, mengatakan penggemar BTS pernah pula menginisiasi pengumpulan dana bagi sejumlah korban bencana alam di Indonesia, seperti gempa Palu, banjir di Kalimantan, dan keluarga yang terkena dampak Covid-19. Menurut dia, Army rutin menggalang dana selama satu bulan sebelum tanggal lahir setiap member BTS. “Bantuan kemudian disalurkan kepada korban atau sasaran bantuan dengan nama member yang berulang tahun,” kata Tiara.
Sebelum masa pandemi, banyak anggota Army yang kerap membuat acara untuk merayakan ulang tahun anggota BTS, seperti pertemuan akbar di sebuah lokasi atau nonton bareng.
Meski terbatas, kegiatan apresiasi kepada tokoh idola tersebut tetap berjalan hingga saat ini. Salah satunya adalah pameran seni atau art exhibition yang didedikasikan untuk BTS di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat. Acara ini digagas Ketua BTS Army Indonesia, Selly Wilson, yang menampilkan sejumlah hasil seni bertemakan personel boyband Korea tersebut mulai 11 Juni lalu.
BTS Meal di gerai McDonald's Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, 9 Juni 2021. Tempo/Nurdiansah.
Jumlah Army yang tak terhitung kerap menjadi kekuatan besar dalam menyuarakan aspirasi terkait dengan isu sosial. Di media sosial, penggemar BTS ini sering terlibat dalam aneka kampanye. Salah satu yang fenomenal adalah ketika ramai demonstrasi penolakan revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pada September 2019. Berbarengan dengan gelombang demonstrasi besar-besaran di berbagai kota, di Twitter, akun para Army dan penggemar K-Pop lainnya ramai-ramai mencuitkan tagar #ReformasiDikorupsi.
Pengamat media sosial Drone Emprit, Ismail Fahmi, dalam analisisnya mengungkapkan, kelompok pengguna Twitter yang paling aktif dan banyak mencuitkan penolakan revisi UU KPK serta Rancangan KUHP waktu itu berasal dari kluster generasi Y dan akun penggemar K-Pop. Tahun lalu, para K-Popers—sebutan penggemar K-Pop—juga ramai mengangkat tagar #BintangEmonBestBoy. Tagar itu dibuat untuk menanggapi serangan terhadap komika Bintang Emon yang membuat konten menyindir kejanggalan kasus hukum penyidik KPK, Novel Baswedan.
"Memang hanya Army yang bisa menandingi kekuatan buzzer politik di media sosial," kata Gustidha Budiartie, K-Popers yang juga seorang Army. Menurut dia, kekompakan Army dalam menanggapi berbagai isu sosial itu muncul karena para anggota boyband BTS juga punya kepedulian terhadap berbagai persoalan sosial secara global.
Kepedulian atas masalah sosial global bermula pada 2018, ketika BTS meluncurkan kampanye Love Myself yang didukung Unicef. Kampanye tersebut bertujuan untuk mengakhiri kekerasan terhadap anak-anak di seluruh dunia. Berkat BTS, penggalangan dana untuk kegiatan ini mencapai US$ 1 juta.
Boyband BTS di Seoul, Korea Selatan, 21 Mei 2021. REUTERS/Kim Hong-ji.
Pada September 2018, para anggota BTS diundang untuk berpidato dalam peluncuran program Generation Unlimited yang dihadiri Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres serta sejumlah petinggi lembaga dunia dan negara, di New York, Amerika Serikat. Di sana Kim Nam-joon, yang mewakili BTS, mendorong agar anak muda berani bersikap dan bersuara.
Pada pertengahan 2020, akun Twitter BTS, @BTS_twt, mencuitkan dukungan terhadap gerakan antidiskriminasi rasial Black Lives Matter. "Kami berdiri melawan diskriminasi rasial. Kami mengutuk kekerasan. Kamu dan saya punya hak untuk dihormati. Kita akan berdiri bersama." Cuitan itu ditanggapi Army di seluruh dunia dengan melakukan penggalangan dana untuk disumbangkan ke gerakan Black Lives Matter. Dalam sehari, mereka mampu mengumpulkan uang hingga US$ 2 juta.
Ketika pandemi Covid-19 merebak, para Army di seluruh dunia pun menyumbangkan uang pengembalian tiket konser BTS—yang gagal dilaksanakan akibat pandemi—ke lembaga yang menangani wabah di Korea Selatan. Total dana yang dihimpun Army seluruh dunia untuk membantu penanganan pandemi tercatat mencapai US$ 300 juta.
Aneka gerakan ini bisa tercipta karena Army memiliki organisasi kolektif One In An Army. Di situs webnya, One In An Army sering mengunggah berbagai kampanye dan kegiatan donasi yang bisa diikuti Army global. Contohnya, mereka turut menyumbang untuk penanganan kebakaran hutan hebat di Australia pada awal 2020. Dalam bidang politik, para Army turut membantu menyabotase kampanye politik Donald Trump dalam rangkaian pemilu Amerika Serikat 2020.*
FRANSISCO ROSARIANS | PRAGA UTAMA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo